web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Sungguh, Tuhan Allah Menolong

Rate this post

HIDUPKATOLIK.com Minggu, 16 September 2018, Hari Minggu Biasa XXIV: Yes 50:5-9a;Mzm 116:1-2,3-4, 5-6, 8-9; Yak 2:14-18; Mrk 8:27-35.

Untuk setia sampai akhir, orang beriman harus menunjukkan kesaksian hidupnya dengan pelbagai macam perbuatan yang sesuai dengan perintah Yesus.

PADA umumnya orang cenderung menjauhi penderitaan, kesusahan atau hal-hal yang tidak mengenakkan lainnya. Malah sebaliknya, orang segera ingin keluar dari situasi itu. Kalau ia tidak bisa mengatasi kesulitan itu sendiri, ia akan mencari pertolongan orang atau pihak lain.

Dalam iman Katolik, kita meyakini bahwa Allah menjadi Penolong yang Maha Kuasa untuk mengatasi segala kesulitan manusia. Yes 50:5-9a memberi penegasan: “Sungguh, Tuhan Allah menolong aku”. Pengalaman umat Israel sepanjang sejarahnya menegaskan hal itu.

Allah menjadi Penolong tiap pribadi, kelompok suku dan bangsa. Pembebasan dari perbudakan di Mesir, menaklukkan musuh Israel, memberi roti manna di padang gurun, merupakan pertolongan Allah, sehingga umat Israel bisa masuk ke Tanah Terjanji.

Mukjizat seperti itu telah terjadi sejak zaman Abraham. Mereka yakin bahwa pertolongan Allah sungguh luar biasa. Firaun bisa dikalahkan oleh Musa berkat pertolongan Allah. Daud, yang badannya kecil mampu mengalahkan Goliath yang tinggi besar, memakai pakaian perang lengkap dan pedang yang tajam.

Baca Juga:  Ketua Lembaga Biblika Indonesia, Pastor Albertus Purnomo, OFM: Semangat Sejati Seorang Raja

Sejarah keselamatan dalam Perjanjian Lama menceritakan karya agung Allah bagi umat Israel, dan dalam Perjanjian Baru karya agung itu mendapat kepenuhan dan penyempurnaannya dalam Pribadi Yesus Kristus. Dalam Injil, Petrus mengakui Yesus: “Engkau adalah Mesias”.

Petrus kiranya mau menegaskan apa yang menjadi keyakinan dasar bangsa Israel, atas dasar pengalaman mereka dalam sejarah, yang melibatkan Allah sebagai yang menyelamatkan. Segera setelah pengakuan ini, Yesus menyampaikan tentang penderitaan yang akan dialami karena tokoh-tokoh agama Yahudi menolaknya.

Mereka akan menganiaya dan membunuh-Nya, namun pada hari ketiga bangkit dari mati. Oleh karena itu siapa saja yang beriman kepada Yesus dan mengikuti-Nya, harus menyangkal diri dan memikul salibnya.

Salib Yesus memang berat, karena menunjukkan pengorbanan diri yang total. Ia diejek, diolok-olok, disesah, dipukuli dan akhirnya disalibkan. Pengorbanan pada salib inilah yang merupakan tantangan besar bagi setiap orang beriman, namun sekaligus memiliki nilai luhur dan tinggi untuk mendapatkan kehidupan abadi.

Baca Juga:  Ketua Lembaga Biblika Indonesia, Pastor Albertus Purnomo, OFM: Semangat Sejati Seorang Raja

Karena sesudah wafat-Nya di salib,Yesus dibangkitkan oleh Allah, duduk di sebelah kanan-Nya, dimuliakan dengan hidup baru yang kekal. Orang yang beriman kepada Kristus, tentulah akan menikmati masa depan yang sama apabila ia dengan konsekuen setia beriman sampai akhir.

Untuk setia sampai akhir, orang beriman harus menunjukkan kesaksian hidupnya dengan pelbagai macam perbuatan yang sesuai dengan perintah Yesus. Sebab tanpa perbuatan, maka iman itu akan sia-sia, mati dan tidak berkembang. Tentu ada pelbagai macam perbuatan yang menunjukkan iman akan Kristus.

Dengan meneladan Kristus, orang beriman semakin menyerupai Kristus. Melaksanakan perintah cinta kasih bukan hanya untuk orang yang baik, tetapi berani berkorban untuk mencintai musuh-musuh dan mendoakan mereka yang menganiaya kita, merupakan kesaksian perbuatan iman yang perlu terus diusahakan, agar orang semakin percaya bahwa kita adalah murid-murid Yesus.

Baca Juga:  Ketua Lembaga Biblika Indonesia, Pastor Albertus Purnomo, OFM: Semangat Sejati Seorang Raja

Kadang melaksanakan sabda Kristus bisa melawan arus zaman di tengah masyarakat yang semakin sekuler dan individualis. Orang-orang yang terpengaruh oleh situasi zaman, kurang berminat dan kurang memiliki semangat berkorban lagi.

Orang lebih mementingkan apa yang bisa diperoleh dengan apa yang dibuatnya, dan bukan dengan apa yang perlu dikorbankannya. Demikian pula perintah untuk mencintai orang lain, termasuk musuh-musuh dan mendoakan mereka yang menganiaya, semakin tidak masuk pada pemikiran orang dewasa ini.

Itulah tantangan berat yang mesti diatasi oleh para murid Kristus. Gereja tetap optimis bahwa dengan menerapkan perintah kasih-Nya dunia akan menjadi lebih baik, daripada hukum balas dendam yang sudah terbukti menghancurkan bangsa-bangsa.

Walau berat dan sulit, namun berkat pertolongan Yesus, Sang Mesias, kiranya akan semakin banyak orang menikmati damai-sejahtera-Nya. Kita, para murid Kristus diutus untuk mewartakan Injil keselamatan-Nya itu.

 

Mgr Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka MSF
Uskup Palangka Raya

ARTIKEL SEBELUMNYA
ARTIKEL SELANJUTNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles