HIDUPKATOLIK.com – Seorang pengantin pria dengan sendu mengungkapkan kegembiraannya melalui sebuah syair lagu Manggara (Ninggo) dalam ulang tahun pertamanya Komunitas Perempuan Manggarai (KPM) yang bertajuk Sesamaku adalah Aku yang Lain, menyitir filsuf kenamaan Prancis Gabriel Marcell di Wisma Selipi, Jakarta Barat, Minggu, 22/10. Lantunan lagu tersebut berisi ucapan terima kasih dan kegembiraannya telah menjalankan pernikahannya secara Katolik.
Layaknya sebuah pantun, lagu tersebut dibalas oleh perwakilan orang tua yang berisi nasihat untuk terus mempertahankan Bahtera Rumah Tangga meski badai datang silih berganti. Nasihat yang sangat magis tersebut juga meminta agar kedua pasangan tersebut menjadi keluarga yang menjunjung tinggi adat Manggarai dan adat Gereja Katolik Roma.
Pastor Petrus C Aman dalam khotbahnya mengungkapkan bahwa tema yang diangkat oleh KPM merupakan seruan untuk membangun sikap soliter terhadap yang lain. Sebagai mana Adam dan Eva diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lainnya.
“Orang lain adalah diri kita yang lain, yang menjadi sumber inspirasi bagi kebersamaan, bagi kehidupan bersama, juga bagi solidaritas,” ujarnya.
Ketua Panitia Emiliana Kabur mengungkapkan Nika masal ini sengaja dirangkaikan dalam ulang tahun KPM yang pertama. Menurutnya Nikah Masal ini merupakan bentuk kepedulian sosial KPM terutama terutama keluarga yang belum mensahkan pernikahannya menurut hukum Gereja Katolik.
“Kami tidak mau sekadar ulang tahun, setelah itu selesai. Kami hanya ingin berbelarasa dan ikut terlibat dalam penderitaan orang lain,” kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan, KPM juga menjunjung tinggi adat dan budaya Manggarai sehingga rangkaian kegiatan ini semuanya berbau budaya Manggarai. Wujudnya mulai dara Panganan khas Manggarai, Pakayan Adat hingga tarian adat Manggarai. Selain itu KPM juga memberi ruang kepada Komunitas Lingko Ammi untuk mementaskan derama Belisa yang diperankan dalam bahasa Manggarai.
Sedangkan Ketua KPM, Yosefina Syukur menjelaskan nikah masal bersamaan dengan ulang tahun KPM telah dirancang jauh sebelumnya. KPM menganalisa semua persoalan yang dihadapi oleh orang Manggarai di Perantauan. Setelahnya dilakukan penelusuran dan ternyata cukup banyak mereka yang tinggal bersama tanpa pernikahan.
“Mereka layaknya suami istri dan telah mempunyai anak. Sebagai Perempuan, kami tidak mau tinggal diam. Kami membantu mereka, karena itu tujuan berdirinya organisasi KPM ini,” bebernya.
Ia menambahkan KPM telah berbadan hukum dan sengaja dibentuk untuk lebih fokus pada keprihatinan sosial masyarakat Manggarai di Perantauan. KPM memulai perhatiannya dari perempuan dan warga Manggarai di Jabodetabek terlebih dahulu.
“Rencananya perhatian tersebut akan meluas ke Manggarai dan NTT. Dalam pelaksanaanya kami juga akan bekerja dengan beberapa perkumpulan Manggarai di Jakrta seperti Ikatan Manggarai Keluarga Kalimalang,” ujarnya.
Willy Matrona
Proficiat KPM.
bangga, peduli dgn sesama.
Semoga ditempat lain bisa dibentuk KPM..
Trimaksih