HIDUPKATOLIK.com – Masih segar dalam ingatan, ketika Presiden Joko Widodo, melakukan lawatan kebangsaan ke kantor Konferensi para Waligereja se-Indonesia (KWI) pada Jumat, 24/9 silam.
Dalam pertemuan silaturahim yang berlangsung tertutup di ruang pertemuan Lt.2 KWI itu, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan Pancasila, “dengan keragaman perbedaan, agama, suku, adat, tradisi, yang terus kita rawat, jaga, persaudaraan, persatuan kita, dan yang terakhir, beberapa hal yang berkaitan dengan isu-isu di daerah.”
Salah satu hal konkret yang turut dibicarakan dalam agenda pertemuan tersebut ialah tentang persiapan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) yang rencananya akan diadakan pada 14-20 Oktober mendatang di Ambon.
Baca juga: https://www.hidupkatolik.com/2018/09/10/25581/presiden-bahas-berbagai-hal-dengan-kwi/
Pesparani memiliki dasar hukum yaitu Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik Indonesia (RI) No 35 tahun 2016 tentang Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Nasional (LP3KN), Keputusan Menteri Agama No 998 tahun 2017 tanggal 28 Desember tentang Pengurus dan Bagan Struktur Organisasi LP3KN periode 2017-2022, Keputusan Dirjen Bimas Katolik No. 2425 tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan PESPARANI, dan Keputusan Dirjen Bimas Katolik No. 2318 tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan dan Pengelolaan LP3KN.
Simak: https://www.hidupkatolik.com/2018/04/13/20056/ini-harapan-menteri-agama-pada-lp3kn-dan-pesparani/
Meski telah mengantongi payung hukum tersebut dan juga sempat disinggung dalam pertemuan dengan kepala negara, Ketua Umum LP3KN, Adrianus Eliasta Meliala pada Senin, 1/10, mengungkapkan kekhawatirannya, sehubungan dengan dana bantuan negara yang belum kunjung diberikan untuk Panitia Pesparani.
“Per hari ini, panitia belum menerima dana bantuan negara untuk konsumsi dan akomodasi 6 ribu peserta. Jika tidak kunjung kami terima, ya Pesparani batal,” tulisnya.
Adrianus khawatir, pelaksanaan kegiatan akan terganggu, sementara diperlukan biaya operasional, menjelang serangkaian kegiatan Pesparani yang sudah di depan mata. Ia mengungkapkan bahwa sudah hampir tiga minggu, dana sekitar 20 milyar dari pemerintah pusat belum diturunkan. “Hal ini menjadi masalah karena persiapan teknis di Ambon, tetapi masih mengalami kendala,” pungkas Adrianus.
Baca juga: https://www.hidupkatolik.com/2018/08/10/24549/ini-pesan-menag-lukman-hakim-menyambut-pesparani/
Sebelumnya dalam Temu Media Nasional yang berlangsung pada Jumat 21/9 di GKP, Katedral, Adrianus mengungkapkan bahwa Negara telah mengalokasikan anggaran sebesar 20 milyar. “Tetapi belum cukup mulus untuk satu kegiatan yang baru. Semetara persiapan sudah 95%.”
Untuk itu Ketua LP3KN Adrianus Meliala mendesak pemerintah untuk segera mencairkan dana operasional yang diperlukan, demi kelancaran acara yang akan diikuti oleh sekitar 8000 peserta, dan lebih dari 5000 diantaranya merupakan pendukung dari Maluku dan sekitarnya.
Ketua Tim Humas LP3KN, Muliawan Margadana turut mengungkapkan bahwa jumlah hotel yang tersedia hanya berkapasitas 3000 dan jadwal penerbangan yang terbatas. “Juga terkait dengan kedatangan Presiden,” tuturnya sembari menyampaikan beberapa agenda penting terkait Pesparani Katolik Nasional I:
- 26 Oktober 2018 : Pameran
- 27 Oktober : Pembukaan
- 29 Oktober : Perlombaan Hari I
- 30 Oktober : Perlombaan Hari II , akan datang Menag dan Menteri SDM\
- 31 Oktober : Seminar Nasional dan Munas LP3KN
- 2 November : Penutupan
Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik (LP3K) adalah suatu lembaga yang dibentuk berdasarkan prakarsa masyarakat Katolik untuk menggali dan mengembangkan seni budaya gerejani.
LP3K dibentuk pada tingkat nasional yang berkedudukan di ibu kota Negara. LP3K Nasional mempunyai tugas menyelenggarakan Pesparani Nasional dan membina LP3K Daerah (LP3KD). Kepengurusan LP3K Nasional ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada Menteri Agama. Masa bakti kepengurusan selama lima tahun.
Biaya kegiatan LP3K Nasional dapat bersumber dari:
- Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
- Usaha lainnya dan/ atau sumbangan lainnya yang tidak mengikat
Indikator Kesuksesan Pesparani
Adrianus yang merupakan pakar di bidang kriminologi dan kepolisian ini mengungkapkan, ditengah kesulitan yang masih ada, meski persiapan juga cukup matang, kesediaan akan hadirnya Presiden membuatnya lebih optimis.
Tentang kondisi byarpet listrik, permohonan dukungan dari Dirjen Kelistrikan juga telah disampaikan. Begitu pula kebutuhan kelancaran sinyal komunikasi, akan dibantu oleh TVRI dengan menggunakan peralatan streaming.
“Menurut saya jangan lihat kendalanya, tetapi juga lihat bahwa kita sebenarnya juga punya cukup kekompakan, dukungan luar biasa. Bapak Uskup juga melihat bahwa dukungan Presiden yang akan datang, pasti dia juga akan mengerahkan anggotanya sebaik-baiknya,” tutur pria asal Sungai Liat, Bangka, yang akan berusia 52 tahun pada 28 September tahun ini.
Ketika ditanyakan mengenai indikasi kesuksesan perhelatan perdana Pesparani, Adrianus mengungkapkan tiga hal. “Pertama, dari segi kehadiran orang, para peserta, dan tamu VIP tentu akan menjadi suatu monumen. Kedua dari sisi mutu acara, kami dalam hal ini bukan melihat mutu konteks kompetisinya, tetapi mutu nyanyiannya.”
Adrianus menjelaskan, sebagai Pesparani pertama, tentu tidak bisa dibandingkan dengan kontestan acara Pesparawi (Pesta Paduan Suara Gerejawi yang telah dijalankan sebelumnya oleh umat Kristen sejak 1983-red.). “Tetapi bahwa kita sudah mencoba yang terbaik, itu adalah sesuatu yang luar biasa. Dan ketiga, bahwa umat Katolik itu bersatu, kompak, tegak lurus, dan mampu menghadapi tantangan,” tutur Anggota Ombudsman RI sejak 2016-sekarang.
Sementara Ketua KWI, Mgr Ignatius Suharyo dalam kesempatan itu menyampaikan terimakasih kepada para panitia Pesparani. “Ketuanya adalah seorang awam, anggotanya sebagian kaum awam. Dan ini mencerminkan keadaan gereja di Indonesia. Sangat berbeda dengan gereja di Eropa, bahkan di Amerika,” tutur Mgr Suharyo.
Antonius Bilandoro