HIDUPKATOLIK.com – Flp. 1:18b-26; Mzm. 42:2,3,5bcd;Luk. 14:1.7-11
YESUS adalah pengamat kehidupan yang ulung. Ia selalu sanggup mengambil pesan dari hal-hal yang kecil dan sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis Kitab Amsal menangkap satu gejala yang sama: “Jangan berlagak di hadapan raja, atau berdiri di tempat para pembesar. Karena lebih baik orang berkata kepadamu: ‘Naiklah ke mari,’ dari pada engkau direndahkan di hadapan orang mulia.” (Ams 25:6-7).
Tetapi, Yesus mentransformasi satu cara umum yang cerdik untuk tidak kehilangan muka
menjadi satu nasehat yang teologis. Dengan perumpamaan singkat tentang tamu-tamu undangan ini (Luk 14:7-11) yang tidak dapat dilepaskan dari pasangannya, perumpamaan tentang tuan rumah pengundang perjamuan (Luk 14:12-14), Yesus merumuskan satu aturan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Bukan kepuasan diri dan kesombongan yang khas orang-orang farisi yang mendapat tempat, tetapi kesederhanaan, kerendahan hati, dan rasa hormat pada keadilan itulah yang harus menjadi syaratnya.
Aturan perjamuan Kerajaan Allah menurut tradisi alkitabiah yang konsisten sudah jelas: “Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Luk 14:11).
Romo Vitus Rubianto Solichin SX
Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Jakarta, Doktor Teologi Kitab Suci dari
Universitas Gregoriana, Roma