HIDUPKATOLIK.com – Tuhan menangkap pebisnis berdarah bangsawan ini untuk membarui Gereja-Nya. Paus Inocentius X mengangkatnya menjadi kardinal, bahkan sebelum ia menerima tahbisan imam.
Dalam sejarahnya, Gereja Katolik pernah punya Paus yang pada masa mudanya turut berkecimpung dalam bisnis perbankan milik keluarganya. Dialah Paus Inocentius XI yang bernama asli Benedetto Odescalchi. Tahun 1619, kakak Benedetto mendirikan sebuah bank bersama dengan tiga orang pamannya di Genoa, Italia. Keluarga Odescalchi ini berhasil mengembangkan bisnis perbankan di Italia pada saat itu.
Benedetto mulai ikut bergabung dalam bisnis perbankan itu pada usia 15 tahun. Meski sangat belia, ia sudah berhasil menyelesaikan pendidikan di Kolese Como –kampung halamannya– asuhan para Jesuit. Selain telah tamat kolese, dorongan bergabung dalam bisnis perbankan juga dipicu oleh kematian sang ayah pada 1626.
Ketika buah perasan keringat bersama keluarganya itu mulai menampakkan kemajuan, ibunya wafat. Saat itu, wabah pes merebak di sebagian besar wilayah Italia, termasuk Como. Penyakit endemik itulah yang merenggut nyawa ibunya pada 1630. Benedetto akhirnya mundur dari bisnis keluarga setelah turut mengembangkannya selama enam tahun.
Karir Intelektual
Benedetto berasal dari keluarga bangsawan pasangan Livio Odescalchi dan Paola Castelli Giovanelli. Ayahnya berdarah bangsawan Como, sementara ibunya dari keturunan bangsawan Gandino, Italia. Keluarga ini menikmati hidup berlimpah materi karena usahanya di bidang perdagangan dan perbankan. Keluarga ini juga dikenal sebagai bangsawan yang loyal pada Gereja.
Pasca mundur dari bisnis keluarga, Benedetto memutuskan hijrah ke Roma tahun 1632. Pemuda kelahiran Como, Lombardia, Italia, 19 Mei 1611, ini sangat ambisius untuk meniti karir di bidang militer. Namun atas nasihat Kardinal Alfonso de la Cueva-Benavides y Mendoza-Carrillo (1572-1655), ia melanjutkan studi Hukum di Roma. Ia menyabet gelar Doktor Hukum dengan gemilang di Napoli pada 1639.
Selama studi, Benedetto bersahabat dengan dua orang Kapusin yang mengarahkannya untuk mengabdi Gereja melalui kepiawaiannya di bidang hukum. Bahkan mereka membujuk Benedetto agar mau menjadi imam. Namun ia menanggapi dua Kapusin itu dengan dingin.
Mengabdi Gereja
Usai studi di Napoli, kefasihannya di bidang hukum dan pengalamannya menangani urusan finansial mengantarnya pada tanggung jawab besar di lingkaran Kuria Roma. Atas rekomendasi Kardinal Antonio Barberini (Jr) OS.Io.Hieros (1607 1671) dan Kardinal Camillo Francesco Maria Pamphilj (1622-1666), Paus Urbanus VIII (1623-1644) menugaskan Benedetto sebagai Kepala Pronotariat Apostolik di Vatikan. Kecakapannya membuat Bapa Suci mengangkatnya sebagai Presiden Komisaris Marco di Roma, Ancona, Italia, yang bertugas mengumpulkan pajak bagi Takhta Suci.
Kemudian Benedetto dianugerahi gelar “monsinyur” dan ditugaskan untuk menjadi Administrator Apostolik di Macerata. Tugasnya mirip seperti Gubernur yang mengurusi pemerintahan dan relasi dengan Takhta Suci. Keberhasilannya di Macerata membuat Bapa Suci kian yakin akan dedikasinya. Tak heran, Benedetto dipercaya untuk membantu mengurusi organ sentral keuangan kepausan (Camera Apostolica). Meski tak lama, ia pun sempat ditugaskan menjadi Gubernur Picena.
Paus Inocentius X( 1644-1655) mengangkatnya sebagai Kardinal- Diakon Santi Cosma e Damiano pada 6 Maret 1645; dan ia didaulat menjadi Prefek Apostolik Signatura (Tribunal) pada 22 Januari 1647.
Ketika bencana kelaparan melanda Ferrara, Paus mengutusnya sebagai Delegatus Takhta Suci pada 15 Juni 1648. Benedetto mengemban amanat untuk mengatasi derita rakyat Ferrara. Ia diperkenalkan pada rakyat sebagai ‘Bapa Kaum Papa’. Secara kilat, Benedetto pun dekat dengan rakyat jelata, dan namanya segera naik daun. Pribadinya yang murah hati dan simpatik mendapat tempat istimewa di hati rakyat.
Ditangkap Tuhan
Meski sebagai Kardinal memangku berbagai jabatan penting dalam Kuria Roma, Benedetto masih belum ditahbiskan sebagai imam. Akhirnya Tuhan seolah menangkapnya untuk mempersembahkan diri dalam panggilan imamat. Tak terduga, Paus Inocentius X mengangkatnya sebagai Uskup Novara pada 4 April 1650. Dengan demikian, ia harus menerima tahbisan imam sebelum ditahbiskan sebagai Uskup. Pada 29 Januari 1651, Kardinal Benedetto menerima tahbisan episkopal.
Sebagai gembala di Novara, Benedetto dikenal karena kemurahan hatinya. Ia menghabiskan banyak harta milik keuskupannya untuk karya amal bagi orang miskin dan sakit. Namun pada 6 Maret 1656 ia mengundurkan diri sebagai Uskup Novara, karena kesehatannya terganggu dengan iklim di wilayah itu. Tak ingin menyulitkan umat Novara, ia mohon pada Paus Alexander VII (1655-1667) agar saudaranya –Giulio Maria Odescalchi OSB– ditugaskan untuk mengisi kekosongan Takhta Novara. Paus pun menyetujui dan menarik kembali Benedetto ke Roma untuk bekerja di lingkungan Kuria Roma.
Pada 21 April 1659 Paus Alexander VII memberikan gelar baru kekardinalan bagi Benedetto. Ia diangkat sebagai Kardinal- Imam Sant’Onofrio. Nama Benedetto kian populer di kalangan Kuria Roma. Bapa Suci pun menugaskannya sebagai Camerlengo (Presiden Camera Apostolica) sejak 12 Januari 1660 hingga 24 Januari 1661. Selanjutnya, ia didaulat lagi sebagai Delegatus Takhta Suci untuk Ferrara tahun 1666.
Takhta St Petrus
Selama bekerja di Kuria Roma, Benedetto mengalami masa kepemimpinan empat Paus, yakni: Inocentius X, Alexander VII, Klemens IX (1667-1669), dan Klemens X (1670- 1676). Pada 22 Juli 1676, Paus Klemens X wafat. Saat itu, terjadi masa sede vacante hampir dua bulan. Para Kardinal sulit mencapai kesepakatan untuk memilih Paus baru. Akhirnya konklaf yang digelar pada 2 Agustus – 21 September 1676 itu memilih Benedetto sebagai Paus ke-240. Ia memilih nama Inocentius XI sebagai bentuk penghormatan atas dua pendahulunya, yakni Paus Inocentius VIII (1484-1492) dari keluarga bangsawa Cibo yang salah satu anggota keluarganya menjadi Kardinal elektor dan termasuk papabilis atau calon kuat Paus dalam konklaf kala itu; serta Paus Inocentius X yang telah mengangkatnya sebagai Kardinal dan Uskup Novara. Benedetto dimahkotai dan mulai menduduki takhta sejak 4 Oktober 1676.
Paus Inocentius XI bertakhta selama hampir 13 tahun, dan wafat pada 12 Agustus 1689. Jenazahnya dimakamkan di Musoleum di bawah altar San Sebastiano di Basilika St Petrus Vatikan. Lalu jenazah itu dipindahkan ke Kapel Transfigurasi ketika altar San Sebastiano digunakan untuk menyemayamkan Paus Yohanes Paulus II (1978-2005). Proses beatifikasinya telah dibuka oleh Paus Benediktus XIV (1740- 1758) pada 1741. Lalu dilanjutkan lagi oleh Paus Klemens XIII (1758-1769) dan Paus Klemens XIV (1769-1774). Namun karena pengaruh otoritas Perancis, proses ini sempat terkatung-katung selama lebih dari dua abad. Akhirnya, Paus Pius XII (1939-1958) membuka kembali proses itu dan membeatifikasinya pada 7 Oktober 1956.
Sebagai pribadi, Paus Inocentius XI dikenal sebagai figur yang sederhana dan saleh, bahkan sebelum ia menjadi Paus. Ia berjuang melawan nepotisme dalam birokrasi Gereja, dan mencanangkan penghematan finansial dalam Kuria Roma. Ia juga memerangi aneka bentuk perjudian dan tindak maksiat dengan menutup banyak teater di Roma yang menjadi tempat makar. Selain itu, ia memberikan contoh kesederhanaan dalam berpakaian dan kesalehan dalam hidupnya. Para Kardinal selalu ia nasihati untuk mengikuti gaya hidupnya.
Paus Inocentius XI menerapkan standar kualitas yang cukup tinggi bagi pendidikan calon imam di seminari. Ia pun menerapkan hal yang sama bagi kaum awam. Mereka ia dorong untuk bisa menerima komuni kudus setiap hari, dan menganjurkan penggunaan katekismus sederhana sebagai panduan katekese.
Tahun 1685, Paus Inocentius XI menunjukkan kemurahan hatinya terkait relasi dengan bangsa Yahudi. Sungguh di luar dugaan; ia memaksa pemerintah Venesia kala itu Francesco Morosini untuk melepaskan para tahanan Yahudi yang mereka tangkapi. Gereja memperingati Beato Inocentius XI setiap 12 Agustus.
R.B.E. Agung Nugroho
HIDUP NO.09 2014, 2 Maret 2014