HIDUPKATOLIK.com – Sudah 30 tahun, Irenius Irwan Susanto menjadi dokter. Ia kembali terpilih berkarya sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Atma Jaya (RSAJ) Jakarta. Ia ingin mengembangkan RSJA menjadi rumah sakit pendidikan.
Tepat pada 23 Januari 2014, Irwan resmi menjadi pemimpin tertinggi di Rumah Sakit Atma Jaya (RSAJ) Jakarta periode 2014-2019. Ia melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan Dokter Marcia Marimba yang telah memimpin RSAJ selama lima tahun. Ia yakin, “Jabatan ini seturut kehendak Tuhan.”
Irwan pun memiliki sederet target yang hendak dicapai lima tahun ke depan. RSAJ, menurut Irwan, harus mampu menjawab kepercayaan pemerintah sebagai rumah sakit yang menjalankan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Ia juga ingin mempertahankan nilai-nilai kekatolikan dalam tubuh RSAJ. “Rumah sakit ini memegang prinsip dan nilai kekatolikan. Sampai kapan pun, hal itu harus tetap dipertahankan,” tandasnya saat ditemui di RSAJ yang berada di kawasan Pluit, Jakarta Utara, awal bulan lalu.
Dari nol
Irwan melintasi jalan yang berkelok demi menggapai cita-cita menjadi seorang dokter. Semenjak duduk di bangku sekolah dasar, ia bermimpi menjadi dokter. Kala itu, yang ada dalam benaknya, jika menjadi dokter, ia dapat menyembuhkan diri sendiri dan menolong sesama yang sakit.
Setapak demi setapak, cita-cita Irwan menjadi dokter menemukan titik terang. Pada 1979, ia mulai menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya Jakarta. Setelah lulus, ia bekerja di sebuah perusahaan farmasi selama beberapa tahun. Selama bekerja, Irwan tidak pernah lupa akan impiannya menjadi dokter.
Dua puluh tahun silam, bersama dua orang rekannya, Irwan merintis karir di bidang kedokteran. Ia membuka klinik bernama “Medika Lestari” di kawasan Ciledug, Tangerang, Banten. Perlahan tetapi pasti, klinik Medika Lestari kian maju. Irwan pun memutuskan berhenti bekerja di perusahaan farmasi, dan bertekun mengelola klinik tersebut. Klinik Medika Lestari berkembang menjadi rumah sakit bersalin, lalu lebih berkembang lagi menjadi Rumah Sakit Ibu Anak. Dan kini, menjadi Rumah Sakit Umum. “Medika Lestari saya rintis dari nol. Sekarang sudah memiliki 50 ranjang untuk pasien. Saya khususkan rumah sakit ini untuk orang-orang yang kurang mampu,” ujar pria kelahiran Jakarta, 9 Juni 1959 ini.
Berbagi
Irwan tidak ingin ilmu kedokteran yang dimiliki hanya disimpan sendiri. Sembari mengelola Medika Lestari, Irwan membagi ilmunya di Universitas Atma Jaya Jakarta. Ia menjadi dosen fisiologi di fakultas kedokteran. “Senin sampai Jumat, saya bekerja mengelola Medika Lestari. Hari Sabtu saya mengajar,” kisah ayah tiga anak ini.
Melihat ketekunan Irwan, RSAJ menunjuknya sebagai Direktur Utama RSJA periode 2002 sampai 2005. Tugasnya pun kian bertambah. Ia harus tetap mengelola Medika Lestari, menjadi dosen, serta memimpin RSAJ.
Tidak cukup sampai di situ. Panggilan berbagi dan menolong sesama terus ia dengungkan. Bersama sang istri yang juga berprofesi sebagai dokter, Irwan membuka praktik dokter di rumahnya, di Jalan Palem Petukangan, Jakarta Selatan. “Kami buka praktik jam setengah tujuh pagi sampai selesai dan buka kembali sore hari jam empat hingga selesai. Di tengah-tengah waktu itu, saya mengelola Medika Lestari dan ngantor di RSAJ,” ujar umat Paroki St Matius Penginjil Bintaro, Tangerang, Banten ini.
Sebagai dokter, Irwan terkadang mengalami masa sulit. Acapkali ia dimarahi pasien, lantaran tidak kunjung sembuh. “Banyak suka duka selama menjadi dokter. Ada pasien yang sembuh, tapi ada juga yang tidak sembuh. Ada yang marah-marah karena komplain dari efek samping obat. Tapi itu semua terbayar se telah melihat pasien sembuh dan sehat kembali,” ungkap Irwan yang juga men didik ketiga anaknya menjadi dokter ini.
Awal tahun ini ia terpilih kembali menjadi Direktur Utama RSAJ. Tugas utama Irwan, membenahi manajemen dan menjalankan roda kepemimpinan RSAJ bersama sekitar 400 karyawan. “Saya ingin mengembangkan rumah sakit ini menjadi rumah sakit pendidikan, karena mayoritas dokter dan karyawan di sini adalah alumnus Atma Jaya,” kata Irwan.
Kini, RSJA dipercaya pemerintah menjalankan program BPJS. Irwan menguraikan, setiap pasien yang sakit akan langsung ditangani di Unit Gawat Darurat (UGD) tanpa memandang status sosial apapun. “Hanya saja, memang perlu beberapa surat untuk kepentingan adiministrasi,” ujarnya. Menurut Irwan, meski masih membutuhkan bantuan dan uluran tangan dari donatur, RSAJ tetap berjalan. “Puji Tuhan, meski harus membenahi sana-sini dan masih membutuhkan bantuan donatur, rumah sakit ini masih dipercayai banyak pihak,” ungkap suami Susilawati Kusuma ini.
Irenius Irwan Susanto
TTL : Jakarta, 9 Juni 1959
Istri : Susilawati Kusuma
Anak : Felicia Permatasari, Yohanes Adiputra, Paulus Adinugraha
Pendidikan:
• SD-SMA Regina Pacis Jakarta
• Fakultas Kedokteran Umum Universitas Atma Jaya Jakarta
• Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Pekerjaan:
• Staf di PT Paros Indonesia (1987-1995)
• Pendiri Rumah Sakit Medika Lestari (1994-sekarang)
• Dosen Fisiologi Universitas Atma Jaya Jakarta (1994- 2002)
• Direktur Utama Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta (2002-2005)
• Direktur Utama Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta
Aprianita Ganadi
HIDUP NO.12 2014, 23 Maret 2014