HIDUPKATOLIK.com – ENAM tokoh lintas agama, yang mewakili agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu bertemu di Selasar Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu, 16/5/2018. Acara Silahturahmi Kebangsaan ini untuk memperingati Hari Kelahiran Pancasila pada 1 Juni mendatang.
Keenam tokoh lintas agama yang hadir dalam acara itu adalah Imam Besar masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indoensia Pendeta Henriette T Hutabarat-Lebang, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia sekaligus Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo, tokoh agama Budha yaitu Bhikkhu Pannavaro Mahathera yang juga Kepala Sangha Theravada Indonesia, tokoh agama Hindu sekaligus Ketua Umum Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Indonesia Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, dan mantan Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Chandra Setiawan.
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan, Silaturahmi Kebangsaan ini merupakan kegiatan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang digelar bekerja sama dengan Kementerian Agama.
“Kita adakan di Masjid Istiqlal ini dengan mengundang semua pimpinan, tokoh-tokoh agama, pimpinan majelis-majelis agama, untuk bisa saling meneguhkan diri, dan membina umat masing-masing. Agar kita tetap terus berupaya untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, yang hakikatnya adalah nilai-nilai agama itu sendiri,” kata Lukman, seperti dilansir oleh www.setkab.go.id.
Lukman berharap, kegiatan yang digelar dalam rangkaian peringatan Hari Lahir Pancasila ini bisa kembali menghangatkan kesadaran memori kolektif bangsa melalui tokoh-tokoh agama, bahwa pengejawantahan atau pengamalan nilai-nilai Pancasila itu hakikatnya adalah pengamalan dari nilai-nilai agama itu sendiri.
“Seluruh sila yang ada dalam Pancasila kita hakikatnya adalah nilai-nilai agama,” tegasnya.
Menurut Lukman, pihaknya bersama seluruh tokoh-tokoh agama, pimpinan majelis-majelis, ormas-ormas keagamaan ingin mengembalikan agama kepada esensi ajaran yang sesungguhnya, atau moderasi agama.
Moderat dalam artian tidak ekstrem, lanjut Lukman, karena agama itu hakikatnya adalah moderat. Maka ketika agama dibawa ke salah satu kutub ekstremis tertentu, misal terlalu konservatif atau liberal, maka menjadi kewajiban semua untuk mengajak kedua kutub ini kembali ke tengah. Dengan cara, tambah Menag, memahami dan mengamalkan ajaran agama yang moderat kepada esensi agama sesungguhnya, yang memanusiakan manusia, bahwa agama hadir melindungi harkat, derajat, martabat kemanusiaan, bukan justru sebaliknya.
“Bukan atau tidak boleh agama diperalat, digunakan dimanipulasi bahkan dieksploitasi untuk hal-hal yang justru menimbulkan sesama kita saling menegasikan, saling merendahkan, bahkan saling meniadakan satu dengan yang lain,” tuturnya.
Pada Silahturahmi Kebangsaan itu hadir Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani.
Yanuari Marwanto