Cukup lama berselang ia melanjutkan pesannya. “Terima kasih Stev aku boleh mengenalmu dan terima kasih juga malam itu aku boleh mendengar suaramu. Senang sekali hatiku, aku merasa tak sendiri di tengah keramaian”.
“Rey, memang kita harus berjuang. Lihatlah Yesus yang disalibkan itu, Ia berjuang hingga akhir. Itulah yang membuat-Nya disayang Bapa-Nya. Kapan balapan lagi?”, tanyaku.
“Ha.ha.ha, tunggu tanggal mainnya. Sekali lagi, kamu harus lihat fotoku dulu, akan kukirimkan foto itu ke inbox FBmu. Kamu akan heran melihatku yang kian menua. Tapi aku masih suka speed itu dalam hidupku.”
“Luar biasa kamu Rey. Aku hanya terperangah kagum dengan perjuanganmu. Ucapanmu menenangkan hatiku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan sadar juga itulah realitas hidup”.
Ia pun menyambung lagi kata-kata bernas dari bibirnya. “Ingat Stev, jika nafasmu sudah diujung lidah, tapi kamu masih diberi kesempatan bernafas lagi, itulah hadiah Yang Mahatinggi di kehidupanmu. Itu adalah kesaksianku, Stev. Hidup harus diuji selalu dengan speed yang tinggi. Ingat itu”.
***
Seminggu berselang, HP-ku terasa sepi membisu dan tak sedikit pun menyampaikan pesan dari Rey. Namun, Ivan membalas SMSku. Ternyata Rey berjuang melawan sakitnya yang sudah lama bersarang di otaknya. Ia harus dibawa ke negeri yang jauh di sana untuk mengusir penyakit yang menderanya itu.
Dokter sudah tak sanggup lagi mengatasinya. Operasi sudah ditempuh. Namun, Rey mengalami pendarahan, dan darah segar itu mengalir dari hidung dan telinganya. Dadaku pun serasa sesak ketika mendengar kabar itu dari Ivan.
Getir rasanya hidupku. Aku pun juga merasa gamang melihat peristiwa yang dialami Rey.
“Tuhan, aku rela menyerahkan nyawa ini untuk hidup sahabatku,” ungkap Ivan yang setia menemani deritanya di rumah sakit di sudut kota itu.
Rey telah memberi isyarat kemenangan akhir itu. Ia sudah mengirimkan foto terakhirnya padaku. Ia sudah memberi pesan terakhirnya padaku, bahwa hidup ini harus dijalani dan dimaknai dengan sukacita.
Ia berjuang dalam imannya dengan sabda Tuhan yang selalu ia pegang. Ia sudah menjemput kemenangan akhir itu dengan speed yang tinggi. Ia bergerak menuju garis finish keabadian.
Inilah tanggal main yang ia maksudkan. Ia telah mendapatkan kemenangan akhir itu. Satu pesan yang kusimpan darinya di detik-detik perjuangannya melepas nyawa,
“Stev, kamu harus berjuang dengan speed yang tinggi, walau hidup kadang susah bahkan hingga berdarah, kamu harus tetap berjuang”.
Selamat jalan Rey menuju kota abadi, doaku untukmu.
Fr. Nicolaus Heru Andrianto