HIDUPKATOLIK.com – Minggu 15 Juli 2018, Hari Minggu Biasa XV Am 7:12-15; Mzm 85:9ab, 10, 11-12, 13-14; Ef 1:3-14(Ef1:3-10):Mrk 6:7-13
“Penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan akan membawa hati lebih ringan dalam tugas perutusan.”
SAUDARA dan saudari dalam Kristus, bacaan hari Minggu biasa XV ini dikutip dari Injil Matius mengenai Tuhan Yesus mengutus murid-Nya berdua-dua. Ia mulai melibatkan para murid dalam karya-Nya. Dengan cara demikian, karya keselamatan Tuhan semakin diperluas dan semakin banyak orang menerima kabar sukacita keselamatan Tuhan.
Pokok permenungan kita dapat dimulai dengan kata “perutusan”. Tuhan mengutus mereka berdua-dua. Kata “perutusan” itu memiliki makna yang luhur dan mulia. Ini bukan sekadar sebuah perintah yang harus dilakukan untuk sekejap waktu dan kemudian selesai tetapi berkaitan dengan karya keselamatan Tuhan.
Istilah “perutusan” sering dipakai. Seorang pemimpin tarekat misalnya, mengeluarkan sebuah surat penugasan bagi anggotanya berkarya di salah satu keuskupan tertentu. Surat itu sering disebut surat “perutusan”. Dengan surat itu, seorang anggota tarekat berangkat dan menjalankan tugas pelayanan tertentu bagi umat di tempat mereka diutus. Tidak hanya imam, kita semua menerima tugas perutusan.
Setiap kali selesai merayakan ekaristi kita diajak oleh pemimpin perayaan ekaristi “Marilah kita pergi kita semua diutus”. Maka dengan berkat Tuhan yang kita terima pada saat itu, kita pergi ke mana saja untuk menghadirkan karya kebaikan Tuhan bagi umat-Nya. Kita semua menerima tugas perutusan mewartakan kabar sukacita Injil melalui kesaksian hidup kita.
Dalam mengemban tugas perutusan, Tuhan memberikan sejumlah persyaratan: “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan” dengan rincian jangan membawa bekal, uang, makanan. Hanya tongkat dan sehelai pakaian boleh dipergunakan. Pesan Tuhan ini amat menantang kita.
Betapa tidak mudahnya melaksanakan pesan Tuhan yang mengajak kita untuk tidak terlalu merepotkan diri dengan perbekalan. Kita masih tergoda membekali diri secara berlebihan dalam perjalanan perutusan. Dalam perjalanan kunjungan ke kampung pedalaman tempat saya diutus misalnya, betapa hati kami sering gelisah terhadap apa yang kita bawa. Kita merasa perlu membawa ini dan itu karena khawatir umat tidak bisa menyediakan sesuatu yang kita butuhkan. Padahal kecemasan itu sebetulnya tidak perlu sebab umat dari kekurangannya rela menyediakan sesuatu yang mereka miliki.
Pesan ini memuat sebuah pengandaian akan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dia yang memanggil dan mengutus, Dia pula yang menyertai dan memberi perlindungan. Dialah jaminan hidup kita. Penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan akan membawa hati lebih ringan dalam tugas perutusan.
Pikiran dan hati menjadi semakin terarah kepada satu tujuan yakni turut menghadirkan kasih Tuhan pada mereka yang membutuhkan warta sabda Tuhan bagi yang menderita karena dikuasai oleh setan dan segala perbuatan yang ditimbulkan olehnya seperti penyakit dan tekanan hidup.
Dalam tugas ini, Tuhan memberi kepada kita kuasa untuk mengusir roh-roh jahat itu. Artinya, dalam tugas perutusan kita diberi rahmat daya kemampuan untuk mengalahkan daya kekuatan jahat yang mengancam bahkan menguasai hidup manusia.
Maka bersama Kristus kita turut berjuang melepaskan orang lain dari pelbagai hal yang membebani hidup mereka. Inilah sebuah hidup baru, hidup dalam kelepasan beban dan hidup penuh sukacita Injil.
Mgr Aloysius Murwito OFM
Uskup Agats