HIDUPKATOLIK.com – Pesparani terbentuk untuk pertama kali di Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) dalam rangka mengikuti pesta wafatnya “Para Martir Kei”, tahun 2006. Thomas Reyaan sebagai pionir pesta itu mengusulkan kegiatan ini agar diagendakan dalam anggaran anggota dewan Malra. Di tahun berikut terlaksana Pesparani dengan partisipasi 13 paroki. Kegiatan ini lalu diagendakan dalam rapat Pastores Pulau Kei dan diusulkan ke Uskup Amboina. Berkat kerjasama dengan Pastor Agustinus Ulahayanan sebagai Sekretaris Keuskupan, panitia bisa bertemu Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC dan langsung disetujui bapak Uskup.
Dukungan pemerintah daerah juga sangat besar karena tak lama kemudian keluar Surat Keputusan Gubernur soal pembentukan LP3KD Maluku pada 8 Oktober 2008. Kemudian lahirlah Pesparani I di Pulau Kei, dihadiri hampir semua paroki dengan bantuan dana pemerintah sekitar 500 juta. Kegiatan ini dihadiri langsung Ketua KWI Mgr Martinus Dogma Situmorang OFMCap. Kemudian, Pesparani II di Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB). Hadir saat itu Duta Besar Vatikan Mgr Antonio Guido Fillipazi. Setelah itu, Pesparani III diadakan di Kepualaun Aru. Ketika Pesparani III ini terbentuklah semboyan, “Dari Maluku untuk Indonesia”.
Sekretaris Eksekutif KWI ketika itu, Pastor Yohanes Rasul Edy Purwanto melaporkan, berangkat dari suksesnya Pesparani ini, dalam rapat KWI diusulkan agar dibuat Pesparani level nasional. Permohonan dari panitia Maluku terus disampaikan kepada Dirjen Bimas Katolik agar segera mengeluarkan draf Peraturan Menteri Agama (PMA). Tahun 2016 keluarlah PMA nomor 35 tahun 2016. Proses ini berlangsung dengan dikeluarkannya PMA nomor 998 tahun 2017 tentang pengurus LP3KN periode 2017-2022 dimana Adrianus Eliasta Meliala sebagai ketua dibantu 100 personalia.
Yusti H. Wuarmanuk
HIDUP NO.41 2018, 14 Oktober 2018