web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Wadah Penggemblengan Kader “Siap Tempur”

3/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Sebagai lembaga edukasi, VPI ingin memberikan pembelajaran bahwa politik bukan untuk meraih kekuasaan tetapi untuk mencapai “bonum commune.”

Aroma sedap menyeruak di setiap sudut Grand Central Restaurant, di Jalan Bulungan Raya 22, Jakarta Selatan, Sabtu 12 Maret 2016. Di salah satu sudut tempat ini, sekelompok orang terlihat berkumpul. Sejak awal pertemuan, mereka saling bertukar kabar dan senyuman. Suasana itu menjelaskan bahwa sebagian besar ternyata sudah saling kenal.

Hidangan masakan oriental yang menjadi andalan tempat ini seakan tak lagi menggoda. Impian besar yang menjadi alasan mereka di sana telah berhasil mengalahkan kelezatan semua sajian di restoran itu. Meski tidak sepenuhnya baru, sekumpulan orang itu ingin merintis sebuah wadah untuk pendidikan kader-kader Katolik yang “siap tempur” dalam kerasulan sosial politik.

Vox Populi Institute (Vox Point) Indonesia akhirnya dipilih menjadi nama wadah ini. Sebagai nakhoda perdana, Yohanes Handojo Budhisedjati didapuk menjadi ketua kelompok ini. Sesudah dua tahun berjalan, Vox Point akan mengadakan Rapat Koordinasi Nasional pertamanya pada 29 April-1 Mei 2018 mendatang.

Rakornas akan menjadi sarana konsolidasi untuk memperluas Vox Point. Dalam forum ini, semua kader Vox Point akan dilibatkan untuk memberi sumbangan bagi kemajuan Gereja dan bangsa. Di sini semua kader bersama berpikir dan mengevaluasi perkembangan organisasi.

Lembaga Kader
Sejak awal berdiri, Vox Point berusaha menjadi wadah perhimpunan bagi para awam Katolik yang terpanggil untuk terlibat dalam kegiatan sosial politik di Indonesia. Di sini, kader-kader yang masih minim pengetahuannya dalam dunia politik dapat berjumpa dengan mereka yang sudah “makan asam garam” dalam dunia perpolitikan Indonesia. Handojo mengungkapkan, dengan begitu, Vox Point diharapkan menjadi titik temu bagi para awam Katolik yang ingin memberi kontribusi nyata bagi masyarakat.

Handojo melanjutkan, Vox Point didirikan dengan tiga konsep utama. Pertama, ingin menjadi lembaga kader. Dengan konsep ini, Vox Point ingin membentuk kader-kader Katolik yang potensial untuk maju dalam dunia politik. Untuk mencapai ini, Vox Point memiliki lima tahapan kaderisasi. Sejak awal berdiri Vox Point telah menjalankan dua tahap kaderisasi.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Kedua, sebagai lembaga kajian. Dengan ini, Vox Point ingin melakukan riset dan analisa secara internal tentang situasi kebangsaan dan politik dewasa ini. Riset ini nantinya akan menjadi konsumsi bagi kader internal maupun untuk masyarakat luas.

Konsep ketiga sebagai lembaga edukasi. Handojo menjelaskan, Vox Point ingin memberikan pembelajaran kepada seluruh umat Katolik. Politik bukan sarana untuk meraih kekuasaan namun untuk mencapai “bonum commune” atau ‘kesejahteraan bersama’. “Kita harus mengembangkan diri secara nasional, memberikan pembelajaran bahwa politik bukan sesuatu yang kotor dan bukan hanya untuk menghalalkan segala cara.”

Handojo berpendapat, apabila ketiga konsep ini dijalankan dengan baik, akan melahirkan kader-kader yang potensial. Dengan konsep ini, paradigma awam Katolik tentang politik akan dapat berubah. Untuk itu dalam perjuangannya, Vox Point harus ada di mana-mana. Meski begitu, kader-kader itu tetap harus setia berpegang pada nilai-nilai dan ajaran Katolik. “Mereka berada di mana-mana tapi tidak ke mana-mana. Kita ada di semua partai, sehingga bisa menjadi garam dan terang di sana.”

Ada beberapa program yang diadakan untuk menerjemahkan tiga konsep Vox Point. Selain seminar-seminar, Vox Point juga mengadakan Rekoleksi Politik dan juga Diskusi Politik setiap bulan.

Dua tahun berjalan Vox Point sudah melahirkan 11 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) yaitu di Provinsi DKI Jakarta, Banten, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Lampung, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Barat, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara. Selain itu, Dewan Pimpinan Wilayah Vox Point sudah terbentuk di 31 tempat.

Jembatan Politik
Sebagai sebuah wadah pengembangan kader politik, Vox Point tidak memiliki akses secara langsung kepada partai politik untuk dapat mengusung calon anggota legislatif maupun eksekutif. Johnny G. Plate mengungkapkan, dalam hal ini Vox Point dapat menjadi jembatan yang menghubungkan calon-calon itu kepada partai-partai politik. “Vox Point dapat mengusahakan agar calon-calon memiliki akses dengan partai-partai politik peserta pemilu,” kata Anggota Dewan Pakar Vox Point ini.

Selain itu, lanjut Johnny, Vox point dapat membuka dirinya sebagai tempat berlangsungnya pendidikan politik bagi kader-kader Katolik. Untuk mewujudkan ini, Vox harus memiliki orang-orang yang kompeten dalam ilmu-ilmu politik dan pengetahuan mumpuni untuk mendidik kader-kader yang ingin terjun dalam politik praktis. “Vox Point jangan hanya menyerukan pesan-pesan dan nilai-nilai tentang politik, Vox harus melakukan sesuatu yang lebih nyata untuk membantu orang-orang yang ingin terjun dalam politik.”

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Misi dan visi Vox Point sebenarnya dapat masuk dalam banyak aspek kehidupan. Semua yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat juga menjadi perhatian Vox Point. Lidya Natalia Sartono mengatakan, salah satu yang menjadi perhatian di zaman ini adalah pergerakan politik anak-anak muda millennial. Anak millennial dapat melihat perbandingan antara ideologi yang ada dalam setiap partai politik dan kenyataan dalam keseharian yang tidak seimbang. “Bagiku masih ada kesempatan bagi anak-anak muda saat ini untuk melihat setiap partai politik,” ungkap Sekretaris Jenderal Vox Point ini.

Berproses dalam sebuah partai itu tidak gampang. Anak muda memilih antara pekerjaan yang produktif dan partai. Lidya melanjutkan, sementara mereka salah satu elemen yang paling kuat untuk memperbaiki demokrasi yang ideal sesuai dengan ideologi yang ditanamkan dalam setiap partai.

Dalam hal ini Vox Point terbuka juga bagi anak-anak muda millennial. Lidya menjelaskan, selama ini ada banyak anak muda millennial yang sudah terlibat dalam setiap kegiatan Vox Point. “Itu salah satu program dalam Vox Point untuk melakukan edukasi-edukasi politik ini.”

Diskusi Politik (Dispol) Vox Point Indonesia menjadi wadah untuk saling bertukar gagasan tentang perkembangan politik di Indonesia. Thomas H. Suwarta mengungkapkan, dalam setiap Dispol setiap peserta terlibat dalam diskursus wacana sosial politik kemasyarakatan yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat. “Dengan Dispol ini, VPI menjadi tempat adu gagasan yang kemudian menghasilkan rekomendasi atas suatu isu yang bisa menjadi pertimbangan para pengambil kebijakan,” kata Direktur Edukasi dan Pemberdayaan Awam Vox Point ini.

Ruang Vox Point sangat strategis untuk mendorong terciptanya kader-kader awam Katolik di bidang sosial politik kemasyarakatan yang militan, memiliki spiritualitas berpolitik, intelektualitas, sekaligus berintegritas.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Politik Indonesia hari ini lanjut Thomas, cenderung gaduh dan menghalalkan segala cara. Setiap orang yang ingin meraih kekuasaan harus diisi dengan kualitas-kualitas kader awam Katolik yang matang secara intelektual tetapi juga mumpuni secara mental spiritual.

Spiritualitas Katolik
Vox Point Indonesia merupakan suatu wadah kerasulan awam. Mereka terpanggil untuk terlibat dalam kegiatan sosial politik di Indonesia. Pastor Rofinus Neto Wuli menjelaskan, sebagai orang Kristiani kepekaan terhadap hidup berbangsa dan bernegara menjadi sangat penting. “Nilai-nilai kebangsaan harus dijunjung tinggi di tengah kehidupan bangsa kini,” ungkap moderator Vox Point Indonesia ini.

Dengan menjungjung tinggi nilai-nilai kebangsaan, ini akan menjadi sumbangan Vox Point bagi Gereja. Pastor Rofinus melanjutkan, dalam Vox Point nilai-nilai Kristiani diresapkan dalam diri setiap kader. “Nilai ini akhirnya menjadi semangat yang menggerakkan mereka dalam karya-karya mereka di kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata dosen Universitas Pertahanan Indonesia ini.

Pastor Rofinus mengungkapkan, eksistensi umat Katolik di bidang sosial politik kemasyarakatan dan kenegaraan menuntut bersatunya aktivis Katolik. Dalam persatuan ini mereka mendukung dan mengembangkan nilai-nilai kebangsaan. Persatuan ini demi terciptanya negara Republik Indonesia yang damai, adil, dan sejahtera.

Vox Point, lanjut Pastor Rofinus, harus mempraktikkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan sehari-hari terutama berkaitan dengan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk usaha ini, Pancasila tak dapat dilepaskan sebagai landasan dasar dalam kehidupan bersama. “Mereka membumikan nilai-nilai itu melalui tindakan mereka setiap hari secara nyata sebagai apapun mereka.”

Senada dengan ini, dalam suasana Rekoleksi Politik sebulan lalu, Pastor Rofinus menjelaskan bahwa sebagai murid Kristus, orang Katolik menghayati hukum tertinggi dalam menghayati imannya, yaitu hukum cinta kasih. Dengan ini, orang Katolik memiliki kasih demi masyarakat, bangsa, dan negara.

Rasa cinta kepada bangsa dan bernegara tentu harus dimiliki oleh setiap elemen bangsa. Vox Point dapat mengusahakan pengembangan nilai-nilai ini dalam kaderisasi yang tengah mereka lakukan. Usaha ini terus menerus menuntut evaluasi dan sinergi baik dengan hierarki maupun dengan kelompok-kelompok yang lain.

Antonius E. Sugiyanto
Laporan : Willy Matrona

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles