HIDUPKATOLIK.com – Pw. S.Andreas Kim Taegon, Im dan Paulus Chong Hasang, dkk.Mrt Korea; 1Kor. 15:1-11; Mzm. 118:1-2,16ab-17,28; Luk. 7:36-50.
DI hadapan kemunafikan ala orang farisi, madah kasih seindah yang dilukiskan dalam surat Paulus kepada jemaat di Korintus itu menjadi tanpa arti. Perempuan pendosa, yang dianggap “sampah masyarakat”, beraksi tanpa kata di tengah perjamuan.
Dengan air mata untuk membasuh kaki Yesus, menjadi model keramahtamahan yang sedikit pun tidak dimiliki oleh Simon orang Farisi yang menjamu Yesus. Sekali lagi kesempatan perjamuan berubah menjadi kesempatan untuk mengkomunikasikan satu perumpamaan yang transformatif.
Perempuan pendosa itu, tanpa nama dan tanpa suara, menjadi teladan cinta yang penuh syukur karena satu-satunya yang menentukan keberadaannya adalah kerahiman Allah. Seperti ketika Paus Fransiskus dikejutkan oleh jawaban spontan seorang ibu yang ditanya apa itu kerahiman Allah, katanya: “Tanpa kerahiman itu, kita tidak ada.”
Misteri sebesar itu hanya dapat dialami dengan cara “banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih” (Luk. 7:47).
Pastor Vitus Rubianto Solichin SX
Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Jakarta, Doktor Teologi Kitab Suci dari Universitas Gregoriana, Roma