HIDUPKATOLIK.com – Flp. 2:5-11; Mzm. 22:26b-27,28-30a,31-32; Luk. 14:15-24
INI masih kisah tentang perjamuan. Tetapi dengan komentar pada ay.15 arahnya beralih. Perjamuan yang dimaksud, bukan lagi perjamuan duniawi, tetapi perjamuan mesianik eskatologis. Yesus menyampaikan ajaran-Nya dengan menggunakan perumpamaan seorang yang mengadakan perjamuan besar dan mengundang banyak orang.
Tetapi ketika hampir sampai hari H, mereka yang diundang, satu per satu mulai minta maaf dengan berbagai alasan. Hanya saja kalau diperhatikan, tiga alasan yang disampaikan sebenarnya terkesan dibuat-buat.
Bagaimana bisa orang membeli ladang tanpa melihat terlebih dahulu? Membeli lembu tanpa mencoba dulu? Dan mengapa pengantin baru tidak bisa hadir ke pesta seperti itu? Alasan seperti ini hanya menunjukkan bahwa mereka sebenarnya tidak mau berangkat.
Mereka tidak serius menanggapi undangan itu. Tidak mengherankan kalau sang tuan lalu marah dan menyuruh anak buahnya untuk mendatangkan “orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh” (ay. 21).
Persis mereka ini adalah kategori orang yang dalam kisah sebelumnya harus diundang oleh murid Kristus. Mereka adalah orang-orang yang lebih terbuka terhadap Allah.
Sementara mereka yang begitu terpesona dengan dunia ini mungkin tidak lagi merasa perlu keluar dari dunia ini ke masa datang. Lalu? Apakah kita juga mau serius dalam menanggapi undangan Tuhan?
Pastor Dr. V. Indra Sanjaya
Dosen Kitab Suci Pasca Sarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta