HIDUPKATOLIK.com – Hal paling penting dari sebuah foto adalah pesan dari sebuah gambar yang mampu memberi pengaruh.
Arah zaman selalu berubah. Hingga kini pintu gerbang era digital telah dibuka. Setiap orang diajak utuk masuk dan menapaki gerak zaman. Zaman yang dikenal era generasi milennial ini nampak perubahan yang begitu cepat. Itu disebabkan arus informasi yang sulit dibendung lagi.
Fotografi salah satunya menjadi instrumen untuk melihat dunia. Wisnu Tyas Saputra, siswa kelas XII, Jurusan Mutimedia, SMK St. Fransiskus Kampung Ambon, memiliki keinginan jadi fotografer profesional. Ia pada akhirnya memutuskan untuk melanjutkan sekolah di SMK Multimedia. Di sekolah ini, ia bergabung dalam ekstrakulikuler fotografi.
Wisnu menuturkan, fotografi menjadi salah satu minatnya. Baginya yang terpenting adalah bagaimana menekuninya dan menimba nilai-nilai yang penting di dalamnya. Di tempat ini, setiap anak dilatih mampu menangkap peristiwa menjadi sebuah karya fotografi yang bermakna.
Membidik Minat
Sejak berdiri SMK Multimedia St. Fransiskus Kampung Ambon mempunyai visi yang luas untuk membentuk karakter siswa yang yang memiliki kepekaan terhadap dunia digital. Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan, Petrus Wahyu Purnomo Aji mengungkapkan hal ini searah dengan visi Jurusan Multimedia merupakan kompetensi keahlian yang terfokus kepada Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Dalam memupuk kemampuan fotografi siswanya, meski masih menggunakan teknologi yang terbatas, namun tetap mencoba dimanfaatkan bagi sarana belajar. Wahyu berharap siswa dapat lebih jauh berusaha mempelajari fotografi dengan segala keterbatasan. “Di sini anak-anak diberi kesempatan menggunakan sarana komputer dan alat pendukung lainnya sebagai media pembelajaran,” jabarnya.
Sedangkan Emmanuel Nanang Prijambodo mengatakan, ekstrakurikuler Fotografi diharapkan menunjang pengetahuan anak. Ekstrakurikuler ini berdiri pada September 2015. Mulai saat itu, anak-anak yang memiliki minat terhadap fotografi bergabung dalam wadah ini. “Antusiasme anak cukup terlihat, dari waktu ke waktu selalu saja ada minat siswa untuk bergabung,” ujar guru Matematikan dan Fisika ini.
Nanang mengharapkan, siswa tidak hanya puas belajar dalam ekstrakulikuler. Ia mendorong siswa untuk menambah lebih banyak waktu belajar tentang hal yang meraka ingin tekuni. Menurutnya, tidak cukup kalah belajar fotografi hanya saat ekstrakulikuler. “Kalau hanya mengandalkan jam pelajaran maka akan sangat kurang. Dengan lebih banyak praktik, maka akan memperluas jam terbang.”
Hingga saat ini jumlah anggota Fotografi ini cukub banyak, sekitar 20 orang. Nanang menceritakan, sebagian besar dari mereka berkeinginan untuk menjadi fotografer profesianal. “Mereka sangat semangat dan benar-benar mulai menekuni bidang fotografi. Buah dari ketekunan tersebut mereka sering diundang dalam beberapa event untuk menjadi fotografer.”
Undangan semacam itu, lanjut Nanang, sangat memotivasi siswanya. Dengan begitu mereka mulai terbuka bahwa ternyata ketika fokus dengan suatu bidang.
Tempat Praktik
Selama beberapa tahun dibentuknya ekskul ini beberapa anak benar-benar menikmatinya. Mereka dengan total melakukannya meskipun fasilitas belum terlalu memadai. Dalam beberapa kegiatan anakanak bahkan membawa alat-alat pribadi mereka untuk dipakai selama kegiatan berlangsung.
Wahyu membeberkan sejauh ini kegiatan memang hanya seputar lingkungan sekolah hanya belum keluar. Kemudian tema-tema yang mereka angkatpun masih sederhana. Tema-tema ini sangat kecil akan tetapi mampu memberi pengaruh terhadap perkembangan anak. Beberapa di antaranya seperti tertib lalu lintas, peduli terhadap lingkungan, cara bercocok tanam, membuang sampah. “Untuk menambah pengetahuan kami, maka diberi kesempatan untuk turut terlibat dengan mengikuti kunjungan industri ke beberapa stasiun TV, melihat ruangan produksi, mengunjungi museum seni, galeri foto, dan banyak lagi,” jelasnya.
Siska Erika, Siswa Kelas XII menjelaskan, dengan kunjungan ke sana memberi inspirasi agar mereka lebih giat lagi dan mandiri. Kunjungan semacam ini sangat membantu dalam menambah ilmu. “Minimal sepulang dari sana kami menjadi semangat,” ujarnya.
Kegiatan ekskul Fotografi, imbuhnya, sangat membantu mengembangkan talenta. Di dalam kelas terkesan sangat padat dengan aneka teori. Kegiatan Fotografi ini sangat membantu dalam pengembangan kreativitas siswa di luar jam pelajaran. “Kami mengengembangkan dengan cara kami sendiri. Meskipun demikian kami tetap dibimbing oleh guru,” tambah Erika.
Foto yang Hidup
Ekskul Fotografi sangat membantu dalam perkembangan setiap siswa. Mereka dididik agar mampu membentuk karakter fotografi yang hidup. Hasil jepretan mampu memberi pesan yang luas terutama soal manusia dan keutuhan ciptaan.
Guru Fotografi, Quintasari mengapresiasi semangat anak-anak dalam kegiatan fotografi. Kegiatan hadir sebagai ekspresi kreatif dari para insan fotografi yang mulai berkembang sejak dini. Ini juga merupakan wadah untuk membangun oase fotografi. Selain itu, ini juga sebagai respons atas zaman. “Ada banyak kesulitan, terutama dalam mengabadikan gambar. Karena dalam memotret tidak bisa merekonstruksi momen. Jadi harus siap setiap saat dalam keadaan apapun bahkan kondisi yang mengancam jiwa sekalipun,” kata Quintasari.
Dalam fotografi, yang terpenting adalah kedisiplinan dan kepekaan dalam segala situasi. “Disiplin diwujudkan dengan hadir tepat waktu dalam setiap momen. Semua peralatan harus sudah disiapkan sebelumnya. Kepekaan adalah bagaimana cepat tanggap dalam setiap momen yang datang bahkan tidak pernah diduga,” tuturnya.
Selain itu, kegiatan Fotografi merupakan latihan memburu momen. Fotografer diharapkan mampu melihat realitas lebih jauh. Selama ini banyak fotografer yang hanya bertugas untuk mendapatkan pendapatan yang lebih sedangkan misi kemanusiaan dan kebaikan bersama ditinggalkan.
Di SMK Multimedia St. Fransiskus Asisi ini mereka diajarkan mensyukuri tiap momen yang hadir. Maka hasil foto-foto mereka diharapkan erat kaitannya dengan perdamaian, lingkungan hidup, dan keutuhan ciptaan Allah. Hal ini selaras dengan semangat St. Fransiskus Asisi. Bukan foto yang penuh kontroversial dan memburu materi. “Yang lebih penting dari itu adalah mereka dibentuk tidak sekadar mampu menghasilkan sebuah foto akan tetapi sebuah pesan yang mampu memberi pengaruh kepada penikmat foto. Membangun kehidupan dan keutuhan ciptaan,” pungkas Quintasari.
Willy Matrona
HIDUP NO.35 2018, 2 September 2018