HIDUPKATOLIK.com – Pekan Biasa XXVI; Ayb 9:1-12,14-16; Mzm. 88:10bc-11,12-13,14-15; Luk 9:57-62
BANYAK orang marah ketika doanya tidak dikabulkan, atau ketika semua miliknya tiba-tiba hilang lenyap. Ayub bertubi-tubi menghadapi kehilangan, namun ia memiliki sikap yang mencerminkan iman yang tulus akan kuasa Allah.
Ayub dapat mengambil jarak terhadap milik dan harta bendanya sehingga ia tidak kehilangan cinta dan pengharapan kepada Allah di tengah kehilangan nyawanya sekalipun.
Injil hari ini menampilkan Yesus sebagai pribadi yang tidak memiliki apa-apa. Bahkan tempat untuk meletakkan kepala-Nya, Ia tidak punya. Yesus mengundang siapa saja menjadi murid-Nya dengan arah yang sama, yaitu menuju kebebasan untuk tidak melekatkan diri terhadap apapun kecuali kehendak Allah.
Kelekatan-kelekatan tak teratur memberatkan langkah seorang murid dalam mencari dan menemukan kehendak Allah.
Sikap menunda-nunda dan mendua hati orang pertama telah mengaburkan inisiatifnya untuk mengikuti Yesus. Orang kedua dan ketiga memiliki relasi-relasi yang tidak jelas dan tidak saling membebaskan.
Menghadapi situasi-situasi tersebut, jawaban Yesus tetap sama, bahwa Ia memanggil semua orang kepada cinta yang membebaskan, bukan nafsu untuk memiliki dan menguasai yang menjadi batu sandungan bagi Kerajaan Allah.
Monica Maria Meifung
Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta