HIDUPKATOLIK.com – Pekan Biasa VII; Yak. 3:13-18; Mzm. 19:8, 9, 10, 15; Mrk. 9:14-29.
SEMESTER pertama ketika saya belajar bahasa Ibrani dan Yunani, saya merasa senang
dan bangga. Saya belajar bahasa-bahasa yang katanya bikin pusing kepala. Nyatanya tidak sesulit yang dibayangkan; dan saya mampu. Mantap! Tapi apa yang terjadi pada bulan-bulan pertama semester berikut? Situasinya berubah total. Bahan rasanya makin sulit; saya merasa tidak ada kemajuan sama sekali. Mandeg.
Saya membayangkan seperti inilah suasana yang dialami oleh para murid. Sebelumnya, ketika para murid diutus Yesus, dikatakan bahwa “mereka mengusir banyak setan” (Mrk 6,13). Tetapi kini, setelah Yesus mengungkapkan rencana yang sesungguhnya, yaitu bahwa Ia mesti menyongsong salib di Yerusalem (bdk. Mrk 8,31), persoalannya menjadi tidak mudah. Situasinya tidak semudah sebelumnya.
Ketika orang mulai peziarahannya mengikuti Yesus, mungkin ia merasakan bahwa segala
sesuatunya benar-benar indah. Yesus adalah sungguh-sungguh Kabar yang membawa sukacita. Tetapi kemudian, ketika orang berada di tengah perjalanan, mungkin orang mulai menyadari bahwa salib berat mulai terasakan.
Lalu? Ketika segalanya nyaman, beriman tidak terasa berat, bahkan terasa nikmat. Tetapi ketika situasinya berubah, iman bisa menjadi beban. Iman diuji dalam hidup. Bagaimana hasilnya?
Pastor V. Indra Sanjaya – Imam Keuskupan Agung Semarang, Dosen Kitab Suci Pasca
Sarjana Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta