HIDUPKATOLIK.com – 1 Raj. 17:7-16; Mzm. 4:2-3,4-5,7-8; Mat. 5:13-16
KITA melanjutkan bacaan dari Kotbah di Bukit (Mat 5-7) dan di dalam injil hari ini, Yesus menggunakan gambaran yang sangat biasa yaitu “terang” dan “garam” bagi misi para murid-Nya (Mat 5:13-16).
Bahasa Semit sangat sering menggunakan pasangan kata yang saling melengkapi atau saling bertentangan. Pertama kali orang Kristen disebut sebagai garam dunia. Kalimat itu dilengkapi dengan pernyataan bahwa mereka juga adalah terang dunia (Mat 5:14-16).
Gambaran yang kedua ini melengkapi gambaran sebelumnya. Garam menjadi efektif ketika tercampur dan kehilangan eksistensinya ketika berdiri sendiri. Sedangkan terang menjadi efektif ketika ia bersinar tanpa kehilangan eksistensinya.
Di dalam Kitab Suci, Allah adalah sumber terang dan semua ciptaan dapat hidup dan disinari oleh terang itu (Mzm. 34. 33:6). Karena relasi-Nya yang unik dengan Bapa, Yesus disebut sebagai Terang Allah yang datang ke tengah dunia dan mendekatkan kita dengan terang itu (Yoh 1:9; 8:12; 9:5; 12:35-36).
Seperti Nabi Elia diutus membawa terang kepada janda di Sarfat dan menyelamatkan mereka dari bahaya kelaparan (1 Raj. 17:7-16).
Jika gambaran tentang garam mendorong kita untuk hadir di tengah masyarakat maka gambaran tentang terang mengingatkan kita bahwa kita harus tetap bersatu dengan Allah, sumber dari segala cahaya dan kehidupan sehingga kehadiran kita di tengah manusia memiliki arti yang sesungguhnya.
Kita hadir untuk membawa Terang Allah kepada sesama. Hal itu mungkin jika terang itu telah bercahaya di dalam hati kita.
Sr Grasiana PRR – Doktor Teologi Biblis dari Pontificio Universitas St. Tomas Aquinas Angelicum Roma