HIDUPKATOLIK.com – Anak tukang kayu ini terpilih sebagai pemimpin umum Serikat Sabda Allah (Societas Verbi Divini/SVD). Tahun ini juga dia merayakan usia perak (25 tahun) tahbisan imamat.
Pada 2016, atau dua tahun sebelum masa tugasnya sebagai anggota Dewan General SVD berakhir, Pastor Paulus Budi Kleden SVD –kerap disapa Pater Budi– punya dua impian. Pertama, dia kembali menjadi dosen di STFK St Paulus Ledalero, Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kedua, dia ingin menjadi misionaris di Liberia. Padahal, potret kengerian akibat perang saudara selama belasan tahun masih terpampang jelas di negeri Afrika Barat itu: gedung pemerintahan yang terbakar, gedung sekolah yang terlantar, dan kapela serta gereja yang tak terawat. Liberia juga termasuk salah satu negara termiskin di dunia dengan menempati posisi 177 dari 188 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (HDI) yang diterbitkan UNDP. “Saya tahu tugas ini amat menantang. Tapi saya mau ke sana sesudah enam tahun di Roma.”
Rencana tersebut ternyata belum bisa terwujud. Pada Kapitel General ke-18 di Roma, Juli lalu, serikat memutuskan agar Pater Budi tetap berada di Kota Abadi. Memang, dia tak lagi menjadi anggota dewan, tapi justru sebagai pemimpin umum SVD sedunia. Pater Budi merupakan orang Indonesia pertama yang berada di pucuk pimpinan tarekat yang berdiri sejak 1875.
Teladan Orangtua
Imam yang merayakan usia perak (25 tahun) tahbisan imamat pada Mei lalu menyadari, tanggung jawab itu tak mudah. Saat ini, kata Pater Budi, anggota SVD (uskup, imam, bruder, dan frater) berjumlah sekitar 6000 orang. Mereka tersebar di 84 negara. “Tugas sebagai pemimpin bukan bakat saya, tapi saya diberi kepercayaan. Saya sendiri masih
harus belajar untuk menemukan itu,” ungkapnya, merendah, ketika ditemui di Wisma Soverdi Matraman, Jakarta Timur, Kamis, 30/8.
Paling kurang ada empat alasan yang memberanikan dia untuk menjalankan tugas sebagai superior general. Pertama, hasil pemilihan tidak ditentukan karena lobi politik. Proses tersebut, kata mantan Wakil Provinsial SVD Ende itu, berlangsung dalam suasana doa dan disermen. Alur pemilihan itu juga sangat transparan dan kredibel.
Doktor Teologi Sistematik jebolan Universitas Albert Ludwig Freiburg itu membeberkan, pemilihan dimulai dengan retret bersama para peserta kapitel. Tema yang dibahas soal kepemimpinan. Pada kesempatan itu, tiap peserta diberi waktu untuk memikirkan seorang kapitularis (peserta kapitel) yang layak sebagai pemimpin. Mereka lantas masuk ke dalam 12 kelompok. Nama dan keutamaan para kandidat dibahas dalam grup kecil itu. Ada lima nama yang mengemuka dalam sharing kelompok.
Kelima calon diminta oleh steering committee untuk mengemukakan satu keunggulan masing-masing. Keutamaan itu sebagai bekal mereka bila terpilih menjadi superior general. Seperti dilansir situs Amorpost.com, Pater Budi mengatakan, dirinya bisa menjadi pendengar yang baik. “Saya rasa ini kekuatan yang saya punya. Maka, selama menjalankan tugas ini saya dengan senang hati mau mendengarkan buah pikiran, koreksi, dan kritik yang bisa membantu SVD dan semua anggota menjadi lebih baik.”
Kemampuan mendengarkan itu, katanya, diperoleh dari orangtua. Sejak kecil, anak kelima dari enam bersaudara itu diajarkan oleh orangtua agar menjadi pribadi yang mau mendengarkan orang lain dan tidak egosentris.
Sang ayah, Petrus Sina Kleden, kendati berprofesi sebagai tukang kayu tapi salah satu figur yang dihormati di kampungnya. Ayahnya sering menjadi penyelesai masalah dalam suku dan masyarakat. Sebagai penengah, sang ayah pasti punya kecakapan untuk mendengarkan berbagai pihak untuk mengambil keputusan yang tepat.
Dari sang ayah, pria kelahiran Waibalun, Larantuka, NTT ini belajar menjadi pendengar yang baik agar bijak dalam mengambil keputusan. Selain itu, hidup doa, kerja keras, dan kemauan untuk berbagi merupakan teladan rohani dan keutamaan hidup yang diperolehnya dari ayah serta ibunya, Dorotea Sea Halan.
Harus Konsisten
Alasan kedua Pater Budi menerima kepercayaan tarekat kepadanya adalah karena mantan anak binaan serta saudara setarekatnya. Kala menjadi formator (pembina) di Ledalero maupun sebagai anggota dewan general, dia sering berkata kepada mereka agar selalu terbuka dan menerima penugasan tarekat. “Sekarang (justru) saya diminta (serikat) untuk menerima tanggung jawab ini selama enam tahun ke depan. Jadi, saya harus konsisten dengan yang (pernah) saya katakan.”
Ketiga, koleganya dari negara lain memberitahu kepada dia, seperempat anggota SVD saat ini berasal dari Indonesia. Jika Pater Budi menolak perutusan itu sekarang, maka paling singkat enam tahun lagi orang Indonesia mendapat kesempatan dan kepercayaan tersebut. SVD membutuhkan anggota dari Indonesia yang jumlahnya amat banyak di serikat.
Kekuatan lain, tambah penulis sejumlah buku seperti Teologi Terlibat dan Di Tebing Waktu ini adalah keyakinannya bahwa dia tak sendirian menjalankan perutusan tersebut. Dewan pasti membantunya. Dia juga memiliki anggota serikat yang rela memberi hidup untuk karya tarekat.
Pater Budi pun amat yakin, awam dan kongregasi lain, terutama para suster Misi Abdi Roh Kudus (Congregatio Missionalis Servarum Spiritus Sancti/SSpS) dan SSpS Adorasi Abadi (SSpS Adoratione Perpetua/SSpS AP) mendukung karya dan hidup SVD. Pendiri SVD, St Arnoldus Janssen, juga salah satu pendiri SSpS dan SSpS AP. “Walaupun (tugas) ini tak mudah, saya menerima dalam kesadaran bahwa saya tak sendiri, banyak orang berjalan bersama saya.”
Pada pertengahan September, Pater Budi bersama tujuh dewan general akan bertandang ke rumah misi perdana SVD di Steyl, Belanda. Akhir bulan ini, setelah pengukuhan, dia akan berunding bersama dewan ihwal kunjungan ke komunitas-komunitas SVD di seluruh dunia. Pater Budi tertarik untuk menyambangi para koleganya yang berkarya di medan kritis akibat konflik sosial dan politik, seperti: Uganda, Venenzuela, dan Nikaragua. “(Negara-negara) ini akan mendapat perhatian utama dari saya,” ujar Superior General ke-12 ini.
Mengunjungi dan melihat karya para kolega merupakan salah satu bentuk animasi misi. Ini merupakan salah satu dari tri tugas superior dan dewan general yang paling mendesak untuk dilakukan. Kendati teknologi komunikasi terus berkembang, kunjungan langsung takkan tergantikan. “Orang merasa sangat dihargai jika kita berkunjung langsung ke tempatnya. Dan saya pikir dengan ini (kunjungan) kami tak hanya berbicara dengan anggota SVD saja tapi juga dengan orang lain yang bekerja dengannya.”
Dapat Dipercaya
Pater Budi berharap kepada anggota SVD agar menjadi pribadi yang bertanggungjawab, pemimpin yang melayani, berkomitmen dan bertanggungjawab akan hidup dan karyanya sebagai anggota serikat. Dengan begitu, mereka melakukan suatu yang bermanfaat bagi umat dan orang lain.
Dia juga memohon doa dan dukungan dari umat bagi dirinya dan anggota SVD, baik yang berkarya di Indonesia maupun di negara lain. Sebab, menurutnya, SVD sebagai sebagai serikat religius, tak bisa melepaskan diri dari doa dan dukungan umat.
Akhirnya, baik kepada umat maupun anggota SVD, termasuk dirinya sendiri, dia ingin menjadi pribadi yang semakin dapat dipercaya. Artinya, ada kesesuaian antara apa yang dikatakan dengan yang dihayati sehari-hari. Dengan begitu membawa kebaikan untuk diri sendiri, keluarga, orang lain, serta serikat.
Yanuari Marwanto
HIDUP NO.37 2018, 16 September 2018