HIDUPKATOLIK.com – Apakah rujukan tentang saudara-saudara Yesus (Mat 12:46) bukan tanda bahwa Maria tidak perawan sampai akhir hidupnya? Apakah mereka adalah saudara kandung Yesus? Dengan disebut anak sulung, bukankah berarti bahwa Yesus mempunyai adik?
Elisabet Pasaribu, Pematangsiantar
Pertama, dalam menafsirkan Kitab Suci, kita perlu mempertimbangkan bahasa aslinya. Teks tertua dari Injil-injil yang kita miliki tertulis dalam bahasa Yunani. Maka untuk mengerti arti teks dengan baik, kita harus kembali ke bahasa aslinya dan melihat apa artinya kata “saudara.” Baik dalam bahasa Yahudi maupun Yunani, kata “saudara bisa berarti saudara kandung dan juga saudara sepupu. Pengertian ini sangat mirip dengan kata “saudara” dalam bahasa Indonesia, yang tidak selalu berarti saudara kandung, tapi bisa juga diartikan saudara sepupu.
Kedua, menurut Tradisi, Yesus adalah anak tunggal. Artinya, Yesus tidak mempunyai adik, baik laki-laki maupun perempuan. Anak Maria satu-satunya adalah Yesus. Memang ada teks-teks yang menyebutkan “saudara-saudara” Yesus (Mat 3:31; 6:3; 12:46; Yoh 2:12, dll.). Namun, tidak pernah mereka ini disebut sebagai “anak Maria” atau “anak Yusuf”. Sebutan itu hanya diarahkan kepada Yesus, misalnya Mat 13:55: “anak tukang kayu” hanya diarahkan kepada Yesus.
Ketiga, dalam Mrk 6:3, Yesus disebut sebagai “anak Maria” dengan kata sandang. Dalam bahasa Indonesia hal ini tidak nampak, tetapi dalam bahasa asing, misalnya Inggris, hal ini nampak berbeda, yaitu bukannya “a son of Mary” tetapi “the son of Mary.” Penggunaan kata sandang ini menunjukkan bahwa Yesus adalah anak laki-laki satu-satunya dari Maria.
Keempat, juga dikatakan bahwa suatu ketika saudara-saudara Yesus bertindak dengan kewibawaan terhadap Yesus, yaitu hendak mengambil Yesus dari pelayanan di hadapan umum karena dinilai tidak waras lagi (Mrk 3:21) dan menyuruh Yesus memamerkan kuasanya di hadapan umum (Yoh 7:3-4). Karena rasa hormat dari yang muda kepada yang lebih tua dalam budaya Israel, tindakan seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh adik-adik terhadap kakaknya. Maka, pastilah saudara-saudara yang dimaksud di sini lebih tua dari Yesus. Padahal Yesus disebut sebagai anak sulung Maria. Dari sini bisa disimpulkan bahwa saudara-saudara yang dimaksud itu adalah saudara sepupu, bukan saudara kandung.
Kelima, bahwa Yesus tidak mempunyai saudara kandung juga ditunjukkan oleh peristiwa di bawah salib yaitu penyerahan Maria menjadi Ibu Yohanes (Yoh 19:25-27). Jika Maria mempunyai anak lain sesudah Yesus, tentu Yesus tidak akan menyerahkan Maria kepada Yohanes karena hal itu bertentangan dengan hukum Perjanjian Lama, yaitu tentang kewajiban anak untuk memerhatikan orang tua.
Keenam, sebutan “anak sulung” (Mat 1:25) adalah istilah yuridis yang diterapkan untuk anak laki-laki pertama. Menurut hukum Perjanjian Lama, “anak sulung” laki-laki harus ditebus 40 hari sesudah kelahirannya (Kel 34:20). Jadi, sebutan “anak sulung” sudah diberikan sebelum anak itu mempunyai adik. Sebutan “anak sulung” juga menunjukkan suatu keistimewaan atau kedudukan khusus. Misalnya, Daud disebut “anak sulung” (Mzm 89:27) sekalipun ia adalah anak Isai yang kedelapan (1Sam 16). Yesus juga disebut “yang sulung dari segala yang diciptakan” (Kol 1:15), artinya Yesus melebihi semua ciptaan yang lain. Jadi, penggunaan sebutan “anak sulung” pada Yesus tidak bisa diartikan bahwa Maria mempunyai anak lain.
Dari semua alasan itu, kita bisa mengatakan bahwa Maria tidak mempunyai anak lain selain Yesus. Memang sudah sejak zaman para Rasul, Maria dihormati sebagai selalu perawan oleh orang-orang zamannya yang mengenal Maria secara pribadi. Tradisi yang sudah ada sejak awal ini merupakan tambahan bukti kuat bahwa Maria itu selalu perawan sampai akhir hidupnya.
Petrus Maria Handoko CM
HIDUP NO.31, 3 Agustus 2014