web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Forum Komunikasi Penyayang Kehidupan : Membela Kehidupan di Persimpangan

3/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Tugas membela kehidupan bukanlah peran FKPK semata. Darma ini merupakan tanggung jawab semua orang tanpa terkecuali.

Beberapa tahun lalu dunia gempar. Paus Fransiskus menelepon Anna Romano, pekerja di toko Arezzo, Florence, Italia. Anna sama sekali tak menyangka pemimpin umat Katolik sedunia itu menghubunginya langsung. Pengalaman amat sentimentil itu bermula ketika dirinya mengirim secara surat kepada Paus asal Argentina.

Dalam warkat tersebut, Romano mengutarakan kegelisahannya. Dia hamil di luar pernikahan resmi. Pria yang melakukan hubungan terlarang dengannya memaksa agar dia menggugurkan bayi itu. Pria itu berdalih bahwa dirinya telah berkeluarga. Namun, Paus, pada kesempatan itu, meminta agar Anna mempertahankan kehidupan bayi tak berdosa itu.

Kata Paus, anak merupakan anugerah Tuhan. Dia (anak) adalah tanda Ilahi. Kelak, ketika anak itu lahir, Paus sendiri yang akan membaptis malaikat kecil tersebut. Paus berharap agar Anna tabah dan tegar menghadapi peristiwa tersebut terutama demi keselamatan anaknya.

Awal Kehidupan
Sikap Paus Fransiskus bagi Wakil Ketua Forum Komunikasi Penyayang Kahidupan (FKPK) Angela Nusatia Abidin, menunjukkan teladan pro kehidupan. Peristiwa tersebut menjadi besar lantaran kasus aborsi, eutanasia, bunuh diri, dan tindakan yang melawan dan menghilangkan kehidupan marak terjadi di dunia sekarang.

Perkembangan teknologi turut mengambil bagian dalam degradasi moral. Ironisnya, tak sedikit negara justru melanggengkan kebijakan aborsi dan eutanasia. Tingkat depresi pun terus meningkat. Namun kematian, ujar Angela, tak melulu disebabkan karena bunuh diri, aborsi, dan eutanasia tapi juga gaya hidup, misal seks bebas dan bahaya yang berakibat HIV/AIDS, hamil di luar nikah, dan kecanduan narkotika dan obat-obatan terlarang.

Mengobati penyakit masyarakat itulah yang menjadi cikal-bakal FKPK terbentuk pada 29 Agustus 1998, saat Indonesia masih bergejolak. Pengagas forum waktu itu, Sekretaris Eksekutif Komisi Keluarga Konferensi Waligereja Indonesia Pastor J. Hardiwiratno MSF dan Direktur Eksekutif Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (Perdhaki), Felix Gunawan.

Di dalam forum itu berhimpun banyak lembaga dan individu namun memiliki satu kesamaan, yakni menjaga, merawat, dan membela kehidupan. “Kami juga bekerjasama dengan lembaga-lembaga internasional, misal Human Life Internasional. Beberapa kali FKPK terlibat di wilayah Asia Pasifik untuk berdiskusi, saling menggali pengalaman dan memahami (persoalan),” ujar dokter di RS St Carolus ini.

Fokus karya FKPK, lanjut Angela adalah awal (mula) kehidupan. Menurutnya, masih amat langka forum atau lembaga yang memiliki konsentrasi di ranah tersebut. Dia juga mengatakan, jumlah perselingkuhan kian meningkat belakangan ini. Pelaku hubungan terlarang itu mayoritas adalah orang dewasa. Ini berbeda dengan kasus sebelumnya yang didominasi oleh kelompok remaja.

Dari berbagai kejadian tersebut, banyak yang membuahkan hasil. Lantaran demi menghilangkan jejak, mereka mengambil jalan pintas tapi salah, aborsi. “Alasan demikian menunjukkan bahwa di Indonesia belum ada perhatian khusus terhadap masa awal kehidupan. Sangat sedikit lembaga yang memiliki kosen ke sana. Oleh karena itu FKPK merasa bertanggungjawab untuk persoalan ini.”

Membangun Jejaring
Sejak FKPK lahir ada banyak lembaga dan individu yang bergabung dalam forum tersebut. Lembaga dan individu itu lantas saling bersinergi untuk menolong mereka yang mengalami kehamilan tak diinginkan, janin dan bayi yang terancam kehidupannya karena tak dikendaki.

Membangun dan merawat jejaring, lanjut Angela, merupakan kekhasan FKPK. Dengan pola tersebut, mereka bisa saling melengkapi dalam karya pelayanan. Perempuan kelahiran 5 September 1954 itu mencontohkan, saat menangani kehamilan yang tak diinginkan, banyak ahli dalam forum tersebut yang terlibat. Sehingga segala aspek yang dibutuhkan dalam kasus itu bisa segera tertangani.

Pendiri Panti Asuhan Abhimata C. Nanik Purwoko, menambahkan, berkat bersinergi dengan lembaga lain maka semua kebutuhan forum terakomodif, seperti RS, klinik, panti, rumah shelter, dan konselor. Sebagai salah satu jejaring FKPK, Nanik membuka pintu Panti Asuhan Abhimata jika forum tersebut membutuhkan bantuan.

Selain pelayanan terpadu, FKPK juga mengadakan lokakarya untuk para anggota dan jejaringnya. Mereka menggelar seminar seputar pro kehidupan, keluarga, anak berkebutuhan khusus, dan lansia. “Kami juga mengadakan pelatihan bagi para fasilitator dan guru. Pelatihan itu diharapkan bisa ditularkan kepada para murid,” ungkap Agnes Dosorini, seorang pengurus forum.

Tahun ini FKPK berusia 20 tahun. Dalam sebuah seminar yang diadakan untuk merayakan kehadiran forum tersebut, Sekretaris Komisi Keluarga KWI sekaligus pembicara dalam acara itu, Pastor Hibertus Hartono MSF mengajak seluruh anggota forum dan peserta seminar untuk meneguhkan kembali makna penting kehidupan.

Terus Berlayar
Angelina juga menjamin FKPK terus berlayar dalam semangat Gereja Katolik untuk selalu menyanyangi dan menghargai kehidupan. “Gereja dengan tegas menolak aborsi, eutanasia, dan berbagai bentuk pencemaran kehidupan. Gereja bahkan berada di baris depan membela kehidupan,” ujarnya

Umat Paroki Alam Sutra ini juga berharap agar hati semua orang tergerak untuk mencintai dan merawat kehidupan, seperti semangat FKPK. Oleh karena itu, dia mengajak semua orang untuk membantu karya FKPK, terlebih menjaga dan menangani persoalan hak hidup manusia. “Tugas membela kehidupan merupakan tanggung jawab semua orang,” pungkasnya.

Willy Matrona

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles