HIDUPKATOLIK.com – Ada beragam nama untuk menyebut wadah pendampingan iman remaja di Indonesia. Meski begitu, di sana iman kader masa depan Gereja itu ingin dikembangkan menjadi semakin misioner.
Hijau perkebunan kopi terlihat sejauh mata memandang. Udara sejuk tak hentinya berhembus dari sela-sela aneka pepohonan di sekitar Sanggar pasbolo yang terletak di wilayah Losari Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Di saat-saat tertentu, suara ceria anak-anak dan remaja sesekali memecah keheningan di wilayah perkebunan itu.
Di sanggar yang dibentuk Paroki Santo Thomas Rasul Bedono, Ambarawa, Jawa Tengah ini dalam seminggu anak-anak mengikuti tiga kali pertemuan. Satu kali untuk berlatih menari dan dua kali untuk pendalaman iman. Di tepat ini mereka tidak saja belajar iman namun juga kesenian bahkan pengetahuan tentang alam dan pertanian.
Ada banyak cara dapat ditempuh sebagai jalan untuk pendampingan iman remaja. Apa yang dilakukan Paroki Bedono adalah salah satu cara. Nurani yang selama ini mendampingi di Sanggar Pasbolo menjelaskan, di sanggar anak-anak dapat belajar banyak hal. Semua kegiatan sanggar semata-mata ingin membentuk anak menjadi pribadi yang berani
memimpin dan mandiri.
Iman Berbasis Lokalitas
Pada hari Minggu, lanjut Nurani, Sanggar Pasbolo khusus melakukan latihan tari dan perkusi. Sanggar Pasbolo membuat anak-anak lebih bersemangat dalam mendalami iman dan berkreasi. Melalui sanggar ini, para misioner cilik di Ambarawa mewartakan sukacita injil.
Pastor Patrisius Hartono menjelaskan, cara inilah yang ditempuh Paroki Bedono untuk mewujudkan pendidikan iman berbasis lokalitas. Anak-anak, lanjut Pastor hartono, dapat belajar apa saja sesuai potensi yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Lewat pendampingan semacam ini, anak diajarkan untuk mewujudnyatakan imannya. “Jadi kalau di daerah itu ada guru tari yang bersedia mengajar maka anak bisa belajar menari. Demikian juga kalau ada petani, anak-anak bisa belajar juga tentang pertanian,” ungkap pencetus ide pembentukan Sanggar di Paroki Bedono ini.
Sementara di Paroki St St. Barnabas Pamulang kegiatan pendamping Bina Iman Remaja (BIR) dilakukan dua kali dalam sebulan. Salah satu pendamping, Yoana mengatakan, kegiatan-kegiatan sedapat mungkin diselaraskan dengan pesan-pesan seuai dengan gerakan Sekami nasional. Untuk itu, dalam kegiatannya BIR di Paroki Pamulang berusaha mengimplementasikan semangat doa, derma, kurban, dan kesaksian (2D2K). “Dalam setiap gathering rutin kami berdoa dan mengisi dengan beberapa kegiatan seperti nonton dan diskusi film, mengumpulkan donasi berupa pakaian bekas layak pakai dan alat tulis ke beberapa komunitas yang membutuhkan,” ungkap Yoana.
Bermisi melalui doa menjadi andalan utama Sekami. Dalam kebanyakan aktivitasnya anak dan remaja misioner berdoa untuk pemimpin negara dan Gereja serta orangtua atau teman mereka yang sakit. Mereka juga belajar menyisihkan uang jajan untuk membantu teman mereka yang sedang membutuhkan seperti dilakukan anak-anak BIA di Paroki St. Monika Serpong, Tangerang.
Beda Penyebutan
Ada banyak sebutan yang digunakan sebagai istilah dalam pendampingan iman remaja. Pastor Elis Handoko SCJ menjelaskan, penamaan yang berbeda ini; Sekami, BIR, BIA, sekolah minggu, hanyalah persoalan penyebutan saja. “Sebenarnya ini salah satu ungkapan untuk berkegiatan yang spiritualitasnya menyesuaikan kebijakan masing-masing keuskupan. Bahwa ada yang sedemikian familiar dengan Sekami dan ada yang tidak, ini tidak menjadi masalah,” ungkap Dirdios KKI Keuskupan Agung Palembang ini.
Pastor Elis menambahkan bahwa Karya Kepausan tetap menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dan menawarkannya kepada keuskupan-keuskupan yang juga masuk dalam KKI. “Yang penting ada jaminan bahwa anak dan remaja sampai 14 tahun didampingi dan dilayani. Iman mereka bisa dikembangkan.”
Sesuai dengan apa yang dikumandangkan oleh Paus Fransiskus dalam seruan apostolik Evangelii Gaudium; “Sukacita Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus”. Pastor Elis menjelaskan, sukacita inilah yang ingin dibagikan di tengah pluralitas hidup yang ada di Indonesia. Misi Sekami juga sama seperti ini, juga dalam setiap kelompok pendampingan iman di berbagai keuskupan Indonesia.
Felicia Permata Hanggu/Hermina Wulohering