HIDUPKATOLIK.com – Yes 6:1-8; Mzm. 93:1ab,1c-2,5; Mat 10:24-33
SUHU politik Indonesia diperburuk oleh lahirnya oknum-oknum haus kuasa dan haus darah yang menciptakan pembodohan, perpecahan serta ketakutan melalui terorisme. Menjadi bagian dari silent majority bukanlah pilihan menguntungkan, apalagi jika didorong oleh motif takut bersuara.
Dalam situasi seperti itu, diam bukan lagi emas. Takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi tidak berkuasa membunuh jiwa, jelas salah alamat. Hidup biologis dapat dirampas kapanpun oleh siapapun.
Hidup sejati dan hidup kekal adalah milik Allah yang dianugerahkan kepada orang beriman. Tak satupun dapat membinasakannya kecuali Allah sendiri. Maka kini seruan: “Kami Tidak Takut!” berkumandang di mana-mana.
Ini bukan slogan kosong, juga bukan heroisme palsu. Sejumlah sahabat di Surabaya telah membuktikan kesejatian iman mereka melalui keberanian tanpa pamrih dalam peristiwa berdarah pada bulan Mei lalu.
Darah para martir adalah inspirasi dan undangan bagi kita untuk membebaskan diri dari rasa takut yang salah, agar kita dapat bertindak proaktif mewartakan kebaikan, keadilan dan kebenaran.
Ajaran Yesus tidak eksklusif dan bukan rahasia, tidak semestinya kita sembunyi dan membisu. Allah memelihara dan menjaga umat-Nya melebihi burung pipit yang kecil dan rambut yang paling halus.
Pengakuan iman bukan aksara dan kata melainkan pilihan, arah dan cara hidup kita semua.
Monica Maria Meifung
Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta