web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Perbedaan sebagai Sunnatullah

Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Kehadiran Ansor dan Banser membentuk peradaban kasih di Indonesia. Perbedaan antarumat beragama dilihat sebagai sunnatullah dari Allah.

Achmad Maulana
Staf Ahli Kementerian Pembangan Desa

Menjaga gereja adalah konsekuensi kami Ansor dan Banser yang telah memperjuangan dan memerdekakan Indonesia bersama ormas lain. Menjaga gereja bagi kami adalah menjaga dan menghormati hak setiap warga negara dalam menjalankan keyakinan agamanya masing masing. Meskipun berbeda dalam keimanan, tapi kita sama sebagai warga NKRI.

Sahabat Ansor dan Banser hendak menegaskan cara luhur menggapai kematangan iman. Meski bagi sebagian orang tampak aneh dan keterlaluan ketika ikut menjaga gereja. Ini bukan masalah. Sebab, menjadi hamba sejati sama sekali tak mudah. Semua teratasi jika kita telah menjadi pribadi merdeka, yang paham bahwa iman bukan sekadar kata-kata, melainkan perbuatan. Paling penting bagi kami adalah Indonesia aman dan semua orang bisa beribadah sesuai agamanya. Paling penting juga menjadi tanggung jawab bersama kita, adalah menjaga dan menyebarkan Islam Nusantara (Islam Rohmatan Lil ‘alamain), salah satu cara kita menangkal pemahaman intoleransi dan terorisme yang memakai nama agama.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Allisa Wahid
Koordinator Gusdurian Indonesia

Kehadiran Ansor dan Banser menja di bukti bahwa sebagian besar Ormas Islam masih menginginkan Indonesia yang aman dan damai. Saya berharap, semoga Ansor dan Banser menjadi contoh bagi Ormas-Ormas Islam lain. Membantu tanpa mengharapkan balasan dan semoga banyak orang semakin tergerak mengusahakan Indonesia yang damai.

Terkait hal ini, bagi saya, Indonesia akan damai bila setiap orang keluar dari sekat-sekat perbedaan dan menerima orang lain sebagai bagian dari pluralitas. Tidak ada minoritas atau mayoritas pemilik Indonesia. Kita semua sama karena berada di Tanah Air yang berbeda-beda suku, bahasa, dan agama. Banser dan Ansor telah membuktikan hal tersebut lewat kerja nyata. Perbedaan adalah sunnatullah “ketetapan Allah” bagi bangsa ini.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Mohamad Nuruzzaman
Komandan Densus 99 Asmaul Husna Banser

Banser dan Ansor selama ini berperan menjaga Indonesia, yaitu menjaga ijtihad atau sikap dan pandangan politik kebangsaan para kiai pendiri Nahdlatul Ulama sekaligus pendiri Indonesia. Banser dalam setiap keputusannya selalu berpihak kepada NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Saat ini, peran konkret Banser dan Ansor adalah melakukan kaderisasi anak-anak muda di seluruh Indonesia untuk mencintai negrinya. Selain itu berharap agar mereka ikut menjaga keutuhan NKRI dengan memerangi paham-paham intoleran dan radikal baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Dahnil Anzar Simanjuntak
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah

Saya merasa Banser dan Ansor dan tentu Ormas-Ormas lain telah membuktikan diri sebagai anak bangsa yang mencintai kesatuan Bangsa Indonesia. Memang, seharusnya kehadiran Ormas-Ormas Islam seperti itu yaitu merawat keberagaman. Sebab, Indonesia diciptakan dari berbagai agama, suku, bahasa, dan budaya berbeda-beda. Kita tidak dapat memaksakan kehendak mayoritas kepada minoritas karena itu menyalahi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Pada dasarnya peran Ormas Islam adalah melakukan pemurnian akidah umat Islam yang selama ini mengalami penyimpangan dan menjurus kepada kesyirikan. Selain itu, membentengi umat Islam untuk tetap berpegang teguh pada aqidah salimah dengan syar’i yang mantap dari musuh-musuh Islam. Tetapi tujuan utama lain adalah meningkatkan kualitas hidup umat Islam dalam bidang agama, pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya, serta membangun kesadaran akan pentingnya keberagaman dalam hidup. Berusaha mendorong terjadinya budaya cinta antarsesama umat beragama. Harapan saya, jangan merusak produk dialog kita, yakni Pancasila, tapi jangan sok Pancasilais juga tanpa memahami kesejatian Pancasila.

Yusti H. Wuarmanuk

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles