Pendidikan Anak
Seiring waktu anggota komunitas ini terus bergumul dan tidak mau menjadi penonton di tengah kegetiran warga. Komunitas Gumul Juang meyakini anak-anak adalah tongkat estafet dan mereka tidak boleh mengestafetkan kemiskinan. Dengan kesadaran ini, mereka berusaha fokus untuk mendampingi anak-anak belajar. Dengan pencerahan pendidikan paling tidak memantapkan langkah mereka.
Komunitas Gumul Juang melihat bantaran Kali Ciliwung layaknya cinta pertama mereka. Di sana mereka pertama kali mereka mengumpulkan anak-anak. Tak berhenti di sana mereka juga mencari perkampungan yang kumuh yang lainnya seperti di Bukit Duri. Di tempat terakhir ini, Komunitas Gumul Juang mulai aktivitasnya pada tahun 2010. Kegiatan yang dilakukan hampir sama, mereka mengumpulkan anak-anak dan membantu mereka belajar.
Mariano Deviano Musu menjelaskan pendidikan anak menjadi fokus komunitas ini karena sebagian besar masyarakat pinggiran tidak memperhatikan hal ini. Bayankan saja orang tua mereka hanya bekerja serabutan. Beberapa dari mereka bahkan menjadi pecandu atau bahkan pengedar narkoba. Devian melanjutkan, anak-anak itu juga banyak yang terjebak karena kemiskinan struktural. Ada dari mereka yang tidak sekolah dan memutuskan untuk menjadi gelandangan. Beberapa dijumpai, ada sebagian yang sudah menikah meski usia mereka belum mencukupi. “Komunitas Gumul Juang berusaha memutuskan mata rantai itu dan kami meyakini itu.”
Devian mengungkapkan, perjuangan aktivis 98 tidak hanya sebatas menuntut dan melawan penguasa, kepedulian kepada masyarakat pinggiran juga harus menjadi semangat yang hidup dalam diri mereka. “Tidak cukup untuk nyaman belajar dan berdoa tapi karya nyata,” beber umat Paroki St. Yosef Matraman ini.
Saat ini banyak anak-anak yang diasuh oleh Komunitas Gumul Juang. Evaristiana Oktavia Bupa miris dengan anak-anak yang tidak diperhatikan oleh orang tuanya. Ia mendapati, sebagian dari mereka bahkan tidak mengetahui orang tuanya. Komunitas Gumul Juang memberikan ruang seluas-luasnya untuk belajar baik membaca, menulis maupun menghitung. “Mereka juga mendapatkan mata pelajaran umum seperti Matematika, Biologi, Bahasa Inggris dan mata pelajaran yang lainnya.”
Komunitas Gumul Juang juga memiliki program literasi masuk kampung. Sekali waktu, mereka akan membawa buku. Setelah berada di salah satu kampung, mereka meletakkan buku itu di pinggir jalan. Sejurus kemudian, anak-anak akan diajak membaca buku-buku tersebut.