HIDUPKATOLIK.com – “IN principio erat imago”, pada mulanya adalah gambar/ foto. Dalam suatu peristiwa yang ditangkap dengan gambar, ada pengalaman yang bisa sangat menggetarkan atau mengagumkan.
Hal tersebut dikemukakan Kepala Paroki Katedral, Pastor Hani Rudi Hartoko, SJ ketika membuka seminar bertema “Menemukan Tuhan Lewat Fotografi” yang diadakan oleh Fokus Komsos Katedral di ruang Yohanes (aula atas) Katedral pada Sabtu, 4/8.
Selama ini orang menganggap curriculum vitae (CV) dapat menggambarkan pribadi seseorang, terutama ini dipakai oleh mereka yang ingin melamar kerja. Arbain Rambey tidak sepakat dengan hal ini, menurutnya, foto-foto yang ditampilkan dalam media sosial mampu menampilkan profil seseorang yang lebih jujur.
Untuk itu, ia mengusulkan agar setiap orang menghasilkan foto-foto pribadi yang terbaik untuk di-upload di Twitter, Instagram, Facebook. “Orang tidak peduli lamaran anda, nama atau jabatan. Media sosial, Twitter, Instagram, Facebook, jejaknya lebih jujur,” ujar fotografer senior Kompas itu.
Arbain melanjutkan, teknologi yang disematkan dalam kamera saat ini sudah sangat canggih. Ia mengakui, dengan mode autofocus sebenarnya seseorang sudah dapat menghasilkan foto yang bagus.
Seseorang hanya perlu memikirkan angle foto yang tepat untuk dapat menghasilkan gambar yang bermutu. “Serahkan semua hal teknis pada kamera kita, gunakan otak kita untuk memikirkan hal lain bagaimana menghasilkan foto yang bagus.”
Sementara itu, Moderator Fokus, Pastor Yumartana, SJ mengungkapkan, foto yang bagus juga mampu menangkap sisi kemanusiaan objek foto yang ditangkap.
Ia mencontohkan, foto yang menangkap adegan dalam kasus kemanusiaan di Suriah dan kelompok pengungsi di Myanmar akan dapat berbicara banyak tentang kemanusiaan. “Pada momen yang tepat, foto mampu menggerakkan hal yang baik atau menyentuh kemanusiaan banyak orang.”
Sekitar 200-an peserta ikut dalam seminar ini, Koordinator acara, Leo Biets mengungkapkan, kegiatan ini diadakan untuk meningkatkan kemampuan fotografi peserta dan saat belajar fotografi bersama.
Antonius Bilandoro