HIDUPKATOLIK.com – Dengan berkumpul dan berbagi kisah, mereka diteguhkan dalam iman akan Kristus. Selain kegiatan rohani, mereka memperluas wawasan. Perhatian dari gembala Gereja memantapkan kesaksian mereka di medan karya.
Sekitar 150 buruh memenuhi aula Alexander, Paroki Kristus Raja Serang, Banten, Minggu, 6/7. Para buruh ini, sebagian besar adalah anggota Paguyuban Pekerja Katolik Cikande (PPKC). Di tempat ini, mereka menghadiri pertemuan langka: bertatap muka dengan gembala mereka, Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM.
Pertemuan ini dikemas dalam Dialog Terbuka dengan Uskup. Kecemasan dan harapan mereka ungkapkan dalam suasana persaudaraan. Dan, pada akhir acara, PPKC menghadiah kan sepasang sepatu olahraga lengkap dengan kaus kaki. Mgr Paskalis tertawa lepas, mendapatkan hadiah itu.
“Saya senang, bisa berdialog dengan Bapa Uskup. Mgr Paskalis dalam paparannya, mempertegas keterlibatan Gereja dalam mendampingi kami sebagai buruh,” kata Stanis Kwen, seusai acara. Dari pertemuan ini, ia semakin diteguhkan untuk mempertahankan nilai-nilai Kekatolikan, kapan pun dan di mana pun ia bekerja.
Persaudaran yang menguatkan
Selain mengundang pembicara untuk memperluas wawasan, PPKC juga utin mengadakan pertemuan yang diisi dengan sharing pengalaman tentang ondisi yang dihadapi anggota komunitas di tempat kerjanya. Dari situ, mereka merefleksikan bersama pengalaman itu. Dalam keterhimpitan dan kesulitan, mereka terus mengasah kesadaran akan panggilan sebagai orang dibaptis yang dipanggil untuk mewartakan kasih Tuhan.
Kepada HIDUP, Stanis mengungkapkan bahwa dirinya beruntung bisa tergabung dalam PPKC. Selain mene mukan saudara baru, juga suasana baru. “Saya beruntung bisa bergabung dalam PPKC. Teman saya tambah banyak. Kami saling mendukung dan mendorong untuk bekerja dengan setia dengan tugas masing-masing,” ungkap pria kelahiran Flores Timur ini.
Stanis menceritakan, komunitas ini baginya menjadi sumber semangat. Di tempat ia bekerja, dari ratusan pekerja hanya ada dua orang Katolik. Ketika mulai bekerja di tempat ini, Stanis merasa takut dan ragu untuk bergaul dengan rekan kerjanya. Ia merasa seperti orang asing. Tetapi, setelah mendengar sharing dari saudari-saudara seiman di PPKC, ia lambat laun menemukan kepercayaan diri, hingga akhirnya mengalami bahwa agama bukanlah sekat untuk membangun persaudaraan.
PPKC terbentuk pada awal 2000. Sebagai paguyuban, PPKC diharapkan menjadi wadah para pekerja Katolik di Cikande-Serang dan sekitarnya, untuk mengaktualisasikan diri. Tetapi, patut disyukuri juga bahwa sejumlah anggota menemukan pasangan hidup dalam komunitas ini. Wakil Ketua PPKC 2014-2016, Antonius Dian Prihantoro, tidak ragu untuk mengatakan bahwa PPKC juga mempertemukan pekerja pria dan perempuan, sehingga saling mengenal. “Kami juga berharap, wadah ini bisa mempertemukan jodoh seiman,” ungkapnya.
Pada awal berdirinya, PPKC bernaung di bawah Lembaga Daya Dharma (LDD), Keuskupan Agung Jakarta. Namun sejak 2007, PPKC bernaung dalam penggembalaan Paroki Kristus Raja Serang, Keuskupan Bogor. Dan, pada awal 2014, PPKC resmi tercantum sebagai kelompok kategorial di Paroki Serang.
PPKC merupakan paguyuban terbuka bagi semua pekerja Katolik, juga tidak memandang usia. Ketua PPKC 2014- 2016, Bintang Mita Rusadi Sinaga, menjelaskan, kegiatan yang mereka adakan seringkali juga diikuti oleh para pekerja yang belum menjadi anggota. Kepada mereka, komunitas menawarkan ajakan untuk bergabung. Tidak sedikit juga anggota yang bergabung karena ajakan saudara atau kenalan.
Karyawan sebuah perusahaan sepatu ini menyebutkan, saat ini anggota PPKC lebih dari 200 orang. Selain membangun persaudaraan dalam semangat paguyuban, komunitas juga menjalin kerja sama dengan lembaga dan komunitas lain. “Kami membangun kerja sama dengan komunitas lain di lingkungan kerja maupun Gereja. Misalnya dengan Seksi PSE Paroki Serang,” ujar Dian.
Aktivitas komunitas PPKC bukan sekadar spontanitas yang asal terselenggara. Dengan bergabung dengan PPKC, para anggota dapat menjadi pekerja yang unggul dalam keseimbangan kehidupan kerja, sosial, dan rohani. Harapan ini, kata Antonius Dian, selalu didengungkan kepada para anggota komunitas. Kelahiran Sribhawono, Lampung Timur, 21 Mei 1983 ini mengungkapkan, refleksi panjang anggota komunitas menelorkan cita-cita paguyuban: menjadi pionir dalam pengembangan komunitas pendampingan pekerja Katolik. “Angan-angan kita, komunitas dapat dikembangkan sampai Merak-Anyer-Cilegon, sehingga PPKC bertambah besar dan dapat menjadi wadah persaudaraan para pekerja Katolik yang solid di Keuskupan Bogor,” tandasnya.
Komunitas yang diutus
Dengan menyandang nama “Katolik”, secara eksplisit PPKC menyatakan diri sebagai komunitas gerejawi. Maka, kegiatan kerohanian dan pelibatan diri dalam aktivitas Gereja menjadi warna utama. Sebulan sekali, PPKC mengadakan doa bersama. Biasanya mereka berkumpul setelah perayaan Ekaristi Minggu.
Seperti umat Katolik lainnya, mereka juga berkumpul untuk berdoa Rosario pada bulan Mei. Sebulan sekali pula, mereka mengadakan Ekaristi. Tak ketinggalan, mereka juga melibatkan diri dalam tugas liturgi, seperti kor dan melayani umat sebagai petugas tata tertib. Sebulan sekali pula, mereka menjadi petugas parkir di Gereja Kristus Raja Serang.
Setahun sekali, mereka melakukan rekoleksi, ziarah dan rekreasi bersama. Pembimbing komunitas ini, Fransiskus Xaverius Sujadi, menandaskan bahwa kegiatan ini merupakan cara untuk menanam benih Kekatolikan. Harapannya, mereka tumbuh kuat dalam iman dan sadar akan tugas perutusan sebagai saksi Kristus di mana pun mereka berada.
Untuk menjalankan tugas perutusan itu, komunitas juga mendalami medan karya kerasulan, antara lain dengan menambah pengetahuan tentang perburuhan melalui seminar. Dan dalam semangat solidaritas, dalam kecemasan dan harapan, para pekerja Katolik ini ambil bagian dalam perjuangan hak-hak pekerja, khususnya pada Hari Buruh 1 Mei.
Norben Syukur
HIDUP NO.30, 27 Juli 2014
Semoga PPKC menjadi wadah dan rumah bagi setiap anggotanya dan juga bisa merangkul semua para pekerja industri di daerah Cikande, serang dan sekitarnya. Sehingga tidak akan ada seorang katolik didaerah tersebut merasa seorang diri.