HIDUPKATOLIK.com – Yer.7:1-11; Mzm: 84:3,4,5-6a,8a,11; Mat. 13:24-30.
KISAH ini menampilkan tentang pengalaman yang biasa dari para petani. Mereka menyiapkan tanah secara baik, menabur benih namun selalu terjadi bahwa ketika benih bertumbuh, ilalang pun ikut bertumbuh.
Banyak dari para pendengar Yesus adalah petani yang mengetahui bahwa ilalang harus disiangi jika ingin mendapatkan hasil yang baik. Benih Kerajaan Allah ditabur namun menghadapi banyak rintangan. Di beberapa tempat, benih itu tumbuh dengan baik namun di tempat lain benih itu tidak bertumbuh secara baik. Seorang penabur harus tetap bersabar.
Yesus menjelaskan betapa Dia mengasihi orang berdosa maupun orang baik pada khotbah pertama-Nya di bukit (Mat 5:43-48). Bagi St. Paulus, kemurahan kesabaran Allah adalah kesempatan bagi perubahan (Rm 2:4).
Orang yang terbuka kepada Allah dan yang tidak terbuka terhadap Allah dibiarkan untuk hidup bersamaan di dalam dunia, namun ada waktu bagi segala sesuatu, menabur, bertumbuh dan memanen.
Panenan yang dimaksudkan di dalam Kitab Suci merupakan gambaran tentang pengadilan terakhir (Why 14:15). Benih telah bertumbuh menuju kematangan dan proses pertumbuhan telah berakhir. Sama halnya dengan pertumbuhan kehidupan spiritual kita tergantung pada pilihan yang dibuat yakni mengikuti kehendak Allah atau mengikuti kehendak sendiri.
Pada akhir hidup kita, pengadilan terakhir akan memutuskan tempat kita sesuai keputusan yang dibuat. Apakah kita telah berlaku sabar terhadap sesama seperti Allah sabar kepada kita?
Apakah kita menghindari orang-orang lemah dan yang berada dalam bahaya atau orang-orang yang tidak sepaham dengan kita? Kita perlu berlaku sabar terhadap diri sendiri seperti yang diajarkan Yesus kepada kita.
Sr Dr Grasiana PRR
Doktor Teologi Biblis dari Pontificio Universitas St Tomas Aquinas Angelicum Roma