HIDUPKATOLIK.com – Yer. 30:1-2.12-15.18-22; Mzm. 102:16-18,19-21,29,22-23; Mat. 14:22-36
KUNCI pembacaan kisah Injil ada pada kehadiran Yesus. Perahu tanpa Yesus menjadi mangsa kegelisahan alami. Seringkali, komunitas orang beriman pun bisa menjadi ricuh. Rasanya bagaikan di tengah-engah “gelombang karena angin sakal” (Mat.14:24).
Pada waktu itu, barangkali sulit melihat kehadiran Tuhan yang dianggap diam saja. Bahkan tanda-tanda peneguhan pun bisa jadi kurang diperhatikan karena seperti para murid hanya mampu melihat yang negatif, kenyataan buruk yang “menghantui” perjalanan (bdk. Mat 14:26).
Namun, justru dalam situasi semacam itulah, Tuhan menunjukkan kesetiaan-Nya: “Tenanglah, Aku ini jangan takut!” (Mat. 14:27). Sabda-Nya datang kepada kita seperti kepada Nabi Yeremia, bahwa dalam situasi apa pun, bahkan yang paling menyedihkan dan tanpa harapan, Allah tidak akan meninggalkan seorang pun.
Kasih yang cuma-cuma dan tak terbatalkan dari Allah Perjanjian itu yang membuat umat beriman mampu bertahan dalam setiap perjuangan penderitaan mereka. Karena yakin bahwa penghiburan itu datangnya dari kasih Allah saja, kita juga mampu bersaksi dan beralih dari penerima belaskasihan menjadi pembagi belaskasihan dengan sukacita.
Pastor Vitus Rubianto Solichin, SX
Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Jakarta, Doktor Teologi Kitab Suci dari Universitas Gregoriana, Roma