HIDUPKATOLIK.COM-GEREJA Katolik merasa perlu memberi apresiasi terhadap berbagai karya yang telah diciptakan dan dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dalam Seminar Nasional Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (Pesparani) I di Gedung Islamic Center Ambon, Selasa, 31/10, Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Nasional (LP3KN) tahun 2018 memberikan penghargaan kepada tiga orang berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum LP3KN nomor 30/KU/HK.00.3/10/2018 yang berjudul “Penerimaan Penghargaan Pencipta Lagu dari LP3KN tanggal 31 Okotber 2018 di Kota Ambon”.
Berikut isi surat penerimaan penghargaan yang ditandatangani Ketua LP3KN Adrianus Meliala.
Dengan Rahmat Allah yang Mahakuasa, Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan
Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Nasional (LP3KN) Tahun 2018.
Menimbang :
a. Dipandang perlu diberikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada pencipta lagu yang secara nasional dan secara langsung ikut menghibur, membangun semangat persatuan dan mendorong perdamaian bagi bangsa Indonesia;
b. Dipandang perlu diberikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada pencipta lagu dari daerah Maluku yang secara langsung terlibat aktif dalam PESPARANI KATOLIK NASIONAL I di mana lagunya digunakan secara resmi;
c. Dipandang perlu diberikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada anggota Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) yang
telah meninggal dunia dengan meninggalkan hasil lagu ciptaannya di mana lagu itu digunakan secara resmi oleh LP3KN.;
d. Penghargaan dan ucapan terimakasih ini diharapkan dapat mendorong para pencipta lagu untuk menghasilkan karya cipta yang bertujuan mendorong bangsa Indonesia
mencintai tanah air, bangsa dan negaranya;
Mengingat :
a. Tema Pesparani Katolik Nasional I, yang diadakan di Ambon, Maluku pada 27 Oktober sampai dengan 2 November 2018, yakni “MEMBANGUN PERSAUDARAAN SEJATI – DARI MALUKU UNTUK INDONESIA”;
b. Tema seminar dalam rangka Pesparani Katolik Nasional I yang diadakan di Ambon, Maluku pada 31 Oktober 2018, yakni “DARI MALUKU UNTUK INDONESIA, KITA
RAWAT NKRI YANG DAMAI DAN BERKEADILAN MELALUI BUDAYA MENYANYI”;
c. Subtema seminar dalam rangka Pesparani Katolik Nasional I yang diadakan di Ambon, Maluku pada 31 Oktober 2018 yakni “MELALUI PESPARANI KATOLIK NASIONAL I, KITA WUJUDKAN NKRI YANG DAMAI DAN BERKEADILAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT,
BUDAYA DAN SENI MUSIK”;
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN:
Pertama, Bahwa nama-nama dibawah ini diputuskan menerima penghargaan dan ucapan terimakasih; Karena lagunya secara menasional dan langsung ikut menghibur, membangun semangat persatuan dan mendorong perdamaian bagi bangsa Indonesia. Mereka adalah :
a. FRANKY SAHILATUA yakni pencipta Lagu “PANCASILA RUMAH KITA”
b. ARIE SAPULETTE yakni Pencipta Lagu “POCO – POCO”
c. FRANS CORNELIS DIAN yakni Pencipta Lagu “GEMU FA MI RE”
Kedua, Bahwa nama SEMY TOISUTA yang adalah Putera Daerah Maluku yang kepadanya diberikan penghargaan dan ucapan terimakasih karena menciptakan lagu MARS PESPARANI dan lagunya digunakan secara resmi dalam PESPARANI KATOLIK NASIONAL I di Ambon, Maluku;
Ketiga, Bahwa nama Totok Pujianto (almarhum) yang kepadanya diberikan penghargaan dan ucapan terimakasih karena menciptakan lagu KAMI BERSYUKUR dan lagunya digunakan secara resmi dalam PESPARANI KATOLIK NASIONAL I di Ambon, Maluku;
Keempat, Kepada para pencipta lagu sebagaimana yang dimaksudkan di atas diberikan Surat Piagam, Tanda Mata dan Uang Tali Kasih.
Kelima, Pemberian penghargaan sebagaimana yang dimaksudkan pada nomor 4 (empat) akan dilakukan di Kota Ambon, Maluku, tanggal 31 Oktober 2018; Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Frans Cornelis Dian pencipta lagu Gemu Fa Mi Re mengatakan, hadiah ini semata-mata karena berkat Tuhan. Ia menjelaskan bahwa ia tidak mau menggunakan istilah “menciptakan” lagu yang terkenal dengan sebutan Lagu Maumere ini. Ia ingin menggunakan kata “melahirkan” .
Pria yang kerap disapa Nyong ini mengatakan lagu ini berangkat dari pengalamannya ketika berada di Maumere. Saat berada di bawah sebuah gunung ia melihat keindahan alam yang begitu indah. Dengan desakan seorang temannya, Nyong akhirnya berani menulis lagu ini.
“Lagu ini sebenarnya seperti sebuah dorongan kepada kaum muda untuk tidak takut berkaru. Saya ingin mengatakan bahwa bermimpi dan buatlah sesuatu agar ketika tidak ada lagi karya-karyamu tetap hidup,” ujar Nyong.
Yusti H. Wuarmanuk (Ambon)
Selamat kepada para pencipta lagu rohani.