HIDUPKATOLIK.com – Mereka datang dari kampus, daerah, dan suku yang berbeda. Mereka membangun persaudaraan dan mengembangkan potensi serta talenta yang mereka miliki. Iman pun mereka hidupi.
Kebersamaan menjadi prinsip yang ingin dihidupi setiap anggota Gereja Mahasiswa (GEMA). Koordinator GEMA, Gregorius Kristian Purwidi, mengatakan bahwa hampir pasti dari acara yang diselenggarakan oleh GEMA, anggota selalu tampil dalam kebersamaan dan penuh kekompakan dalam menyelesaikan kegiatan-kegiatan tersebut. “Anggota GEMA, sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan kekompakan. Itulah kekhasan kami anggota GEMA,” kata Gregorius, saat ditemui di sekretariat GEMA, Jalan Sultan Agung No 2 Bandung, Jumat, 14/3.
PusRoh ke Gema
Gereja Keuskupan Bandung terus menemukan bidang pelayanan sesuai kebutuhan umat. Pencarian bidang pelayanan itu pun merambah sampai komunitas-komunitas kecil dan kelompok kategorial tertentu, termasuk pelayanan bagi mahasiswa.
Pada 1976, dari sebuah refleksi, Gereja Katolik Bandung merasa perlu memberi pendampingan dan bimbingan rohani untuk para mahasiswa Katolik. Langkah konkret dari refleksi ini, RP H. Leemakers OSC membentuk sebuah kelompok yang dinamakan Pusat Rohani (PusRoh). Mula-mula kegiatan mereka berupa pertemuan berskala kecil, namun rutin. Pada waktu itu, setiap Minggu pagi diadakan Ekaristi, lalu dilanjutkan dengan ramah tamah. Dalam perjalanan waktu, mahasiswa yang datang dan bergabung semakin banyak. Kegiatan pun mulai bertambah dan bervariasi.
Persaudaraan mahasiswa itu perlahan mulai menemukan bentuknya. Pada April 1979, dibuatlah rekoleksi yang diikuti anggota PusRoh, di Lembang. Rekoleksi ini bertujuan agar anggota Pusroh mengambil bagian dan berperan aktif menghidupkan PusRoh. Pada kesempatan rekoleksi ini juga, anggota PusRoh memutuskan untuk mengganti nama PusRoh menjadi Gereja Mahasiswa, disingkat GEMA.
Sekretariat dan Kapel
Perubahan nama ini juga mendorong semakin banyaknya kegiatan yang mereka lakukan. Waktu itu, bidang kegiatan yang dikembangkan oleh GEMA, antara lain liturgi dan rohani, pendidikan, komunikasi, humas, kelompok penggemar elektronik (KPE), perpustakaan, audiovisual, serta rekreasi. Selain itu GEMA juga mengembangkan bidang pelayanan rohani.
Beragam kegiatan yang dikembangkan GEMA pada akhirnya membutuhkan tempat pemusatan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut. Maka, sejak 1980-an, dibangunlah gedung di Jalan Sultan Agung No 2 Bandung. Tempat inilah yang sampai sekarang dikenal sebagai Sekretariat GEMA. Kapel kecil juga dibangun untuk pelayanan rohani. “Di tempat ini, kami berkumpul, berinteraksi sebagai satu keluarga,” jelas Gregorius.
Sesuai dengan namanya, Gereja Mahasiswa, keanggotaannya pun merupakan himpunan mahasiswa Katolik se-kota Bandung. Mereka yang datang kebanyakan dari Kelompok Mahasiswa Katolik (KMK) dari kampus-kampus di kota Bandung. Para mahasiswa yang bergabung dalam wadah GEMA ini mendapat bimbingan dari para imam dan frater Ordo Salib Suci (OSC), serta sejumlah relawan awam pendamping kaum muda. Pastor Moderator GEMA saat ini adalah Onesius Otenieli Daeli OSC, yang mulai mendampingi sejak 6 Mei 2013.
Marselinus, mahasiswa Semester VI, Jurusan Komunikasi, Sekolah Tinggi Komunikasi STIKOM, melihat GEMA sebagai tempat yang penuh persaudaraan. “Kami datang dari berbagai kampus. Kami hidup dengan suasana aman dan nyaman di GEMA,” ungkap pria asal Flores ini. Di tempat ini juga, lanjutnya, kami membina diri, mengembangkan talenta, serta membentuk kepribadian menjadi pribadi yang matang dan dewasa.
Sementara Sisil menceritakan, selain mendapat teman baru, di GEMA ia merasa mendapatkan bimbingan dan belajar menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Ia merasa berkembang karena mendapat tugas-tugas yang dipercayakan padanya, meski sederhana. Misalnya, memimpin doa sebelum atau sesudah pertemuan. Bergabung dalam komunitas ini, Sisil juga merasakan kehidupan imannya semakin mantap. “Ini positif, kehidupan imanku semakin mantap dan bertumbuh dengan baik,” kata mahasiswi Universitas Katolik Parahyangan ini.
Untuk menanamkan nilai-nilai pada anggota, GEMA menyelenggarakan program latihan kepemimpinan yang mereka sebut Student Leadership Camp (SLC). Persaudaraan para anggota juga dipupuk melalui beragama kegiatan, antara lain kompetisi olahraga antar-KMK se-Kota Bandung. Dalam bidang kerohanian, setiap awal Tahun Ajaran diadakan perayaan Ekaristi, Ibadat Tobat selama masa Prapaskah, dan Ekaristi “Kebersamaan” Kelompok Mahasiswa Katolik (KMK) se-Kota Bandung.
Dari komunitas ini, sebagai Gereja, anggota GEMA pun terpanggil untuk diutus. Untuk mewujudkannya, mereka melakukan kegitatan-kegiatan sosial sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat, terutama yang miskin dan lemah. Bentuk-bentuk aksi yang mereka lakukan, antara lain adalah membersihkan selokan, donor darah, dan mengunjungi pasien yang sedang dirawat di rumah sakit.
Menurut Romo Ote, GEMA adalah wadah yang sangat strategis untuk berpastoral bagi kaum muda. Karena itu, menurut imam kelahiran Nias, 4 April 1976 ini, kelompok seperti ini harus dijaga, dipupuk, dan dikembangkan secara kreatif. Romo Ote menandaskan, “Pada pundak orang-orang muda seperti merekalah Gereja masa depan diletakkan.”
Norben Syukur
HIDUP NO.13 2014, 30 Maret 2014