HIDUPKATOLIK.com – Cuaca dingin Mongolia terasa seperti mengigit hati nurani umat, saat mendengar kematian mendadak Prefektur Apostolik Ulaanbaatar pertama Katolik Mongolia, Mgr Wenceslao Selga Padilla.
Prelatus asal Filipina yang tergabung dalam Kongregasi Hati Maria Tak Bernoda (CICM) ini meninggal di ibukota Mongolia pada usia 68 tahun akibat serangan jantung, sebagaimana dilansir dari asianews.it, 26/9.
Imam yang ditahbiskan pada 1976 ini mencapai Mongolia pada 1992 bersama dengan dua konfrater. Kedatangan mereka kesana adalah untuk membuka sebuah misi dimana Gereja tidak memiliki kerangka fisik atau anggota sendiri. Pada saat itu, Mongolia baru saja menghapus sistem politik sosialis bergaya Soviet dan mulai menjalin hubungan diplomatik dengan Takhta Suci.
“Gagasan untuk melahirkan Gereja dari ketiadaan tampak seperti upaya yang menakutkan, penuh tantangan, tetapi sekaligus penuh kegembiraan,” ujar Padilla kepada AsiaNews pada tahun 2012 lalu.
Pada Agustus 2003, Padilla diangkat sebagai Prefektur Apostolik Mongolia oleh Paus Yohanes Paulus II. Saat bertugas sebagai uskup, Mgr Padilla telah berkontribusi terhadap pertumbuhan Gereja lokal. Berkat karyanya, Mongolia telah memiliki tujuh paroki dan tiga pusat misi dengan melayani sekitar 1300 umat Katolik.
Sebanyak 77 misionaris yang berasal dari 22 negara, di antara mereka ada sekitar 26 imam dan 45 biarawati, ditambah perempuan selibat awam. Selain itu, pada 28 Agustus 2016, Mgr Padilla merayakan pentahbisan bersejarah Pastor Mongolia pertama, Pastor Joseph Enkhee-Baatar di Katedral Santo Petrus dan Paulus di Ulaanbaatar.
Sebelum kembali ke pangkuan Bapa, prefek apostolik ini telah mengambil bagian dalam ziarah ke Seoul, Korea Selatan bersama dengan para uskup Asia lainnya. Ia pernah mendengar bahwa Vatikan mengumumkan ibukota Korea Selatan ini menjadi tempat ziarah internasional, tepatnya di tempat para martir Seosomun.
Felicia Permata Hanggu