HIDUPKATOLIK.COM-IBU Rohma berkerudung hitam menyusuri kerumunan masyarakat yang menyemut di Lapangan Brimob, Polda Maluku, Tantui, Ambon, Maluku. Sebuah keranjang minuman berisi es teh manis ditawarkan kepada para pengunjung di lapangan yang tak jauh dari Jembatan Merah Putih Ambon. Terik matahari membakar merah tanah Tantui tak menyurutkan semangat wanita asal negeri Galala-sebuah desa yang berjarak kurang lebih lima kilometer dari pusat Kota Ambon. “Pesta Padua Suara Gerejani Katolik (Pesparani)membuka kesempatan bagi kami ibu-ibu untuk menjajalkan dagangan kami. Di saat pesta dimana banyak orang datang dari berbagai penjuru Indonesia kami ingin mengais rezeki,” ungkap wanita 54 tahun ini.
Rohma tak sendirian. Di sekitar pantai tempat berlangsungnya Expo (Pameran Kebudayaan) Maluku, Jumat, 26/10. Di tempat yang sama, Imam Nuhuniwe,seorang bocah 12 tahun juga menjajalkan dagangan serupa. Ia tak peduli dengan para polisi dan TNI yang menjaga ketat tempat itu. Imam tanpa malu menawarkan jajanannya berupa rokok, aneka jus dan beberapa minuman lainnya kepada para pengunjung yang memadati Pameran Kebudayaan tersebut. Ia mengatakan,” Beta cari uang untuk bantu mama supaya bisa bayar uang sekolah.”
Stand Pameran Kebudayaan di hari kedua Pesta Iman umat Katolik ini dihadiri sekitar 110 stand yang dibuat untuk para peserta dari setiap Provinsi. Tujuan utamanya adalah memperkenalkan hasil kreativitas daerah masing-masing. Kegiatan pameran kebersamaan yang dibingkai dalam kebudayaan lokal setiap daerah ini dibuka langsung oleh Ketua Umum Panitia Pesparani Zeth Sahuburua, didampingi Ketua Umum LP3KN Adrianus Eliasta Meliala dan Ketua Panitia Pameran Elvis Patisslanob.
Dalam sambutan sekitar 10 menit itu, Zeth menyebutkan bahwa pameran ini adalah kesempatan mempererat semangat persaudaraan. Tak ayal, pria yang tegas dalam berbicara ini menyebutkan bahwa Maluku menjadi laboratorium pembinaan kerukunan antar umat beragama.
“Pameran yang dibingkai bersamaan dengan Pesparani ini memberikan banyak kesan positif kepada masyarakat. Dengan Pesparani ini, kita memberi semangat baru yaitu pesta kerukunan antar umat beragama. Kita yang hadir di Maluku menjadikan daerah ini sebagai satu kesatuan yang dijiwai semangat Siwalima berbasis kepulauan,” ungkap Zeth.
Lebih detail lagi Zeth menambahkan bahwa pameran kali ini mengangkat soal kearifan lokal dimana terjadi pertukaran kebudayaan antar para peserta. Soal ini Zeth malah memberi contoh Maluku sebagai penghasil rempah-rempah yang membuat banyak orang datang mencari rempah-rempah. “Kami berharap dalam pertukaran itu ada tanda tangan MOU antar provinsi,” jelas Zeth disambut tepuk tangan masyarakat yang hadir.
Di akhir sambutannya Zeth mengutip penegasan Presiden Jokowi soal majunya sebuah daerah. Jokowi, kata Zeth mengatakan sebuah daerah maju tergantung dari investasi dan exspor. Soal invenstasi, ia memberikan empat syarat yaitu stabilitas keamanan, kepastian hukum, infrastruktur, dan keterbukaan masyarakat pada para investor. “Bila empat syarat ini dipenuhi oleh sebuah daerah maka daerah itu tentu akan mengalami kemajuan.”
Sementara itu Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan selaku Ketua Bidang Pameran Pesparani Elvis Patisslanob dalam laporan pertanggungjawaban mengatakan adanya kegiatan Pesparani ini berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Maluku Said Assagaff Nomor 196 Tahun 2017 tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Pesparani Katolik I Tahun 2018 di Kota Ambon menetapkan Wakil Gubernur Zeth Sahuburua sebagai Ketua Umum Panitia Pesparani Katolik I dan membawahi 16 bidang kepanitiaan.
Elvis menambahkan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah menjadikan Maluku sebagai even pameran nasional secara berkelanjutan, meningkatkan produksi dalam negeri, membuat sosialisasi potensi daerah dan keagamaan. “Tapi satu hal juga yang harus diperhatikan adalah memberi pemahaman kepada masyarakat akan kecintaan mereka terhadap produksi lokal sendiri,” sebut Elvis.
Pameran Kebudayaan Pesparani 2018 ini berjalan meriah karena menghadirkan ragam lagu khas Maluku dan tarian. Selain masyarakat umum, para Polisi Wanita pun tak ketinggalan dalam mengisi acara dengan lagu-lagu yang meriah. Kemeriahan dan sukacita di atas panggung nampak dengan lagu dan tarian yang dibawakan.
Kole kole arumbai koleTiup angin ke utara arumbai kole. Manise manise sota lalu manise, sama santan dengan gula sota lalu manise. Dari kejauhan bibir Pantai Tantui terdengar lagu Kole-kole sebagai salah satu lagu yang dibawakan dalam Pameran Kebudayaan kali ini. “Kami merasa senang dan bahagia dengan kegiatan hari ini. Kami puas karena lagu-lagu yang dibawakan sangat memuaskan,” ujar Marius seorang peserta dari Papua Barat.
Yusti H. Wuarmanuk (Ambon)