HIDUPKATOLIK.com – Seorang teman dari Saksi Jehova mengatakan bahwa kata dan konsep Tritunggal adalah rekayasa Gereja. Allah itu esa dan tak memiliki tiga pribadi. Bagaimana tanggapan kita? Apakah dalam Perjanjian Baru bisa dibuktikan tentang Tritunggal? Bagaimana mengerti misteri Allah Tritunggal ini?
Dicky Gita Sumarjan, Banyuwangi
Pertama, kata “Tritunggal” memang tidak ditemukan dalam semua kitab Perjanjian Baru, tetapi inti ajaran tentang Tritunggal Mahakudus bisa ditemukan dengan sangat jelas dalam ajaran-ajaran Yesus. Memang Gereja membutuhkan waktu untuk merumuskan secara dogmatis ajaran Tritunggal Mahakudus, tetapi ini tidak berarti Gereja merekayasa ajaran ini. Seluruh isi ajaran ini bisa ditemukan sumbernya dalam ajaran-ajaran Yesus.
Ajaran Tritunggal baru dirumuskan pada abad IV, meskipun penghayatannya sudah ada dalam kitab-kitab Perjanjian Baru dan sudah dihayati Gereja awali. Rumusan yang dibuat Gereja berkaitan erat dengan serangan-serangan dari aliran pemikiran yang ada pada awal Gereja. Karena itu, rumusan itu juga terkait dengan konsep pemikiran yang ada pada saat itu. Tindakan merumuskan ini tidak bisa disamakan dengan merekayasa ajaran, dari yang tidak ada menjadi ada. Tindakan merumuskan ini sama dengan merumuskan hukum alam yang memang sudah ada dan akan terus ada tak tergantung pada ada atau tidak rumusan hukum alam itu.
Kedua, dalam Perjanjian Baru bisa ditemukan saat-saat ketika tiga pribadi dari Allah Tritunggal itu dirujuk bersama, sehingga jelas bahwa ketiganya adalah pribadi yang masing-masing mandiri. Ada empat peristiwa di mana kehadiran ketiga pribadi dinyatakan sekaligus. Peristiwa pertama, (Luk 1:35) dalam penampakan malaikat Gabriel kepada Maria, malaikat menjawab, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu Anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut Anak Allah.” Peristiwa kedua, (Luk 3:21) pada penampilan pertama Yesus di hadapan umum, ketika Dia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis, “… terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit, ‘Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan.’” Kata “Aku” merujuk kepada Allah Bapa.
Kejadian ketiga, (Yoh 14:16) pada malam sebelum wafat, Yesus memberikan kotbah perpisahan, “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong lain, supaya Ia menyertai kamu, yaitu Roh Kebenaran….” Dan, peristiwa keempat, (Mat 28:19) sebelum naik ke surga, Yesus memerintahkan, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarilah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.”
Perlu disadari, penyajian bukti yang sangat jelas sekalipun tidak bisa membuat orang lain meyakini tentang ajaran Gereja. Orang yang tak percaya, akan selalu meragukan. Karena itu, iman akan Allah Tritunggal Mahakudus adalah sebuah karunia, yang kita harus minta.
Ketiga, seperti dalam Perjanjian Baru, misteri Allah Tritunggal lebih mudah dimengerti dalam karya Allah menyelamatkan manusia. Yesus mewahyukan relasi dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus, maka kita bisa menghayati misteri ini menurut petunjuk yang diberikan Yesus. Yesus memanggil Allah sebagai Bapa dan dari Dialah bersumber segala sesuatu. Yesus menyebut diri-Nya sebagai Putra, yang diutus Bapa menjadi manusia guna menebus dosa manusia. Allah Roh Kudus adalah Sang Penolong, Penghibur yang diutus Bapa dan Putra. Roh Kuduslah yang menjadikan kita anak-anak Allah dan membantu kita menghayati misteri Tritunggal Mahakudus. Melalui ajaran Yesus, misteri agung ini terbuka untuk dihayati dan “dimengerti” melalui penghayatan hidup sehari-hari. Dengan “hati” kita akan mampu mengerti lebih, daripada yang mampu dicerna akal budi..
Pastor RP Petrus Maria Handoko CM
HIDUP NO.23, 8 Juni 2014