HIDUPKATOLIK.com – Mengapa Yesus berkata, “Adalah lebih berguna bagimu jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu…” (Yoh 16:7)? Apakah ada hubungan antara kenaikan ke surga dan Pentakosta?
Theresia Maria Agusetyarini, Malang
Pertama, memang ada kaitan yang sangat erat antara kenaikan Yesus ke surga dan Pentakosta. Kenaikan Yesus bisa dipandang sebagai kepergian Yesus, yang setelah kebangkitan-Nya masih hadir selama 40 hari di antara para murid. Kehadiran badaniah Yesus yang hilang akan digantikan kehadiran- Nya melalui Roh Kudus pada peristiwa Pentakosta. Berarti Pentakosta mengisi kekosongan yang ditinggalkan Yesus dengan Kenaikan-Nya ke surga.
Kedua, kenaikan Yesus dipandang sebagai pentakhtaan Yesus di surga, yaitu duduk di sebelah kanan Allah. Dengan naik ke surga, Yesus berkuasa atas kerajaan mesianis- Nya. Kuasa Yesus ini tak lain ialah kuasa memberikan Roh Kudus. Rasul Paulus menjelaskan, kuasa Roh Kudus yang diberikan itu juga meliputi karisma-karisma pelayanan, rasul, nabi, penginjil, gembala, dan yang lain. (Ef 4:8-11; bdk 1 Kor 12:4- 11). Kekuasaan yang diberikan kepada Kristus, yang “naik ke tempat tinggi” adalah kuasa mengirimkan Roh Kudus. Memberikan kuasa ilahi tak lain ialah memberikan Roh Kudus. Kuasa Roh Kudus inilah yang membantu para murid agar mengerti ajaran-ajaran Yesus secara lebih mendalam, mengerti seluruh kebenaran, menginsafkan akan dosa, serta yang lain. (Yoh 16:8-14).
Ketiga, kekuasaan Kristus yang duduk di sebelah kanan Allah meliputi juga kekuasaan atas tubuh-Nya. Kristus memberikan kehidupan kepada Tubuh Mistik-Nya melalui Roh Kudus. Inilah alasan mengapa Roh Kudus secara tradisional disebut sebagai jiwa Tubuh Mistik, jiwa Gereja. Jika kenaikan ke surga diartikan sebagai inagurasi kerajaan mesianis- Nya di dunia ini, maka inagurasi ini diwujudkan pada peristiwa Pentakosta. Kristus mendirikan Tubuh Mistik-Nya dengan Dia sendiri sebagai Kepala, yaitu pada peristiwa turunnya Roh Kudus atas komunitas para rasul. Pada peristiwa Pentakosta, Gereja secara resmi terbentuk. Komunitas para murid inilah yang harus menjadi saksi, seperti yang dikatakan Kristus sebelum naik ke surga, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis 1:8). Kata-kata Yesus ini menyiratkan, Kerajaan Allah akan dibangun di surga melalui kenaikan-Nya ke surga, tetapi kerajaan itu akan diawali di dunia melalui Pentakosta.
Kedekatan antara kenaikan dan Pentakosta ini menyebabkan kedua peristiwa ini dirayakan bersama oleh komunitas-komunitas Kristiani, yaitu pada hari ke-50 sesudah Paskah. Contoh konkret tentang hal ini masih bisa ditemukan di Gereja-gereja di Siria dan Palestina Timur hingga abad ke 20. Liturgi yang mereka lakukan memandang kedua peristiwa ini sangat erat terkait dan membentuk satu kesatuan.
Apakah sebelum kenaikan ke surga, Yesus sudah menjadi pengantara kita, umat manusia, dengan Allah?
Budi Purwono, Malang
Dengan berinkarnasi menjadi manusia, Sang Sabda menjadi sama dengan kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa (Yoh 1:14; Ibr 2:14; 4:15). Mulai saat inkarnasi-Nya itu, manusia Yesus menjadi wakil seluruh umat manusia di hadapan Allah, juga dalam ketaatan dan penderitaan, termasuk dalam kematian dan kebangkitan. Kenaikan ke surga menegaskan fungsi sosial Kristus, yaitu Kristus sekarang “duduk di sebelah kanan Allah,” artinya mempunyai kuasa yang diberikan Allah. Kedudukan Kristus menunjukkan peran Kristus sebagai penghubung antara Allah dengan manusia. Maka, bisa dikatakan, kenaikan-Nya ke surga menetapkan secara permanen peran Dia sebagai Pengantara antara Allah dan manusia..
RP Petrus Maria Handoko CM
HIDUP NO.22, 1 Juni 2014