HIDUPKATOLIK.com – Bernyanyi menjadi oase bagi anggota komunitas, setelah penat menjalani keseharian mereka sebagai mahasiswa. Lewat lagu-lagu, mereka ingin memuliakan Tuhan.
Setiap Senin dan Kamis, sejak pukul 18.00, dari Ruang Transit Gedung Thomas Aquinas Unika Soegijapranata Semarang selalu terdengar suara merdu yang kompak. Lantunan suara merdu itu mahasiswa-mahasiswi yang bergabung dalam Paduan Suara Mahasiswa Gratia Choir. Ketekunan dalam berlatih mengasah suara-suara emas mereka menjadi bersinar.
“Sejak SD, saya memang senang dengan dunia tarik suara. Bahkan, saya sudah ikut paduan suara,” kisah ketua Gratia Choir, periode 2013-2014, Anna Triprasidhani Juniasri. Karena hobinya ini Anna bergabung dengan Gratia Choir. Demikian juga dengan Yohanes Ade, mahasiswa asal Semarang. Karena hobi menyanyi, ia juga bergabung. “Kecintaan saya pada lagu-lagu klasik bisa tersalurkan di komunitas ini,” ungkapnya.
Selain dapat menyalurkan hobi, selama bergabung dengan Gratia Choir sejak 2009, Yohanes mengaku dapat belajar menghargai diri sendiri dan orang lain, selain juga merasa berkembang dalam bernyanyi. “Saya sekarang jadi banyak tahu dan bisa menyanyikan lagu pop dan etnik. Tidak melulu klasik lagi,” ungkapnya.
Sebelum latihan, Gratia Choir biasa memulai dengan berbagi pengalaman harian satu sama lain. “Selain berlatih nyanyi, kami juga membangun persaudaraan, di mana kami saling mendukung dalam kuliah kami. Selain itu kami juga saling meminjamkan buku-buku kuliah bagi rekan satu jurusan,” kata Anna.
Terbuka
Ketika dibentuk, paduan suara ini bernama Soegijapranata. Ketika itu Unika Soegijapranata masih bernama Universitas Katolik Atma Jaya Semarang dan Institut Teknologi Katolik Semarang. Kemudian, ketika berubah nama menjadi Unika Soegijapranata, paduan suara ini berganti nama menjadi Gratia Choir, dengan moto “Singing for His Grace” (bernyanyi untuk kemuliaan-Nya).
Awalnya, komunitas ini berada dalam naungan Pembantu Rektor III yang sekaligus menjadi pembina. Salah seorang pelatih vokal yang terkenal waktu itu adalah Martin Runi. Pada 1995, Gratia Choir ditempatkan sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Tahun ini, pendamping UKM adalah Ferdinandus Hindiarto.
Keanggotaan Gratia Choir tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa Katolik. “Siapa saja boleh bergabung tidak memandang agama, suku dan ras. Hanya saja statusnya harus sebagai mahasiswa Unika Soegijapranata Semarang,” jelas Anna.
Saat ini anggota aktif Gratia Choir ada 35 orang. Untuk menjadi anggota, calon harus mengikuti tes wawancara serta seleksi vokal oleh pelatih. Saat ini Gratia Choir dilatih oleh Bagus Gangsar Wibisono.
Kebersamaan
Gratia Choir didirikan sebagai wadah mahasiswa yang memiliki talenta tarik suara. Harapannya, mereka tidak hanya bergulat dengan materi kuliah, tetapi juga mengembangkan sense of art. Selain itu, komunitas ini juga diharapkan menjadi “oase” di sela kesibukan perkuliahan. Tentu saja, mahasiswa juga berlatih disiplin, rela berkorban dan membangun komunitas kekeluargaan. “Di sini kami sungguh menjunjung tinggi nilai kekeluargaan. Bila kami sudah mulai lelah dan putus asa, kami saling memberi semangat,” kata Anna.
Sikap saling mendukung ini, menurut Anna, menciptakan suasana kebersamaan sehingga para anggota tidak enggan berkumpul untuk latihan bersama. Jika tidak bisa datang, mereka pun terbiasa memberi tahu dan minta izin. “Apabila berhalangan, anggota izin pada pelatih dan ketua,” jelas Anna.
Berbagai prestasi telah diraih Gratia Choir. Mereka pernah menjadi Juara IV dalam Satya Dharma Gita Nasional Choir Festival, Universitas Diponegoro Semarang. Prestasi terbaru mereka adalah Juara II “Silver Medal” kategori Female dan juara II “Gold Medal” kategori Umum Lomba Paduan Suara Universitas di Semarang, Mei 2014.
Selain ikut lomba, Gratia Choir juga memeriahkan bermacam acara. Misalnya, tampil dalam Urban Jazz Crossover Semarang pada 2014, dan Perayaan Paskah yang diadakan Pemerintah Kota Semarang pada 2014. Pastinya, paduan suara ini juga bertugas dalam kegiatan universitas: Misa, Wisuda, dan Dies Natalis.
Untuk memelihara kekompakan, anggota komunitas biasanya diminta untuk berkomitmen sesuai dengan kesepakatan yang telah diberikan sejak pendaftaran. “Kami berkomitmen dengan apa yang telah disepakati. Misalnya, hadir tepat waktu saat latihan,” kata Florensia Bekti Siwi. Untuk semakin mempererat kekompakan, menurut mahasiswi Akuntasi asal Ungaran, Jawa Tengah ini, anggota diminta untuk terbuka dan menjalin komunikasi satu sama lain. “Dengan adanya komunikasi terbuka dan rasa kekeluargaan, saya menjadi nyaman ada di Gratia Choir,” tuturnya.
Ketika ada anggota baru, Gratia Choir biasanya mengadakan acara keakraban. Agar semakin akrab dan bisa refreshing, komunitas ini juga mengadakan acara liburan bersama mengunjungi tempat-tempat wisata. Meski demikian, bukan berarti semuanya berjalan mulus-mulus saja. Misalnya saja, ada anggota yang ingin keluar karena ingin fokus kuliah. “Biasanya kami membimbing agar ia tidak keluar, tetapi prestasi akademisnya juga tidak turun,” jelas Anna. Menyadari tanggung jawab masing-masing anggota sebagai mahasiswa, komunitas berupaya mengatur jadwal latihan yang tepat, agar tidak mengganggu studi para anggota.
Bagaimanapun, Gratia Choir adalah wadah bagi kaum muda untuk tumbuh dan berkembang. Mestinya, setiap anggota semakin berkembang dalam bidang tarik suara, pun kematangan kepribadian.
Ivonne Suryanto
HIDUP NO>35, 31 Agustus 2014