web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Efata

3/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com Minggu 09 September 2018, Hari Minggu Biasa XXIII, Yes 35:4-7a;Mzm 146:7, 8-9a, 9bc-10; Yak 2:1-5; Mrk 7:31-37

“Bukankah kita ini tuli jika menutup hati kita untuk menyampaikan ajakan dari Kristus untuk mengampuni sesama saudara, untuk mengubah kebiasaan jahat dan saling mencurigai?”

BACAAN Pertama menggunakan gambaran tentang orang buta dan tuli. Kedua sosok ini mau menunjukkan apa yang akan Tuhan lakukan suatu hari bagi umat-Nya. Bangsa Israel telah menutup mata dan tidak lagi mendengar Tuhan. Namun, pada saatnya Tuhan akan menyembuhkan ketulian dan kebutaan mereka.

Injil Suci mau menunjukkan melalui kisah karya penyembuhan Yesus bahwa penyelamatan atau mesianik yang dijanjikan dalam bacaan pertama (Yes 35: 4-7a) sudah tiba. Telinga-telinga umat sekarang terbuka untuk mendengar dan lidah lidah mereka yang kelu terlepas untuk mewartakan kabar baik injil dan terus berusaha berdialog dengan siapapun juga sebagai saudara.

Saudara-saudari terkasih, mari kita menyelami beberapa puncak yang disentuh dalam Injil hari ini (Mrk 7:31-37). Sebagaimana kebiasaan yang Yesus lakukan kecuali menyembuhkan orang sakit, Yesus membawa si sakit ”terpisah dari orang banyak”, memasukkan jarinya, meludah, dan meraba lidah orang itu.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Lalu sambil menengadah Yesus menarik nafas, dan mengucapkan kata misterius. Mengapa seakan Yesus bertindak bak penyembuh atau dukun di kampung? Memang kebiasaan itulah cara yang dikenal orang pada waktu itu.

Namun bagi kita yang terpenting adalah melihat makna simbolisnya yang ingin disampaikan oleh penginjil. Dalam Injil Markus, orang buta dan tuli mewakili semua orang yang tertutup telinganya, mereka tidak bisa mendengarkan Injil Kristus dan tidak bisa memuji Tuhan dengan mulutnya.

St Paulus mengatakan bahwa manusia tidak menjadi beriman karena penampakan ataupun pewartaan dari malaikat, tetapi dengan mendengarkan sabda Allah yang disampaikan oleh para pewarta Injil (Rom.10:17). Barang siapa menderita ”kebutaan dan kekeluhan rohani” tidak bisa mempunyai iman.

Sebelum kedatangan Kristus, semua orang tertutup terhadap berita surga. Bahkan umat Yahudi juga demikian. Kendati Tuhan sudah berbicara melalui para nabi-Nya, namun mereka tidak mau mendengar kata-katanya dan menjadi tuli.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Mereka juga bisu karena tak bisa mengomunikasikan pesan para nabi yang tidak bisa lagi didengarkan oleh mereka. Maka dengan kedatangan Yesus dan kuasa penyembuh-Nya semua orang dimungkinkan untuk berdialog, berkomunikasi, dan terbuka untuk mendengarkan Injil, untuk menerima dalam iman dan mewartakan kepada saudara-saudaranya.

Dialog baru antara surga dan dunia terbuka karena Yesus. Bukankah kita ini tuli jika menutup hati kita untuk menyampaikan ajakan dari Kristus untuk mengampuni sesama saudara, untuk mengubah kebiasaan jahat dan saling mencurigai?

Untuk mendengarkan dan membantu si miskin dan menderita? Untuk tidak berkompromi terhadap kejahatan atau pandangan yang bertentangan dengan Injil? Buta dan tuli dalam komunitas, keluarga dan masyarakat bagaimana dapat disembuhkan?

Dalam nama Yesus mukjizat kesembuhan mata yang buta dan telinga yang tuli serta hati yang keras dapat dibuka kembali jika kita mau mendengar dan melaksanakan Sabda-Nya. Ketika dibaptis, kita juga dipisahkan dari kehidupan lama, disembuhkan dari kebutaaan dan ketulian yang memungkinkan kita mendengarkan Sabda Tuhan dan dimasukkan kedalam kehidupan yang sungguh baru.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Memasukkan jari ke dalam telinga katekumen juga dilaksanakan dalam ritus baptisan. Pada saat itu, imam sambil menyentuh telinga yang dibaptis mengatakan: “Tuhan Yesus Kristus yang membuat si tuli mendengar dan si bisu berbicara, memberikan kepadamu anugerah untuk mendengarkan segera sabda-Nya dan mengakui imanmu.”

Namun seorang Kristiani bukan hanya dapat mendengarkan Injil tetapi juga orang yang harus mewartakan kabar baik yang telah diterimanya. Pada waktu dibaptis, Yesus memberikan nafas baru yaitu Roh-Nya. Roh itu yang memungkinkan orang Kristiani menjadi nabi yang harus mewartakan Sabda Tuhan.

Yesus yang menengadah ke atas sewaktu membuat penyembuhan menujukkan bahwa Yesus menerima Roh dari Bapa dan kuasa untuk membuat mukjizat sebagai tanda penyelamatan. “Effata” kata-kata yang diucapkan oleh Yesus, yang artinya “terbukalah”. Inilah undangan bagi setiap orang untuk menerima Kristus dan Hidup Baru. Berkat Tuhan dan bersukacitalah karena surga telah terbuka bagi dunia.

 

Mgr Aloysius Sudarso SCJ
Uskup Agung Palembang

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles