HIDUPKATOLIK.com – Majalah ini, Edisi 21, 27 Mei 2017, memuat berita konferensi internasional kelapa sawit di Vatikan. Temanya, “Mengikis Kemiskinan lewat Industri Perkebunan dan Pertanian demi Memberdayakan Keadilan dan Kemanusiaan.” Acara Kedutaan Indonesia dan Malaysia serta Vatikan. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menjadi pembicara utama. Konferensi merupakan bagian dari kampanye Indonesia dan Malaysia terhadap keputusan Uni Eropa yang akan menghentikan impor kelapa sawit. Oleh kedua negara, Vatikan dinilai memiliki posisi tawar tinggi di kalangan Uni Eropa. Kedua negara minta dukungan Vatikan. Untuk sementara, lobi berhasil menunda penghapusan penggunaan biodiesel berbasis minyak sawit di Uni Eropa.
Namun, serangan terhadap minyak sawit gencar terjadi karena merebaknya isu penggundulan hutan, peningkatan emisi gas rumah kaca, pelanggaran hak asasi manusia,
dan praktik dumping dalam tata kelolanya. Pembukaan perkebunan sawit merusak kawasan hutan dan mengancam keseimbangan ekosistem. Kajian Auriga tahun 2018 menemukan sekitar 6,9 juta hektar kawasan hutan sudah dilepaskan untuk perkebunan sawit dan 3,4 juta hektar menerabas kawasan hutan secara ilegal (Wiko Saputro, Koran Tempo, 11/7/2018).
Sementara itu, sebanyak 236 orang yang terdiri dari pemimpin organisasi masyarakat adat, serikat tani, organisasi masyarakat sipil, masyarakat adat, petani, buruh, pejuang Hak Asasi Manusia serta pejuang lingkungan dari dalam negeri melayangkan “Surat Terbuka kepada Presiden RI. Surat yang sama juga ditujukan kepada Presiden Dewan Uni Eropa dan Pemimpin Negara Uni Eropa: Menyikapi Dampak Usaha Perkebunan Kelapa Sawit yaitu: Perusakan Hutan, Perampasan Tanah, Pelanggaran HAM, Korupsi dan Bencana
Lingkungan”, 22 Mei 2018. “Kami telah mencermati dokumen Palm Oil and Deforestation
of the Rainforests, yang menyebabkan pengembangan industri sawit menjadi penyebab utama hilangnya hutan dan terjadinya perubahan iklim.” Demikian salah satu petikan surat itu.
Beragam problem krusial kini dan di masa depan yang mengemuka terkait dengan industri kelapa sawit ini juga menjadi perhatian Gereja. Sebelum Konferensi Iklim Global di Paris tahun 2015, Paus Fransiskus mengeluarkan Ensiklik Laudato Si’. Esiklik yang secara komprehensif berbicara tentang bagaimana kita semua harus memelihara dan merawat bumi kita, rumah bersama kita. Paus mengritik keras perilaku manusia sekarang yang cuma mementingkan keuntungan jangka pendek. Keserakahan manusia mengeksploitasi bumi tanpa memikirkan generasi mendatang. Problema kelapa sawit ada dalam pusaran ini. Perkebunan dibangun di areal hutan yang merupakan hutan tropis. Penebangan dan kebakaran hutan dilakukan untuk menanam kelapa sawit.
Tanpa menutup mata pada aspek positif kelapa sawit, marilah kita membuka mata selebar-lebarnya terhadap sejumlah masalah ekologis yang mengancam kita. Media ini mengajak kita, tanpa kecuali, membaca Laudato Si’ dan Ajaran Sosial Gereja lainnya. Bila jelas-jelas bertentangan, perlu mengambil langkah konkret agar “rumah bersama” kita ini selamat dari kehancuran.