HIDUPKATOLIK.com – Si penggembala kerbau di Tanah Toraja ini terinspirasi oleh kiprah sang ayah yang adalah purnawirawan polisi.
Semasa kecil, Robinson Tallupadang terbiasa jalan kaki sekitar enam kilometer setiap hari menuju sekolah. Sepulang sekolah, ia menyambangi kandang dan menyeret kerbau menuju padang rumput bersama teman-temannya. Ia terbiasa hidup prihatin. Tak ayal, ia selalu mendengarkan petuah sang ayah untuk bekal hidupnya.
Robinson mengingat, kala itu sang ayah memberi kepercayaan kepadanya untuk menjaga kerbau. Hal itu membutuhkan kehati-hatian karena menjaga kerbau ibarat menjaga sesuatu yang berharga, yakni harta yang menyangga hidup kami. “Dengan begitu, tugas saya ini tidak main-main,” ungkap suami Asihar Pabiola Tallulembang.
Dalam diri ayah tiga putri ini, sudah tertanam disiplin sejak masih kecil. Hal itu semakin membulatkan tekad untuk bergabung dalam organisasi-organisasi kepemimpinan. Ia meretas karier organisasi di sekolahnya dengan terlibat aktif dalam Pramuka.
Bocah Petarung
Robinson mengingat sebuah pengalaman di masa kecilnya. Di sela-sela menggembalakan kerbau, ia di iming-imingi sang kakak sejumlah uang jajan. Namun, sang kakak memberi syarat dan tantangan. Saat itu, sang kakak bertanya kepada Robinson, apakah ia berani berkelahi melawan bocah sebaya yang ditunjuk sang kakak.
Robinson kala itu selalu berani. Alhasil, usai perkelahian, ia mendapat uang jajan dari sang kakak. “Waktu kecil memang saya dikenal ‘anak paling nakal’ di kampung. Saya biasa berkelahi dan selalu menyanggupi tawaran sang kakak”, ungkapnya.
Usai perkelahian itu, perdamaian pun tercipta kembali dan sebagai teman sebaya mereka tak pernah menyim pan dendam. Dalam perjalanan waktu, sang kakak menjelaskan tantangan sang kakak hanya alasan untuk menguji keberanian dirinya. “Meski tampaknya negatif, bagi saya saat ini sungguh menjadi pengalaman unik dan menguji keberanian yang mulai saya hayati.”
Keberanian Robinson kian memuncak, buktinya ia berani bergabung dalam barisan loreng. Pada tahun 1997, bersama 19 teman dari Makassar, Sulawesi Selatan, ia mengikuti tes masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI). Meski pilihan pertamanya bukan AKMIL (Akademi Militer), ia justru diterima di sana. Dari semua teman yang mendaftar besama, 14 di antaranya dinyatakan lulus.
Semasa kecil, Robinson menamatkan pendidikan dasar dan menengah di kampungnya di Kecamatan Mengkendek, Tana Toraja. Ia melanjutkan studi sampai mengantongi gelar Sarjana di YUPENTEK, Tangerang.
Sejak kecil, Robinson sungguh berjuang dalam setiap tugas yang dipercayakan kepadanya. Ia punya prinsip, segalanya harus diterima dengan baik dan diselesaikan dengan penuh tanggungjawab. Karena ketekunannya yang sudah tertanam itu, karier kepemim pinannya pun kembali merangkak naik. Ia menjadi Kepala Staf KODIM 1408/BS Makassar pada 2013. Tak ingin hanya mengantongi S1, ia masih punya tekad kuat untuk mengasah diri dan menjalani pendidikan lanjut. Ia kembali mengantongi gelar S2 Master Hukum di Universitas Indonesia Timur, Makassar.
Dalam tesisnya, Robinson berangkat dari realitas sehari-hari. Ia mengangkat soal narkoba, yang kala itu marak.
Usai menjalani pendidikan lanjutan di SESKOAD (Sekolah Komando Angkatan Darat), di Bandung selama 11 bulan, Robinson lulus dan ditempatkan di KODAM Bukit Barisan (BB) sebagai Komandan Batalyon 125 Si’mbisa di daerah Karo. Ada satu pengalaman berkesan, dalam tugasnya ini, ia kedatangan tamu istimewa, beberapa waktu lalu, ia didatangi Presiden Jokowi. “Saya bangga dan bersyukur bahwa sebagai pimpinan di Tanah Karo ini saya dikunjungi orang nomor satu RI. Kunjungannya itu sungguh semakin menginspirasi untuk berbuat lebih baik lagi”, tuturnya.
Saat bertugas sebagai Komandan Rayon (Danyon) di Tanah Karo, Robinson berusaha meningkatkan relasi antara TNI dengan masyarakat. Pendekatan ke masyarakat ia mulai dari pengadaan sarana dan prasarana, seperti lapangan olah raga, tenda untuk kemah, bahkan kendaraan militer pun bisa dipakai oleh masyarakat tanpa dikenai tarif. “Ini sebagai langkah efektif bahwa kehadiran TNI agar semakin menjadi pengayom bagi masyarakat.”
Kerohanian Prajurit
Robinson dalam karya barunya sebagai Komandan KODIM 0207/SML (Simalungun) yang membawahi Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun. Dalam tugas ini, ia terus menjunjung semangat kekeluargaan, sebagaimana yang ia dapatkan dari keluarga di Toraja. Dalam setiap penyelesaian masalah dan konflik masyarakat, ia berusaha menyelesaikan dengan kekeluargaan.
Oleh karena itu, Robinson senantiasa menekankan sisi kerohanian setiap prajuritnya. Dibantu Babinsa dan 20-an anggota Koramil, ia terjun kemasyarakat. Untuk tugas ini, setiap personel harus disiplin. “Kerohanian dan kedisiplinan dalam tugas itu terkait. Jika kerohanian prajurit lemah, terutama dalam ibadahnya, berarti ia juga melanggar kedisiplinan yang lain” tegasnya.
Robinson menambahkan, para prajurit harus takwa dan jangan menjadi tentara “bayaran”. Di tempat tugas yang baru tiga bulan ia jalankan ini, ia bersama tim bersinergi dengan sekolah-sekolah untuk mengajar tentang wawasan cinta tanah air. Bersama kesatuannya, ia menyambangi sekolah-sekolah agar para pelajar tidak mudah terjebak dalam radikalisme dan kenakalan remaja. “Pengalaman saya menjadi “anak nakal” kala itu menjadi pengalaman berharga ketika saat ini saya berhadapan dengan mereka yang terlibat kenakalan remaja.”
Anak-anak usia sekolah ini butuh dibina. Robinson menuturkan, salah satu caranya adalah dengan membuka wawasan kebangsaan dan cinta tanah air. Ia mengingat, kalau dulu ia menjadi “anak nakal”, dan tampaknya itu jadi kebanggaan, kini hal itu harus di perangi sejak dini. “Anak-anak usia sekolah sejak dini harus diajarkan tentang nilai-nilai kebaikan dan cinta kasih,” pungkasnya.
Robinson Tallupadang
Isteri : Asihar Fabiola Tallulembang
Pendidikan :
• AKABRI (AKMIL) 1997
• S1 Ilmu Sosial dan Politik, YUPENTEK, Tangerang (2008)
• S2 Master Hukum, Universitas Indonesia Timur (2013)
Karya :
• Danton Jakarta (2000)
• Komandan Kompi Batalyon 203 Tangerang (2005)
• Perwira Seksi Inteligen (2006)
• KODIM 0503 (Perwira Seksi Operasi), Jakarta Barat (2009)
• Wakil Komandan Datasemen Intelligen KODAM 7 Wirabuana (KODAM 14 Hassanudin) Makassar (2003)
• Kepala Staf KODIM 1408/BS Makassar (2013-2014)
• Danyon Batalyon 125 Si’mbisa Kabanjahe Sumatera Utara (2016-2017)
• Dandim di KODIM 0207/SML (Simalungun) Sumatera Utara (2017-sekarang)
Fr. Nicolaus Heru Andrianto