HIDUPKATOLIK.com – PW St. Yohanes Maria Vianney; Yer. 26:11-16,24; Mzm. 69:15-16,30-31,33-34; Mat. 14:1-12
SANTO Yohanes Maria Vianney (1786-1859) mempunyai kebiasaan setiap pagi, sebelum masuk ke gerejanya yang kecil, mencium lantai tanahnya. Tujuannya, agar Tuhan menganugerahkan rahmat pertobatan kepada umat parokinya. Tindakan itu ditiru oleh St. Yohanes Paulus II (1920-2005) setiap kali menjejakkan kakinya di sebuah negeri yang sedang dikunjunginya.
Baginya, dalam kehidupan, rahmat pertobatan adalah yang utama sebelum melakukan segala sesuatu. Salah satu bentuknya adalah memeriksa hati nurani sendiri. Itulah yang diwartakan oleh Yohanes Pembaptis, saat ia bertemu dengan Herodes (lih. Mat. 14:4-5).
Namun, peringatan Yohanes mengenai hati nurani itu mengakibatkan ia dibunuh. Herodes telah menyingkirkan hati nuraninya sendiri, dan lebih memilih memakai ukuran baik-buruk atas dasar ‘apa kata orang’. Ia terlanjur bersumpah, dan malu kepada para tamunya bila tidak memenuhi sumpah tesebut.
Bagi Herodes, gengsi lebih penting daripada pertobatan. Setiap orang lahir dengan sebuah suara hati; melalui suara hati itu, ia memperoleh dan memahami anugerah pertobatan. Namun, hati nurani manusia dapat tumpul, hingga menciptakan perpecahan dan saling menuduh antarmanusia dan menghujat Allah (lih. Rom. 2:15).
Mengapa itu bisa terjadi? Karena manusia tidak lagi menempatkan Allah sebagai pusat kehidupan, tetapi menggantinya dengan ukuran ‘suara manusia’.
Henricus Witdarmono
M.A. Rel. Stud. Katholieke Universiteit te Leuven, Belgia