HIDUPKATOLIK.com – Geliat persatuan semakin merasuk di kalangan anak muda Indonesia. Mereka tidak lagi acuh tak acuh dengan isu disintegrasi bangsa. Bentuk kepedulian terhadap persatuan bangsa itu ditunjukkan melalui kegiatan silaturahim kebangsaan mahasiswa Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta ke Masjid Istiqlal.
Kurang lebih 250 mahasiswa mengikuti kegiatan ini pada Jumat, 28/9. Kedatangan mereka disambut hangat oleh perwakilan pengurus masjid.
Tepat diruang pertemuan 34 para mahasiswa ini mendapat pemaparan mengenai sejarah Masjid Istiqlal dari Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI), Laksamana Pertama (Pur) Asep Saepudin.
Asep memberikan pemaparan mengenai visi, misi, serta kegiatan yang dilakukan di Masjid Istiqlal. Tidak hanya komunikasi satu arah, pihak masjid memberikan kesempatan kepada mahasiswa dan dosen untuk berdialog.
Asep mengutarakan, “Masjid ini merupakan milik bangsa Indonesia, tidak hanya milik orang Islam. Hal ini dilihat dari semangat mengapa masjid dibangun hinggga proses pembangunannya. Terbangunnya masjid ini merupakan hasil kerjasama antar pelbagai pihak yang berbeda latar belakang agama, suku, budaya.”
Dikatakan Asep, “Masjid ini juga, tidak memberikan ruang kepada gerakan radikalisme, bahkan jika ada ustad yang berkhotbah agak menyimpang tidak diberi kesempatan untuk berkhotbah di sini,” ujarnya kepada para mahasiswa dan para dosen yang hadir.
Asep melanjutkan, masjid ini memiliki banyak simbol yang bersifat kenegaraan yang erat kaitannya dengan dasar negara Pancasila. Ia berpesan kepada para mahasiswa Atma Jaya untuk menjaga harmoni antar umat beragama.
Bentuk harmoni ini sudah terjaga dengan kehadiran dua rumah ibadah yang saling bertetangga yakni Istiglal dan Katedral. Usai dialog singkat, rombongan Atma Jaya diajak berkeliling komplek masjid.
Pihak Atma Jaya yang diwakili oleh Paulus Tasik mengatakan, kunjungan ini merupakan bagian dari implementasi mata kuliah Multikulturalisme yang sudah 14 tahun diselenggarakan di Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. “Melalui kunjungan ini, para mahasiwa mengalami langsung perjumpaan dengan perbedaan yang hanya mereka dengar di ruang kelas,” tutur Tasik.
Salah seorang dosen lain yang juga mengajar di Atma Jaya, F.W. Andanti mengungkapkan, “Mahasiswa perlu mendengar langsung dari pihak Masjid Istiqlal, bagaimana masjid itu tidak sekadar berfungsi sebagai tempat beribadah. Tetapi juga sebuah monumen keberagaman yang memuat kaidah-kaidah kebudayaan Indonesia yang merupakan kekayaan bangsa,” tandas Andanti. Ia mengharapkan agar kunjungan ini mampu membangun prasangka baik terhadap perbedaan yang merupakan realitas masyarakat Indonesia.
Siska W