HIDUPKATOLIK.com – Pw S. Bonifasius, UskMrt, 2Ptr 3:12-18; Mzm 90:2.3-4.10.14.16;
Mrk 12:13-17.
ORANG-orang Farisi dan Herodian datang kepada Yesus untuk bertanya seputar apakah boleh membayar pajak kepada kaisar atau tidak. Bangsa Israel kala itu sedang dijajah oleh Bangsa Romawi yang dipimpin oleh seorang Kaisar.
Mata uang yang diberikan kepada Yesus adalah “uang logam pajak kepala” yang dikeluarkan oleh otoritas Romawi. Pada saat itu, setiap daerah jajahan Romawi, termasuk daerah Israel, diharuskan membayar “pajak kepala/pajak kependudukan” kepada Kaisar sebagai penguasa daerah itu.
Dari pajak itu, Kaisar menggunakannya untuk kepentingan pribadi atau kekaisarannya termasuk keperluan pembangunan di daerah-daerah jajahannya, misalnya membangun jalan raya, menjamin keamanan untuk melindungi ketertiban masyarakat kala itu.
Seseorang akan ditangkap oleh penguasa romawi bila menghalang-halangi program dari mereka. Inilah yang diharapkan oleh para lawan Yesus. Sementara kalau Yesus menyetujui kewajiban bayar pajak kepada penjajah ini, Yesus akan dipersalahkan oleh kelompok Herodian yang berpandangan nasionalis, di mana Herodes dijunjung tinggi sebagai penguasa pribumi yang pasti menentang kekuasaan romawi, termasuk membayar
pajak kepada penjajah.
Apalagi menurut orang Farisi, segala hasil tanah termasuk panen adalah milik Allah dan harus dikembalikan kepada Allah dalam rupa pajak Bait Allah. Yesus menangkap jebakan di hadapan-Nya dan berhasil lolos karena Yesus memisahkan antara kewajiban kepada kaisar (uang logam milik Kaisar), dan kewajiban kepada Allah, apa yang wajib diberikan kepada Allah (hasil bumi, panen, uang logam yang bukan dari kaisar).
Alhasil jawaban Yesus bisa membuat para lawannya heran. Sebetulnya mereka tidak perlu heran sebab dari mulut mereka sendiri mengakui bahwa Yesus adalah seorang yang jujur, tidak takut siapa pun, tidak mencari muka, jujur mengajarkan jalan Allah.
Pastor Joseph Ferry Susanto – Imam Keuskupan Agung Jakarta, Dosen Kitab Suci STF Driyarkara, Jakarta