HIDUPKATOLIK.com – Pastor saya sering mendengar ungkapan Gereja sebagai Tubuh Mistik Krisus. Mengapa Gereja disebut tubuh mistik Kristus? Apa maksudnya?
Arnoldus, Pangkal Pinang
Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Efesus menyebutkan bahwa kita yang jauh, berkat Kristus kini telah menjadi dekat, menjadi bagian dari keluarga Allah, yang dibangun atas dasar Kristus sebagai kepala, sebagai bait-Nya, tempat kediaman Allah di dalam Roh-Nya. Dengan demikian, Gereja adalah tubuh-Nya, sehingga diharapkan menempatkan diri di hadapan-Nya (lih Ef 2:13-22; 5:27-28). Inilah antara lain yang melandasi penyataan bahwa Gereja adalah tubuh mistik Kristus.
Pertama-tama, Gereja karena didirikan oleh Yesus Kristus, sebagai tubuh-Nya, untuk melanjutkan karya penyelamatan-Nya, maka Gereja ada dan nyata karena Kristus. Gereja hidup hanya karena Dia, di dalam Dia dan oleh karena-Nya. Kristus adalah kepala, kita semua adalah anggota-Nya (lih 1 Kor 12:12-30). Gereja yang lahiriah, dengan struktur dan organisasinya sebagai kenyataan tubuh sosial, mencerminkan kenyataan hidup menggereja yang paling mendasar, yakni tubuh rohani. Yang kelihatan, mencerminkan yang tidak kelihatan, sehingga tubuh Gereja ini mencerminkan dan memancarkan hidup Kristus, Dia yang menjelma menjadi manusia untuk melaksakan karya keselamatan Allah.
Gereja memang adalah sakramen keselamatan Allah. Gereja ada bukan untuk dirinya sendiri, Gereja nyata karena Kristus. Konsekuensinya, Gereja diharapkan tidak sibuk dengan dirinya sendiri. Panggilan dasar Gereja adalah untuk membangun hidup semakin menyerupai Kristus. Gereja diharapkan, karenanya hidup pertama-tama dan terutama dari Kristus, bagai ranting bergantung dan hidup dari pokok anggur (lih Yoh 15:1-8). Di luar Dia, Gereja tidak ada dan tidak akan menghasilkan buah. Memang Gereja hidup dari rahmat Kristus, tumbuh dari-Nya dan mendapatkan kepenuhan di dalam-Nya, sebab segala sesuatu diperdamaikan di dalam Dia dan bagi Dia (lih Kol 1:15-21).
Panggilan dasar Gereja adalah untuk bersatu dengan Kristus, terutama dalam Ekaristi, dan bersatu dalam Roh Kristus, dengan menghidupi kharima-kharisma yang dicurahkan-Nya ke dalam tubuh Gereja, sehingga betapapun ada dalam keberagaman, semuanya adalah satu tubuh, di dalam Kristus. Komisi teologi kepausan di tahun 2015 menyebutkan agar Gereja semakin menghidupkan kharisma-kharisma para anggota tubuhnya, pun di kalangan kaum awam, agar Gereja semakin hidup dan menampakkan kenyataan dirinya sebagai tubuh Kristus, kenyataan mistik atau misteri hidup Yesus. Semakin berbagai kharisma yang beragam dihidupi, semakin Gereja menampakkan kekayaan rahmat yang semakin menghadirkan kekayaan hidup Kristus dalam Roh-Nya.
Kristus adalah yang sulung, yang terutama, agar kita pun membangun hidup di dalam Dia. Saat pertemuan para kardinal menjelang pemilihan Paus, Jorge Mario Bergoglio dikatakan menggambarkan Gereja saat ini sering sibuk dengan dirinya sendiri, seakan seperti suatu badan sosial, Gereja lebih mewartakan dan melayani dirinya. Akibatnya, Gereja kurang memancarkan terang Kristus. Maka dia mengharapkan Gereja semakin berpusat pada Kristus dan semakin mewartakan Kristus. Pernyataan tersebut bukan hal yang baru, sebab beberapa kali Paus Benediktus XVI sudah menyiratkan keprihatinan serupa. Dengan kata lain, Gereja diharapkan semakin menjadi Gereja Kristus. Semakin menyerupai Kristus dan semakin terbentuk di dalam Dia. Konsili Vatikan II dalam dokumennya tentang Gereja, Lumen Gentium, ketika berbicara tentang kenyataan Gereja mengisyaratkan hal serupa: Gereja semakin masuk ke dalam misteri Kristus, semakin diperbaharui di dalam Dia.
Masuk ke dalam misteri Kristus berarti semakin masuk ke dalam kenyataan mistik-Nya. Maksudnya, Gereja semakin menjadi sakramen keselamatan. Di tengah kenyataan dan realitas sosial ini, Gereja diharapkan semakin hidup pertama-tama sebagai realitas rohani, semakin memancarkan kesucian, sebagaimana ditekankan Paus Fransiskus dalam suratnya mengenai kesucian Gaudete et Exsultate, karena panggilan dasar kita semua adalah panggilan akan kesucian. Kenyataan sosial dan tubuh lahiriah Gereja, karenanya, jangan sampai disusun dan dihidupi dalam kenyataan yang malahan memudarkan wajah rohani dirinya, sehingga akibatnya Gereja semakin jauh dari kenyataan dirinya sebagai tubuh mistik Kristus. Maka, Gereja perlu terus-menerus memperbaharui diri, agar hidupnya semakin selaras dengan hidup Kristus, sehingga semakin layak sebagai tubuh-Nya, bait Allah yang kudus.
Telephorus Krispurwana Cahyadi SJ