HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh, saya lagi ribut dengan istri. Persoalannya cuma sepele, gara-gara janggut dan kumis. Dia tak suka saya berjanggut dan berkumis. Alasannya, dia geli melihat tampang saya seperti itu. Padahal sebelum menikah dengannya, setahun lalu, penampilan saya hampir tak jauh berbeda seperti sekarang. Memang waktu menikah saya mencukur semua, baru memelihara janggut lagi sejak sekitar tiga bulan lalu. Terus terang, saya merasa nyaman dengan penampilan saya seperti sekarang. Saya juga merasa menjadi diri saya sendiri. Mohon saran Ibu.
Yustinus Hendrato, Bangkalan
Bapak Yustinus Hendrato, terima kasih karena Bapak mau berbagi kisah ini kepada kami. Semoga Bapak Yustinus dalam keadaan baik, walaupun sedang galau atas sikap dan relasi dengan istri.
Bapak dan istri masih terbilang pengantin baru karena belum lama menikah. Dalam perkawinan yang menginjak usia sekitar setahun, biasanya pasangan masih merasakan keindahan dan romantisme kehidupan sebagai suami-istri, serta berupaya mewujudkan harapan-harapan dari masing-masing individu untuk saling menerima dan diterima satu sama lain.
Proses penyesuaian diri dari pasangan juga wajar jika masih terus berjalan, dengan harapan bisa menikmati relasi yang harmonis bersama dengan pasangan. Penyesuaian diri juga terus diupayakan agar nantinya cinta yang terbentuk adalah cinta yang matang, di mana masing-masing individu sudah tak lagi sibuk dengan harapan-harapan dirinya terhadap pasangan, namun cinta yang menjadikan dirinya berani dan merasa nyaman untuk menjadi diri sendiri dan juga untuk menerima keunikan pasangannya.
Dalam perjalanan, usaha untuk saling menyesuaikan dan menerima satu sama lain, bisa saja terjadi konflik atau perbedaan pendapat di antara pasangan. Hal ini yang mungkin sedang Bapak dan istri alami. Penyebab yang dianggap sepele, namun tetap saja berpotensi untuk membuat relasi Bapak dan istri menjadi tak nyaman, bahkan menimbulkan konflik. Hal itu sebaiknya diusahakan untuk diselesaikan, agar keharmonisan dan kebahagiaan perkawinan dapat dirasakan kembali.
Keharmonisan dan kebahagiaan dalam kehidupan perkawinan perlu diusahakan oleh kedua belah pihak, bahkan oleh seluruh anggota keluarga. Untuk menciptakan itu, maka Bapak dan istri diharapkan mau untuk melakukan penyelesaian konflik secara berkompromi agar nantinya masing-masing individu dapat merasa bahwa dirinya diterima dan dipahami.
Satu hal yang sangat perlu dan bisa untuk dilakukan oleh Bapak adalah membuka kesempatan untuk berkomunikasi dengan istri. Langakah tersebut untuk mengusahakan penyelesaian konflik dan relasi kembali baik. Ada beberapa langkah, pertama, cobalah untuk mengutarakan pandangan atau pendapat Bapak mengenai kondisi Bapak saat ini, misal, alasan Bapak untuk memelihara kumis dan janggut kembali serta perasaan nyaman Bapak saat memiliki itu. Termasuk penjelasan bahwa dengan memiliki kumis dan janggut, Bapak merasa menjadi diri sendiri.
Setelah mengutarakan hal tersebut, Bapak bisa memberikan waktu kepada istri untuk mengutarakan pula pandangannya atas kondisi Bapak yang berkumis dan berjanggut, termasuk penjelasan perasaannya atas kondisi demikian. Kedua, saling berbagi perasaan yang mengganjal, misal hal-hal yang membuat Bapak dan istri tidak nyaman maupun yang nyaman, hal-hal yang menjadi keberatan Bapak dan istri. Kesempatan ini semoga bisa memunculkan pikiran, “Ternyata pasanganku mau mendengarkan dan memahamiku.”
Ketiga, mengutarakan solusi. Pada langkah ini, bisa juga saling mengingatkan kembali hal-hal yang menjadikan alasan Bapak dan istri beberapa tahun lalu, saat pada akhirnya Bapak dan istri memutuskan untuk menikah. Harapannya, saat saling mengingatkan satu sama lain dapat membantu Bapak dan istri untuk kembali berefleksi atas tujuan menikah dan bersama-sama kembali menciptakan kebahagiaan dalam kehidupan perkawinan.
Komunikasi ini sebaiknya dilakukan dalam keadaan tenang, pilihlah tempat yang nyaman untuk saling mengutarakan pendapat dan perasaan, serta dengan pemilihan kata-kata dan nada yang nyaman untuk didengar. Bisa juga ditambahkan dengan senyuman agar suasana yang tercipta lebih cair dan mendorong masing-masing pihak untuk saling berbicara.
Mari mengupayakan kebahagiaan perkawinan dengan terus mengembangkan cinta yang matang, komitmen yang kuat, dan kemesraan yang terus mewarnai kehidupan perkawinan Bapak dan istri.
Fransiska Rosa Mira Lestari