HIDUPKATOLIK.com – Temu Kolese (Tekol) 2018, sebuah kegiatan bersama antar kolese di seluruh wilayah Indonesia, diadakan setiap 4 tahun sekali. Dalam kegiatan tersebut para siswa kelas XII dilibatkan dalam kepanitiaan dan peserta didampingi para pendidik.
Sesuai tema yang diusung, Embracing Diversity (Kita Tidak Sama, Kita Kerjasama), Tekol mengundang Jaringan Gusdurian untuk membantu peserta merefleksikan isu mengenai konflik agama dan suku yang tengah terjadi sekarang ini. Mereka diajak untuk mengolah pengalaman batin, terutama terhadap prasangka-prasangka, berkaitan dengan suku, agama, ras ataupun golongan (SARA).
Semangat itu nampak dalam kegiatan kunjungan para peserta Tekol ke Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal pada Kamis, 11/10. Siswa Tekol yang sedang tidak bertugas dalam rangkaian kegiatan acara, pergi mengunjungi kedua tempat ibadah yang berdekatan itu. Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk mengajarkan mereka tentang toleransi antar umat beragama.
Humas Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Susyana Suwadie yang kerap memberi penjelasan mengenai Gereja Katedral, mengungkapkan, “kami menerima sekitar kurang lebih 250-an anak yang terbagi dalam dua grup Tekol. Mereka berkunjung ke dua lokasi tempat ibadah, Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.”
Dalam kunjungan tersebut, Susyana menceritakan tentang sejarah Gereja Katedral dan tentang hubungan antar agama (interfaith) yang erat antara Katedral dan Istiqlal. Lebih lanjut ia menjelaskan, sekitar pukul 09.00 WIB, sembilan grup pertama yang berjumlah 150 orang berkunjung ke Istiqlal selama sekitar satu jam.
Kemudian mereka menyeberang menuju Gereja Katedral. Disini para peserta Tekol mendapatkan penjelasan dan tanya jawab tentang sejarah gereja selama sekitar 1 jam. “Termasuk penjelasan tentang tahun Persatuan dan replika Bunda Maria Segala Suku,” ungkap Susy.
Lebih lanjut, Susy berpendapat bahwa Temu Kolese saat ini dapat menjadi ajang yang sangat penting dan menarik bagi para peserta yang terlibat.
Di dalam ajang yang bertujuan untuk berkolaborasi dan berkompetisi antar peserta dari kedelapan kolese yang berbeda menjadi menarik karena para peserta Tekol dapat mengeksplorasi keberagaman dalam kebersamaan. Banyak hal yang dapat diperoleh dan dilatih dalam ajang ini yakni mengasah kemampuan atau bakat, sekaligus menjalin persahabatan.
“Kali ini saya bisa melihat dari dekat pelaksanaannya, karena baru pertama kali diadakan di Kolese Kanisius Jakarta. Sebelumnya selalu diadakan di Mertoyudan.”
Menariknya lagi, imbuh Susy, bahwa tema ditahun ini, embracing diversity memang sedang menjadi sorotan untuk dapat kita pelihara dan dilaksanakan dimasa-masa ini.
Temu kolese ini juga diikuti oleh SMP Kanisius Jakarta. Mohon ini menjadi catatan untuk redaksi dan peliputnya.
Siap, terimakasih Ibu Yuni Ika, terimakasih tambahan informasinya. Peserata Tekol 2018 dengan demikian terdiri dari 9 Sekolah, selain SMA Kolese Kanisius termasuk SMP Kolese Kanisius. Salam.
Berikut ini video streaming Malam Kesenian penutupan Temu Kolese 2018: https://www.youtube.com/watch?v=ikF_JIlVvCU