HIDUPKATOLIK.com – PUKAT Keuskupan Surabaya rayakan hari jadi ke-30. Tidak mudah menjadi usahawan yang punya panggilan untuk berkarya bagi Gereja dan bangsa.
SEBAGAI pengikut Kristus, setiap orang selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap perkara. Tidak sedikit ancaman dan godaan dari luar, namun Tuhan adalah “konsultan” yang nyata. Tuhan akan dapat memberi jalan keluar yang terbaik apapun kesulitan yang dihadapi manusia.
Kesadaran seperti inilah yang juga patut dikembangkan setiap pebisnis yang bergabung dalam Profesional dan Usahawan Katolik (PUKAT) Surabaya. Doa selalu menyediakan jawaban bagi setiap kesulitan yang dihadapi manusia.
Hal ini menjadi isi pesan yang disampaikan Uskup Surabaya Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono saat memimpin Perayaan Ekaristi ulang tahun ke-30 PUKAT Keuskupan Surabaya di Gereja Redemptor Mundi, Dukuh Kupang, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu, 19/5.
Mgr Sutikno didampingi Pastor Adrian Adirejo OP dan Pastor Johanes Widajaka Pranata CM. Setiap anggota PUKAT agar selalu berdoa saat memohon sesuatu kepada Tuhan dengan masuk ke kamar, menutup pintu, dan mulai berbicara dalam konsultan pribadi Yang Kudus, yang tak lain adalah Yesus Kristus sendiri.
Mgr Sutikno menambahkan, dengan cara ini Tuhan akan memberi petunjuk tentang bagaimana bisnis atau usaha harus dijalankan.
Jalan Kebenaran
Paus Benediktus XVI dalam Caritas In Veritate menyerukan agar setiap orang berada di jalan kebenaran. Mgr Sutikno menjelaskan, orang-orang yang tergabung dalam PUKAT seharusnya hidup dalam kebenaran dan memberi kasihnya kepada sesama.
Dengan rajin mengikuti misa, berdoa, dan memberi diri seutuhnya dalam pelayanan, maka panggilan setiap manusia telah dilakukan dengan baik. “Pengusaha Katolik itu hendaknya rajin ke gereja dan janganlah menjadi ‘bangsawan’ yang diartikan sebagai bangsa tangi awan (orang yang bangun siang),” celetuk Mgr Sutikno.
Banyak hal yang telah dilakukan PUKAT Keuskupan Surabaya diantaranya melayani sesama. Salah satu contohnya, lewat Cawan Getsemani, PUKAT mengusahakan bantuan beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu. Dengan bantuan ini, anak yang mempunyai prestasi di bidang akademik namun kurang dari sisi pembiayaan pendidikan dibantu untuk menyelesaikan sekolah.
PUKAT dengan ikhlas membantu menyekolahkan dan mencarikan pekerjaan untuk anak-anak Cawan Getsemani ini. Beberapa dari mereka bahkan dibantu untuk menempuh pendidikan di Jepang dan Tiongkok.
PUKAT Keuskupan Surabaya juga menjadi inisiator dalam Bakti Sosial Operasi Katarak (BASOKA). Sebagai usaha untuk menumbuhkan kualitas rohani anggota, diadakan juga Ekaristi Kudus sebulan sekali pada Jumat minggu keempat, juga Kursus Evangelisasi Pribadi Eksekutif (KEP Eksekutif ).
Masih dalam suasana ulang tahun ke-30, PUKAT Keuskupan Surabaya mengadakan ramah tamah di Ballroom Hotel Shangrila, Surabaya. Acara ini dihadiri pengurus dan anggota PUKAT Keuskupan Surabaya serta tamu undangan. Acara juga dimeriahkan dengan penampilan Stradivari Orchestra.
Panggilan Anggota PUKAT
Tahun 1987, Uskup Surabaya Mgr Aloysius Dibyokaryono mengundang sekelompok pengusaha yang ada di sekitar Surabaya. Dalam pertemuan itu, pengusaha diajak memikirkan cara-cara terbaik untuk penggalangan dana guna keperluan pastoral dan karya pendidikan di Surabaya.
Keinginan Mgr Dibyokaryono mendapat dukungan dari Ketua Seksi Dana Keuskupan Surabaya saat itu Stanny Soebakir. Mereka lalu menggelar Malam Penyegaran Rohani (MPR) di sebuah restoran di Surabaya.
Dari pertemuan ini lahirlah Komunitas Profesional dan Usahawan Katolik, yang kemudian dikenal dengan akronim PUKAT. Mula-mula Pukat merupakan kependekan dari Persekutuan Usahawan Katolik, salah satu nama yang diusulkan Michael Utama Purnama.
Dari Surabaya, Pukat lalu memberi inspirasi bagi para profesional dan usahawan di keuskupan lain. Seiring waktu, Pukat tumbuh dan berkembang di beberapa keuskupan di Indonesia.
Jelas sesuai namanya, PUKAT adalah wadah kategorial bagi usahawan Katolik untuk mewujudkan peranan dan partisipasi nyata bagi pembangunan Gereja Katolik. PUKAT sendiri memiliki logo bergambar jala yang dimaksudkan untuk dapat menjadi penjala manusia sesuai dengan perintah Tuhan Yesus kepada muridnya (Mat 4:18-22).
Beragam kegiatan untuk melaksanakan misinya sudah dilakukan oleh PUKAT sebagai bentuk pelayanan atas panggilannya sebagai usahawan. Kesadaran yang ada dalam diri anggota PUKAT benar-benar dapat terukur lewat segala usahanya untuk membagi waktu, pikiran, tenaga, dan materi bagi orang-orang yang kurang beruntung di luar sana.
Tidak mudah menjadi usahawan yang juga berkarya dalam panggilan, tetapi seluruh anggota PUKAT Keuskupan Surabaya berhasil membentuknya sedemikian rupa.
Ibarat Gembala
Sampai saat ini PUKAT telah hadir di 21 keuskupan dari seluruh keuskupan yang ada di Indonesia. Dalam penjelasannya saat ditemui di sela acara di Surabaya, Ferry Jusuf selaku Ketua PUKAT Nasional menuturkan jika PUKAT diibaratkan gembala, gembala inilah yang selalu menuntun dan menggiring domba-dombanya.
Maka yang dikatakan domba itu sendiri adalah 21 PUKAT dari keuskupan yang ada di Indonesia yang telah terbentuk dan berkembang.
Ferry melanjutkan, seiring dengan perkembangan zaman, domba ini kian bertambah jumlahnya sehingga gembala dikatakan berhasil dalam memelihara bahkan memperanakkan domba miliknya tersebut.
“Semakin banyak PUKAT, itu tandanya banyak orang pula yang memiliki rasa peduli yang tinggi, semangat, dan terpanggil dalam pelayanan. Seorang gembala adalah seorang peternak,” ujar Ferry Jusuf.
Perayaan HUT PUKAT ke-30 ini dimeriahkan dengan talkshow langsung yang mengundang dua narasumber Djoenaedi Joesoef selaku Presiden Komisaris dan founder PT Konimex dan Teddy Rachmat selaku Presiden PT Triputra Investindo Arya.
Talkshow dipandu Andy F. Noya. Apa yang disampaikan dalam talkshow dapat dijadikan refleksi dan motivasi untuk membangun diri sendiri, bagaimana caranya untuk menjadi “garam” baik dalam keluarga, usaha, dan relasi bisnis.
Di bagian penutup, Mgr Sutikno berpesan bahwa apa yang terjadi pada hidup seseorang adalah suatu rencana Tuhan. Usaha yang dirintis bukan semata dari keberuntungan tapi dari usaha terus-menerus.
Tuhan yang memberikan makna pada kerja, usaha, dan seluruh tujuan hidup.
Yovica Frestycilia Artiyo (Surabaya)