HIDUPKATOLIK.com – Judul Buku : YHWH; Penulis : Febry Silaban; Penerbit : Dioma, 2018; Tebal : 121 halaman
PENGENALAN, penyebutan, dan penghayatan Bangsa Israel terhadap nama Allah mereka begitu unik dan istimewa, karena lahir dari sebuah pengalaman yang istimewa pula. Kiranya inilah yang mau ditawarkan oleh Febry Silaban dalam bukunya yang berjudul “YHWH, Empat Huruf Suci”.
Buku saku yang terdiri dari enam bagian ini meringkas secara sederhana bagaimana keunikan dan keistimewaaan relasi antara Allah dengan Bangsa Israel. Nama Allah orang Israel begitu suci dan tidak boleh sembarangan disebut. Larangan menyebut nama Tuhan secara sembarangan bahkan dicatat dalam salah satu hukum dalam sepuluh perintah Allah (Hukum Utama Bangsa Israel).
Meski di Kitab Suci tercatat “YHWH” mereka tidak boleh menyebut nama ini dengan sebutan “Yahweh” seperti yang sering kita dengar selama ini. Empat huruf suci (Tetragramaton) “YHWH” dibaca sebagai “Adonai” oleh Bangsa Israel yang artinya “Tuhanku”.
Nama Allah menjadi dasar pengalaman rohani Bangsa Israel, sebab dengan nama itu mereka mengenal Allah mereka, termasuk kualitas dan hukum yang diberikan Allah kepada mereka. Dengan mengetahui nama Allah mereka, Bangsa Israel meyakini bahwa Allah telah membuka diri-Nya termasuk misteri-Nya kepada mereka.
Allah membiarkan diri-Nya dikenal dan “dimiliki/dikuasai” oleh umat pilihan-Nya. Selain itu bisa dikatakan “nama Allah” inilah yang membuat mereka yakin bahwa mereka berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Israel meyakini bahwa pendampingan Allah atas mereka terlaksana melalui kehadiran “nama Allah” di tengah-tengah mereka sejak dunia diciptakan sampai sekarang dan selama- lamanya. Allah membuat nama-Nya tinggal di tengah-tengah umat-Nya dan meletakkan nama-Nya di hati setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Lebih jauh dari pada itu, Allah akan selalu berusaha nama-Nya ditegakkan di tengah-tengah umat-Nya dan di tengah bangsa lain. Allah tidak mengharapkan nama-Nya menjadi cemar/dihujat oleh tingkah laku buruk umat pilihan-Nya. Nama Allah ini menjadi jaminan bahwa mereka berada di bawah bimbingan Allah dan merasa aman dari segala marabahaya. Hal itu terjadi karena nama Allah tidak bisa dilepaskan dari pribadi Allah sendiri.
Salah satu hal yang menarik dari buku ini adalah Febry menjabarkan problematika historis nama “YHWH” dari segi Biblis, sampai pada perkembangannya. Febry membuat umat yang selama ini ingin tahu dan penasaran tentang indentias dan nama Allah Israel, bisa semakin penasaran dan sedikit banyak terjawab kebingungan dan keingintahuan mereka.
Penulis mencoba menjelaskan, bahwa pengenalan nama Allah di tengah Bangsa Israel, harus melalui proses yang sangat panjang bahkan rumit. Salah satu dimensi yang coba dijelaskan oleh si penulis adalah bagaimana penggunaan nama Allah dalam Kel 3:14, yaitu pengalaman Musa ketika berjumpa dengan Allah dan Musa bertanya tentang nama Allah.
Pada peristiwa itu Allah membuka identitasnya: “Aku adalah Aku”. Di akhir tulisannya, penulis mencoba mengadakan rekapitulasi sebagai sebuah ringkasan dari segala paparannya di bagian-bagian sebelumnya sekaligus memberikan aktualisasi dengan hidup dan iman pembacanya.
Buku ini bisa dijadikan sebagai teman di hati pembaca yang selama ini merasa bingung dan tidak tahu tentang nama Allah Bangsa Israel yang juga menjadi nama Allah umat Kristiani. Semoga menjadi berkat bagi banyak orang. Selamat membaca.
Pastor Joseph Susanto
Terima kasih, Romo