web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Berdoa dengan Imajinasi

4.1/5 - (8 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Dalam sebuah acara di stasiun televisi swasta (10/4), seorang narasumber mengatakan, “Kitab Suci itu adalah fiksi.” Dosen filsafat tersebut membuat pembedaan antara kata fiksi dan fiktif. Beliau menjelaskan bahwa fiksi itu “bagus” karena berfungsi untuk mengaktifkan imajinasi. Di sisi lain, fiktif lebih erat kaitannya dengan kebohongan.

Lepas dari benar-salah argumen tersebut, hubungan antara Kitab Suci dan kemampuannya mengaktifkan daya imajinasi menjadi hal yang menarik untuk dicermati. Dalam tradisi doa Kristiani, kedua hal tersebut dijembatani oleh cara berdoa yang bernama kontemplasi. Model doa macam ini menunjukkan bahwa daya imajinasi dapat membantu seseorang untuk berjumpa dengan Tuhan.

Cara ini telah dipopulerkan oleh banyak Santo-Santa seperti St. Fransiskus Sales, St. Teresia Avilla, St. Fransiskus Asisi, St. Antonius Padua, dan juga St. Ignatius Loyola. Mungkin, belum terlambat untuk memperkenalkannya ke umat. Harapannya, kontemplasi dapat semakin meningkatkan kedalaman hidup rohani orang yang melakukannya.

Dalam buku Latihan Rohani, Santo Ignatius memberikan petunjuk-petunjuk untuk melatih kontemplasi. Seorang pendoa diajak memasuki sebuah narasi Kitab Suci (terutama Injil) dalam suasana doa dan membayangkan tempat, orang, dan peristiwa seakanakan ia benar-benar hadir di sana. Setelah itu, Ignatius meminta si pendoa untuk mulai mendengarkan percakapan yang terjadi di sana sembari mengamati situasi. Seluruh pancaindera dilibatkan untuk menghidupkan kisah yang akan didoakan. Kuncinya, si pendoa mau “terlibat”.

Menurut Ramon M. Bautista SJ, penulis buku Schooled by the Spirit, kontemplasi berarti memasuki pikiran dan perasaan para tokoh dalam Kitab Suci. Ada kalanya kita mengidentifikasi diri dengan pengalaman, sukacita, bahkan pergulatan mereka. Misalnya, ketika menggunakan kisah penyembuhan orang yang lumpuh di hari Sabat, pribadi yang berkontemplasi bisa merasa-rasakan bahwa ia hadir di posisi si lumpuh. Atau, ia juga bisa berada di tengah kerumunan yang terheran-heran dengan apa yang terjadi. Bahkan, tidak menutup kemungkinan untuknya merasakan bahwa dirinya berada di posisi orang-orang Farisi yang sinis dengan sikap Yesus.

Dengan bantuan refleksi, pengalaman kontemplasi dapat menunjukkan siapa diri kita sesungguhnya, apa yang menjadi kerinduan-kerinduan terdalam kita, sejarah hidup kita, kerapuhan-kerapuhan kita yang perlu dibenahi, dan sebagainya. Akan tetapi, bila ditarik lebih dalam lagi, kontemplasi memperkaya pengalaman kita akan Allah.

Cara berimajinasi setiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu, wajah Allah yang hadir pada setiap orang juga akan selalu khas. Namun, apakah bedanya kontemplasi dan proyeksi? Bukannya, si pendoa malah membuat-buat Tuhannya sendiri?

Anthony de Mello menulis dalam buku Sadhana, “Kontemplasi harus dilakukan dengan sikap percaya.” Karena semua yang terjadi ditempatkan dalam kerangka doa, kita percaya bahwa Tuhan menggunakan imajinasi supaya kita dapat berjumpa dengan-Nya secara personal dan mendalam. Jika ingin lebih yakin, memang dibutuhkan pembimbing rohani untuk mengklarifikasi pengalaman rohani seseorang. Pada prinsipnya, pengalaman yang menambah iman, harapan, dan kasih dalam diri seseorang pastilah berasal dari Allah.

Dari semua uraian ini, ada satu hal yang tidak boleh kita lupakan: Tokoh yang paling utama adalah Yesus sendiri. Santo Ignatius menganjurkan agar dalam berkontemplasi, kita memohon “pengertian yang mendalam tentang Tuhan yang telah menjadi manusia bagiku, agar lebih mencintai dan mengikuti-Nya lebih dekat.” Kontemplasi mengajak kita belajar bagaimana Yesus bertindak, pilihan-pilihan-Nya, perasaan-perasaan-Nya, semangat-Nya, dan keprihatinan- keprihatinan-Nya.

Akhirnya, kontemplasi menjadikan doa lebih berpusat pada Kristus. Doa tidak lagi menjadi luapan permohonan pribadi. Berdoa menjadi upaya “bersatu” dengan Tuhan, memahami apa yang menjadi kehendak-Nya. Semuanya dapat terjadi berkat kreativitas imajinasi.

F. Ray Popo S.J

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles