HIDUPKATOLIK.com – Hope diharapkan tidak saja berhenti menjadi komunitas, ia harus menjadi “rumah kedua” untuk terus berkumpul memuji dan menyembah Tuhan.
Hati Michael Gabriel Edy Santoso begitu gundah. Padahal, ia baru saja menyelesaikan studinya di Surabaya, Jawa Timur. Mahasiswa jurusan Tehnik Kimia itu merasa runyam saat harus kembali ke Malang. Di benaknya, Surabaya adalah kota yang lebih besar, dibandingkan Malang. Ia yakin, Surabaya bisa memberinya pekerjaan yang lebih banyak.
Dalam kegalauhan-nya itu, Edy akhirnya kembali ke kota kelahirannya itu. Ia pun memulai hidup baru. Akan tetapi, ia merasa kurang. Hingga suatu hari ia menemukan Komunitas Praise and Worship. Lewat komunitas inilah, ia menemukan Tuhan.
Dari awalnya belum dibaptis, Edy mantap untuk menerima Sakramen Permandian pada tahun 2005. Ia mengakui, di komunitas doa ini, ia berkembang dalam iman. Di sini, ia seakan melalui satu jalan baru yang bermuara pada keputusannya untuk menjadi Katolik. Itu pula yang membuat dirinya terus bertahan karena telah menemukan oase dalam hidupnya.
Jalan Kharismatik
Ketika awal Edy bergabung, komunitas ini hanya sebentuk sekumpulan anak muda yang rutin berdoa bersama. Belakangan, komunitas ini menamai diri mereka sebagai House of Praise for Eternity (Hope) sejak 26 Oktober 2008. “Ketika itu saya ikut saja beraktivitas, meski saya tahu bahwa saya belum dibabtis,” kenang edy.
Embrio komunitas Hope mulai bertumbuh berkat usaha sekelompok anak muda Katolik. Pada awalnya, mereka hanya sekumpulan orang mudah Katolik yang melakukan doa dan pujian bersama secara rutin. Sebagaimana namanya, komunitas ini adalah rumah bagi kaum muda yang memiliki kerinduan akan Tuhan.
Belakangan, Hope berada dalam naungan Badan Pelayanan Keuskupan Pembaharuan Karismatik Katolik, (BPK PKK) Malang. Kini, Hope seakan menjadi pemantik semangat anak muda Katolik di Kota Malang agar lebih dekat dengan Tuhan lewat doa dan pujian.
Dalam menapaki langkahya, komunitas ini memilih jalan kharismatik. Pilihan inilah yang sangat berat kala itu. Koordinator Hope, Veronica Olivia Soputro menerangkan, awalnya ada kesalahpahaman pada sebagian Orang Mudah Katolik (OMK). Mereka beranggapan kelompok ini seperti gerakan beberapa kelompok gereja reformasi. Hal ini dikarenakan ciri khas kharismatik yang sangat kental dalam komunitas ini. Ciri ini tercermin dalam cara mereka berdoa dan mengungkapkan pujian.
Veronica menjelaskan, meski tidak mendapat antusiasme dari OMK, Hope tidak pupus harapan. Mereka tetap melayani Gereja Katolik dengan ciri khas kharismatik. Ia menambahkan, Hope berkeyakinan, bahwa kharismatik adalah salah satu warisan Gereja Katolik yang harus dijaga. “Sebagai kaum muda gereja katolik menjaga warisan ini adalah tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu kami menghidupinya dalam komunitas ini.”
Seiring waktu, banyak anak muda yang meminati komunitas ini. Mereka berasal dari berbagai paroki di Keuskupan Malang. Pada tahap ini, lanjut Veronica, keanggotaan komunitas lalu menjadi terbuka bagi umat yang sudah berkeluarga, untuk anak usia remaja maupun anak kecil (Hope Kids).
Hope Kids menunjukkan concern komunitas kepada perkembangan iman anak. Di sini, anak-anak mendapatkan bimbingan untuk berdoa, melakukan pujian, dan melayani. “Mereka harus terbiasa sejak kecil sehingga mereka benar-benar menjadi anak-anak yang bertumbuh dalam iman katolik,” ujar Veronica.
Dengan semakin banyak kategori anggota, hal ini memperkaya komunitas ini sendiri. Veronica mengakui, kondisi ini akhirnya menjadi kesempatan untuk melakukan pembinaan berkelanjutan dan untuk menumbuhkan tunas-tunas Gereja. “Saat orang tua dilibatkan maka perkembangannya akan berkesinambungan. Mereka akan mendidik dan membina anak sehingga ada pengkaderisasian.”
Pendiri Hope yang lain, Crescentia Maria Amelia Kurnia Dewi menambahkan, beberapa muda-mudi dari Gereja Reformasi pada saat tertentu juga bergabung dalam kegiatan mereka. Rasanya, mereka menemukan kecocokan dengan cara berdoa yang dikembangkan Hope. “Kami terbuka untuk melakukan doa dan pujian bersama. Selain itu, kami juga melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan Hope,” bebernya.
Hingga saat ini komunitas ini telah berkembang di beberapa paroki di Keuskupan Malang. Beberapa paroki yang menjadi tempat tumbuhnya Hope diantaranya Paroki St. Andreas Tidar, Paroki Maria dari Gunung Karmel Ijen, Paroki St. Albertus de Trappani Blimbing, Paroki Vincentius a Paulo Langsep, Paroki Hati Kudus Yesus Kayutangan, Paroki Maria diangkat ke Surga Lely dan Paroki Ratu Rosari Ksatrian.
Bergandeng Tangan
Hope menyelenggarakan pelayanan secara rutin. Kegiatan ini untuk memperkaya iman anggotanya melalui pembelajaran dan pengalaman. Pelayanan tersebut disesuaikan dengan perkembangan mudamudi, keluarga, dan masyarakat. Selain itu mewujudkan sebuah komunitas yang selalu bergandengan tangan.
Amelia memaparkan kegiatan ini melibatkan seluruh anggota. Ia mencontohkan, Hope mengadakan Persekutuan Doa umum setiap hari Jumat kedua dan keempat dalam bulan. Kegiatan ini diadakan pada pukul 19.00 WIB. Ia melanjutkan, Hope juga menginisiasi persekutuan doa kecil (Komunitas Sel). Untuk yang satu ini, Hope membentuk Komunitas Sel di setiap paroki.
Dengan model semacam ini, peserta di setiap paroki dapat aktif terlibat. Amelia menuturkan, kegiatan doa dalam Komunitas Sel ini diadakan bergantian di rumah anggota. “Ini merupakan kesempatan bagi Hope untuk bersekutu bersama, pujian penyembahan, sharing dan mempelajari firman Tuhan, saling mengenal, saling mendoakan, dan saling mendukung,” kata dia.
Iman bagaimana pun harus nyata dalam tindakan. Hope sadar benar akan hal ini. Untuk itu, Amelia menjelaskan, beberapa aksi nyata seperti pelayanan orang sakit juga diadakan dengan melibatkan anggota. Pelayanan kepada orang sakit ini diadakan setiap hari Minggu pertama dan keempat dalam bulan. Saat ini, pelayanan bertempat di Rumah Sakit Panti Waluya. “Di sana kami mendatangi orang yang menderita sakit. Kami memberikan penghiburan dan mendoakan pasien Katolik yang sedang sakit. Kami berhadap mereka mendapatkan penghiburan dengan kehadiran kami, ujar umat Paroki St. Vincentius a Paulo ini.
Saat ini aktivitas Komunitas Hope tak hanya sebatas intern saja. Amelia menjelaskan, Hope selalu mendorong setiap anggota untuk terlibat dalam semua bentuk pelayanan. Untuk itu, anggota hope juga terlibat dalam berbagai pelayanan misalnya menjadi lektor, pemazmur, pewartaan multimedia, bahkan juga membantu di poliklinik gereja.
Rumah Kedua
Hadirnya komunitas ini telah menjala banyak orang di keuskupan Malang, terutama OMK. Mereka sedang menapaki perziarahan mencari Tuhan. Menurut Olivia komunitas ini menjadi tempat yang bagus bagi pertumbuhan dan perkembangan iman anggotanya. “Ini adalah wadah untuk berkreasi dan berino vasi bagi anggotanya, apalagi sebagian besar dari mereka adalah kaum muda. Di sini mereka mampu mengembangkan potensi yang dimiliki untuk memuji Tuhan,” katanya.
Hope diharapkan tidak saja menjadi komunitas tetapi menjadi rumah kedua bagi anggota-anggotanya. Rumah kerinduan bagi Tuhan. Olivia menambahkan, komunitas ini, dengan kekhasannya sebagai komunitas kharismatik, mengajak orang lebih dekat dengan Tuhan. Setiap anggota diajak untuk merasakan kehadiran Tuhan secara pribadi. “Di sini mereka akan terus berkumpul memuji dan menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran untuk selamanya.”
Willy Matrona
HIDUP NO.38 2018, 23 September 2018