HIDUPKATOLIK.com – 2Raj. 17:5-8.13-15a.18; Mzm. 60:3,4-5,12-13; Mat.7:1-5
Topik yang diangkat oleh perikop Injil ini selalu aktual bagi kita juga dewasa ini. Seandainya ada yang merasa tidak pernah menghakimi sesama. Mungkin tak seorangpun dari kita yang bisa berkata bahwa ia bebas dari prasangka dan tidak pernah membuat penilaian terhadap yang lain.
Yesus berbicara dari pengalaman manusiawi. Jika sebelumya dikatakan: “Jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga” (Mat. 6:14); kini ditegaskan: “Dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi” (Mat. 7:2).
Jelas ini suatu undangan untuk tidak menghakimi sesama, melainkan membuka diri kita kepadanya dengan belas kasihan Allah. Yesus mengubah sapaan “Jangan kamu…” (7:1) menjadi pertanyaan: “Mengapakah engkau… Bagaimanakah engkau…” (7:3).
Seolah-olah masing-masing dari kitalah yang harus menentukan sikap dan membuka diri, secara jujur melihat kelemahan dan keterbatasan pribadi sebelum mulai melontarkan kritik dan koreksi kepada orang lain.
Kerelaan untuk mengubah diri sendiri pertama-tama itulah yang sifatnya transformatif dan konstruktif bagi sesama. Kenyataannya, memang keluarga dan komunitas dibangun atas dasar “balok” dan “selumbar” yang disusun bersama menjadi satu komposisi yang harmonis.
Pastor Vitus Rubianto Solichin SX
Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Jakarta