HIDUPKATOLIK.com – Minggu, 20 Mei 2018, Minggu Paskah VII : Kis. 2:1-11; Mzm. 104:1ab,24ac,29bc,30,31,34; Gal. 5:16-25; Yoh. 15:29-27; 16:12-15.
“Karunia-karunia Roh Kudus itu kita terima dalam sakramen Krisma, tetapi karunia itu
seperti biji kecil yang harus diairi atau disiram oleh doa kita, untuk mencapai kedewasaan.”
PENTAKOSTA adalah hari raya istimewa bagi umat Kristiani, pada hari itu dirayakan turunnya Roh Kudus atas para rasul, pembentukan Gereja, hadiah karunia-karunia Roh Kudus, dan misi untuk memberitakan Injil di seluruh dunia. Pentakosta dirayakan pada hari Minggu ketujuh setelah Paskah.
Sebelum naik ke Surga, Yesus berjanji kepada para Rasul-Nya untuk tidak meninggalkan mereka seperti yatim piatu, dengan mengirimkan mereka Penghibur. “Apabila Roh Kebenaran datang, akan membimbing kamu ke dalam seluruh kebenaran “(Yoh.16:13). Janji itu digenapi “ketika hari Pentakosta, semua orang yang percaya akan Yesus berkumpul di satu tempat” (Kis.2:1).
Roh Kudus turun pertama kali pada Bunda Maria, di Nazareth, untuk memberitakan Inkarnasi Anak Allah menjadi manusia. Sedangkan pada hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan untuk pembentukan “Tubuh Mistik Kristus yang adalah Gereja”.
“Pencurahan Roh Kudus yang pertama” terjadi dalam kesepian dan tersembunyi; sebaliknya yang kedua terjadi dengan cara sensasional, “tiba-tiba turun dari langit, suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah” (Kis 2:2) dan “tampaklah lidah-lidah seperti nyala api bertebaran dan hinggap pada masing-masing Rasul” (Kis 2:3). Dalam kedua pencurahan Roh Kudus, Santa Perawan Maria hadir, karena Dia adalah Bunda Kristus dan juga Bunda Gereja.
Turunnya Roh Kudus pada saat pentakosta mengubah cara hidup para rasul. Sebelum itu mereka takut dan tidak berani secara terbuka berkotbah kepada orang banyak. Setelah menerima karunia Roh Kudus, para rasul dengan bebas dan berani berbicara kepada semua orang yang ditemui.
Yerusalem waktu itu dipenuhi peziarah Yahudi dari “segala bangsa di bawah kolong langit” (Ks. 2:5 ). Mereka ke Yerusalem merayakan pesta “hari Pentakosta yaitu hari raya Tujuh Minggu” (Kel. 23:17; Tob.2:1), dan peringatan pemberian “Hukum Allah” (hukum Taurat) kepada Musa di Sinai. Mereka mendengar para rasul berbicara dalam bahasa mereka sendiri. Dengan karunia berbahasa, Allah menunjukkan bahwa pesan Injil harus mencapai ujung bumi.
Roh Kudus memperkaya kita juga dengan ketujuh hadiahnya yaitu:
Karunia “Kebijaksanaan”, yang memungkinkan kita untuk bernalar menurut hukum Tuhan.
Karunia “pengetahuan”, yang memungkinkan kita memperdalam kebenaran iman kita dan melaksanakannya dalam hidup.
Karunia “Pengertian” yang memungkinkan seseorang mengerti kedalaman misteri iman dan melihat dalam setiap ciptaan, pantulan terang Tuhan.
Karunia “nasihat” menerangi kebajikan-kebajikan, agar kita dapat memutuskan dengan baik, pada waktu, tempat, dan keadaan tertentu.
Karunia “keperkasaan” yang memberi kita kekuatan untuk melawan kejahatan yang ada di sekitar kita dan, terutama yang sering ada di dalam diri kita sendiri.
Karunia “kesalehan” yang menyempurnakan cintakasih kita dan memperluasnya, melebihi egoisme manusiawi, agar dapat mencintai Tuhan dan sesama hingga mencapai kekudusan.
Karunia “takut akan Tuhan”, yang memungkinkan kita untuk menghindari dosa, bukan karena takut akan hukuman, melainkan karena sungguh mencintai Tuhan.
Karunia Roh Kudus itu kita terima dalam sakramen Krisma, tetapi karunia itu seperti biji kecil yang harus disiram oleh doa kita agar mencapai kedewasaan. Karunia itu selalu ada di dalam kita, jika kita tetap berada di dalam rahmat Allah. Dosa berat membuat kita kehilangan karunia itu, sehingga untuk menerimanya kembali, perlu bertobat dan mengaku dosa.
Selain ketujuh karunia, Roh Kudus melimpahkan kepada kita karisma yang merupakan manifestasi-Nya yang unik dan tidak dapat diulang. Karisma-karisma itu berbeda pada setiap orang Kristen dan diberikan untuk kepentingan umum. Karisma itu bagaikan keterampilan khusus yang diberikan kepada kita untuk melayani semua dan dilaksanakan di dalam Gereja.
Berkat karisma itu kita mengerti setiap saudara dan saudari kita berharga di mata Tuhan. Dalam terang doa dan atas nasihat seorang pembimbing rohani, kita mengerti karisma khusus yang perlu diperhatikan agar menghasilkan buah, untuk kebaikan bersama.
Roh Kudus bekerja di dalam diri kita dan menghasilkan buah yang disebutkan St Paulus dalam Galatia 5:22, yaitu: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan kesetiaan, sikap lemah lembut, dan penguasa diri” yang berlawanan dengan perbuatan daging dan hawa nafsu (Gal. 5:19-21).
Pentakosta dapat terjadi disetiap saat hidup kita. Relakan diri kita dibimbing oleh Roh Kudus dan buah-buah-Nya yang luar biasa itu pasti akan selalu kita alami. Maka St. Paulus juga menasihati: “hiduplah menurut Roh maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Gal 5:16).
Mgr Giulio Mencuccini CP
Uskup Sanggau